Suara.com - Kejaksaan Agung (Kejagung) menjemput paksa Ibrahim Arief, seorang konsultan yang pernah diperiksa sebagai saksi kasus dugaan korupsi dalam pengadaan Chromebook di Kemendikbudristek pada tahun 2019—2022.
Hal itu disampaikan oleh kuasa hukum Ibrahim Arief, Indra Haposan Sihombing, di Gedung Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus), Jakarta Selatan, Selasa (15/7/2025).
“Iya, hari ini benar dijemput,” katanya singkat seraya masuk ke dalam gedung Kejagung.
Sebagai informasi, Ibrahim Arief merupakan konsultan perorangan rancangan perbaikan infrastruktur teknologi manajemen sumber daya sekolah pada Kemendikbudristek.
Berdasarkan pantauan ANTARA, Ibrahim terlihat turun dari mobil operasional Kejagung di Gedung Jampidsus Kejagung pada sekitar pukul 14.35 WIB.
Dia tampak mengenakan pakaian berwarna hitam dan digiring oleh tiga orang penyidik.
Beberapa menit kemudian, pengacara Ibrahim Arief, Indra Haposan Sihombing, tiba di Gedung Jampidsus Kejagung. Ia tampak jalan terburu-buru ketika awak media menanyakan perihal kedatangannya.
Profil Ibrahim Arief
Ibrahim Arief adalah pemuda yang lama berkecimpung di dunia teknologi. Ini tak lepas dari latar belakang pendidikannya sarjana Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB).
Baca Juga: Skandal Chromebook Seret Nadiem Makarim, Kejagung Usut Investasi Google ke GoTo, Mengapa?
Dia lalu mengejar gelar Master di benua Eropa dalam program Erasmus Mundus CIMET. Selama di Eropa, Ibam, sapaan akrabnya, malah bekerja di Belanda.
Dia bergabung di perusahaan e-commerce terbesar di Belanda-Belgia, yaitu bol.com. Di sana, Ibam menjabat sebagai Senior Software Engineer.
Sukses meniti karier di Belanda, tiba-tiba Ibam membuat keputusan untuk mundur dari bol.com dan pulang ke Indonesia.
Ada beberapa alasan yang membuatnya ingin mudik. Pertama adalah keluarga. Ibam ingin anak perempuannya tumbuh di dekat keluarga.
Lalu yang membuatnya tambah yakin untuk pulang ke Indonesia adalah ketika bertemu dengan founder Bukalapak, Achmad Zaky.
"Saya sangat terpengaruh oleh visi Zaky yang pantang menyerah untuk membantu Indonesia. Saya yang tadinya masih berpikir untuk menikmati kehidupan negara maju di Belanda bersama keluarga saya, menjadi tersadarkan kalau sudah saatnya saya pulang karena adanya sarana untuk memberi dampak positif yang besar bagi Indonesia melalui Bukalapak," tulis dia dikutip dari Quora.
Akhirnya setelah 8 tahun belajar, berkerja, dan berkeluarga di Eropa, Ibam memutuskan pulang ke Indonesia bergabung ke Bukalapak menjadi Vice President (VP) of Engineering. Lalu ia menjadi VP of R&D serta melapor ke CTO dan COO.
Ibam berperan besar membawa Bukalapak tumbuh pesat dan mengubahnya dari perusahaan rintisan kecil menjadi unicorn teknologi yang beroperasi pada berbagai ranah mulai dari e-commerce hingga fintech.
Di antara yang menjadi jejaknya di sana adalah pendirian divisi Litbang untuk AI yang mendorong transaksi tahunan tambahan senilai ratusan juta dolar AS.
Pada 2019, dia pindah ke OVO, salah satu perusahaan fintech terbesar di dalam negeri, dengan tanggung jawab yang meliputi rekrutmen dan pengembangan tim.
Saat itu Ibam sedang didekati oleh Facebook, dan ditawari untuk bekerja di luar Indonesia.
“Rencana awal saya adalah bertolak ke Eropa dan membangun karier saya di Facebook London,” katanya dikutip dari laman Medium Govtech Edu.
“Tetapi, setelah menimbang-nimbang dan melalui proses pengambilan keputusan yang sulit, saya memilih untuk tinggal di Indonesia demi bekerja dengan Govtech Edu.”
Setelah itu Ibam menjadi CTO di Govtech Edu Indonesia, membangun dan mengembangkan sebuah organisasi berisi sekitar 450 orang, serta melahirkan berbagai produk teknologi berskala besar untuk pemerintah Indonesia.
Di antara produk-produk itu adalah sebuah superapp yang dapat mempercepat pembelajaran dan pengajaran berkualitas, hingga platform edukasi untuk jutaan siswa.