Sejarah Gajah Jadi Logo Partai Politik: dari Kartun Satire Amerika hingga PSI

Rifan Aditya Suara.Com
Rabu, 16 Juli 2025 | 19:09 WIB
Sejarah Gajah Jadi Logo Partai Politik: dari Kartun Satire Amerika hingga PSI
Sejarah Gajah Jadi Logo Partai Politik: dari Kartun Satire Amerika hingga PSI - logo partai politik di Amerika Serikat (Marek Studzinski/unplash)

Suara.com - Dunia politik adalah panggung yang penuh dengan simbol. Menariknya, hewan gajah kini sedang jadi perbincangan lantaran jadi salah satu logo partai politik di Indonesia.

Baru-baru ini, publik Indonesia dikejutkan oleh manuver politik dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Bunga mawar yang selama ini menjadi identitas mereka, tiba-tiba berganti dengan sosok gajah berwarna merah hitam, lengkap dengan slogan "Partai Super Tbk".

Langkah ini sontak memicu spekulasi. Misalnya, apa makna gajah yang jadi simbol partai politik ini? Apa arti perubahan logo itu? Apakah ada partai lain yang juga memakai gajah jadi simbol atau logonya?

Sebuah logo bukan hanya gambar, melainkan representasi dari ideologi, kekuatan, dan arah perjuangan.

Namun, jauh sebelum gajah muncul pada bendera PSI di jalanan kota Solo, hewan raksasa ini telah memiliki sejarah panjang sebagai salah satu simbol politik paling ikonik di dunia.

Selama hampir 150 tahun, gajah telah menjadi lambang Partai Republik di Amerika Serikat. Bagaimana sejarahnya?

Artikel ini akan mengupas tuntas perjalanan "si gajah" di panggung politik, dari kelahirannya sebagai satire di tangan seorang kartunis legendaris hingga kemunculannya yang penuh teka-teki dalam lanskap politik Indonesia modern.

Asal-usul Gajah Republik dari Goresan Satire Thomas Nast

logo partai politik di Amerika Serikat (Marek Studzinski/unplash)
logo partai politik di Amerika Serikat (Marek Studzinski/unplash)

Untuk memahami mengapa gajah menjadi simbol politik yang begitu kuat, kita harus kembali ke Amerika Serikat pada abad ke-19.

Baca Juga: Ferdinand PDIP Olok-olok Logo Baru PSI: Gajah Itu Gemuk, Lemot, Bisa Diseruduk Banteng!

Adalah Thomas Nast, seorang kartunis politik paling berpengaruh pada masanya, yang tanpa sengaja mengukuhkan takdir sang gajah.

Pada 7 November 1874, majalah Harper's Weekly memuat salah satu kartun Nast yang paling terkenal berjudul "Third Term Panic".

Kartun ini menyindir rumor yang disebarkan oleh media pro-Demokrat bahwa Presiden Ulysses S. Grant, seorang Republikan, akan melanggar tradisi dan mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga.

Dalam karyanya, Nast menggambarkan: Seekor keledai (simbol Partai Demokrat) yang mengenakan kulit singa.

Keledai ini menakut-nakuti hewan-hewan lain di kebun binatang.

Di antara hewan yang panik, ada seekor gajah besar dan kuat berlabel "The Republican Vote" (suara Partai Republik), yang tampak hampir terperosok ke dalam jurang jebakan.

Nast menggunakan gajah untuk menggambarkan suara pemilih Partai Republik sebagai raksasa yang kuat, besar, namun terkadang canggung dan mudah tertipu atau panik oleh berita bohong.

Meskipun awalnya merupakan penggambaran yang tidak sepenuhnya positif, Partai Republik secara bertahap mengadopsi simbol tersebut.

Mereka membalikkannya menjadi representasi kekuatan, kecerdasan, dan martabat. Sejak saat itu, gajah menjadi lambang tak terpisahkan dari politik konservatif Amerika.

Dari Mawar ke Gajah, Manuver 'Partai Super Tbk'

Sementara cerita gajah di AS sudah terdokumentasi dengan baik, kemunculan gajah dalam politik Indonesia adalah sebuah misteri yang baru dimulai.

Bendera-bendera PSI yang tersebar di Solo menampilkan gambar gajah berwarna hitam dengan kepala merah yang menengadah, seolah menyiratkan kekuatan baru. Ditambah lagi tulisan "Partai Super Tbk" yang provokatif.

Apa makna di balik perubahan drastis ini? Para petinggi PSI memilih strategi bungkam seribu bahasa.

"Ditunggu penjelasan di kongres," kata Wakil Ketua Umum PSI, Andy Budiman, singkat kepada Suara.com, Selasa (15/7/2025).

Sikap misterius ini justru semakin memanaskan spekulasi. Sementara itu, PSI melalui akun instagram resminya pun mulai nampak mengiyakan kabar pergantian logo partainya.

Terlihat dari caption di bio akun @psi_id yang tertulis "Menuju Partai Super Terbuka: Milik Semua Anggota".

Tak hanya itu, akun ini juga mengunggah video tanggapan Jokowi tentang logo gajah di bendera PSI dengan keterangan seperti ini.

"Pak Jokowi menyambut baik logo baru PSI. Perubahan adalah keniscayaan. Kira-kira, apa ya filosofi logo baru PSI? Nantikan di kongres 19-20 Juli mendatang".

Kini berbagai pertanyaan dan spekulasi muncul setelah ada perubahan logo PSI dari mawar ke gajah.

Apakah PSI ingin melepaskan citra sebagai partai anak muda yang identik dengan bunga mawar yang lembut, dan bertransformasi menjadi kekuatan politik yang lebih besar, solid, dan tangguh layaknya gajah?

Gajah dikenal sebagai hewan yang cerdas, memiliki ingatan kuat, dan sangat sosial. Mungkinkah ini sinyal bahwa PSI akan mengusung platform politik yang lebih mapan, stabil, dan berorientasi pada ketahanan jangka panjang?

Misteri ini dijanjikan akan terungkap pada kongres partai yang akan dihadiri oleh tokoh-tokoh besar seperti Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yang semakin menambah bobot strategis dari manuver ini.

Mengapa Gajah Jadi Pilihan Simbol Politik?

Pemilihan gajah sebagai simbol partai bukanlah tanpa alasan. Secara universal, hewan ini sarat dengan makna yang sangat relevan untuk pesan politik.

1. Kekuatan

Ukurannya yang masif adalah metafora sempurna untuk kekuatan politik yang tidak mudah digoyahkan.

2. Kecerdasan & Ingatan

Frasa "gajah tidak pernah lupa" menyiratkan kebijaksanaan, pengalaman, dan kemampuan belajar dari sejarah.

3. Stabilitas & Ketahanan

Gajah adalah hewan yang tenang dan tangguh, sebuah citra yang diinginkan oleh partai yang ingin dilihat sebagai pilar stabilitas.

4. Sosial & Pelindung

Gajah hidup dalam kelompok yang erat dan dikenal sangat protektif terhadap kawanannya, melambangkan perlindungan terhadap konstituen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI