"Dan standar kami berasnya harus premium. Untuk memberikan makan yang berkualitas bagi anak bangsa itu harus yang premium," tegas Dadan.
Komitmen ini menjadi angin segar di tengah carut-marut kualitas pangan.
Artinya, setiap butir nasi yang diterima siswa diharapkan menjadi investasi gizi untuk mendukung pertumbuhan dan kecerdasan mereka.
Tantangan Anggaran di Balik Janji Kualitas
Meskipun janji kualitas sudah dipegang, ada tantangan besar lain yang menanti yaitu anggaran.
Dadan mengakui bahwa pagu indikatif sebesar Rp217 triliun yang ada saat ini mungkin tidak akan cukup hingga akhir 2026.
Perhitungannya sederhana. Jika target 82,9 juta penerima manfaat tercapai pada akhir 2025, maka dana tersebut diperkirakan akan habis pada akhir Agustus 2026.
"Artinya starting point kita di Januari itu 82,9 juta [penerima manfaat]. Nah kalau melaksanakan 82,9 juta dari Januari sampai Desember maka Rp217 triliun akan selesai atau akan habis di akhir Agustus. Sehingga kami mengajukan tambahan untuk September, Oktober, November, Desember," jelasnya.
Ini menunjukkan skala masif dari program MBG dan betapa krusialnya perencanaan anggaran yang matang agar program bisa berjalan lancar tanpa mengorbankan kualitas yang telah dijanjikan.
Baca Juga: 4 Masker Wajah Mengandung Ekstrak Beras, Ampuh Meningkatkan Kecerahan Kulit
Kawal Bersama Janji Program MBG
Isu beras oplosan adalah pengingat keras bahwa pengawasan kualitas pangan di negara kita masih menjadi PR besar.
Janji pemerintah untuk menyediakan beras premium bebas oplosan dalam program MBG adalah langkah awal yang patut diapresiasi.
Namun, janji ini harus terus dikawal. Peran kita sebagai masyarakat, terutama anak muda yang melek informasi, adalah untuk terus memantau implementasinya di lapangan.