Suara.com - Gelombang panas ekstrem yang melanda dunia menjadi ancaman nyata bagi para pemain dan penggemar di Piala Dunia 2026.
Para ilmuwan memperingatkan, tanpa perubahan jadwal yang signifikan, turnamen ini bisa membahayakan kesehatan, bahkan nyawa, banyak orang.
Peringatan ini muncul setelah Piala Dunia Antarklub FIFA di Amerika Serikat, yang baru saja selesai, menghadapi suhu tinggi dan badai. Turnamen itu disebut sebagai gambaran awal dari apa yang bisa terjadi ketika Amerika Serikat menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026 bersama Kanada dan Meksiko, di tengah musim panas.
![Daftar 13 Negara yang Lolos ke Piala Dunia 2026: Masih Ada Tempat Buat Timnas Indonesia [Tangkap layar Youtube]](https://media.suara.com/pictures/original/2025/06/11/84959-piala-dunia-2026.jpg)
“Semakin dalam dekade ini, semakin besar risikonya, kecuali kita mulai mempertimbangkan langkah-langkah lebih dramatis seperti bermain di bulan-bulan musim dingin atau di wilayah yang lebih sejuk,” kata Profesor Piers Forster, direktur Priestley Centre for Climate Futures di Inggris.
FIFA sendiri masih mempertahankan tradisi penyelenggaraan turnamen di bulan Juni–Juli, jadwal yang digunakan sejak Piala Dunia pertama pada 1930.
Namun, suhu global terus meningkat. Data dari Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS mencatat, periode musim panas secara global telah memanas lebih dari satu derajat sejak 1930. Di Eropa, kenaikannya bahkan mencapai hampir dua derajat sejak tahun 1990-an.
Ahli iklim Friederike Otto dari Imperial College London memperingatkan bahwa bermain sepak bola siang hari kini sangat berisiko.
“Kalau ingin bermain 10 jam sehari, sebaiknya dilakukan pagi buta atau larut malam, jika tidak ingin pemain dan penonton mengalami kelelahan panas atau bahkan kematian akibat sengatan panas,” ujarnya kepada Associated Press.
Adaptasi FIFA: Cukupkah?
Baca Juga: Ole Romeny Terancam Absen, PSSI Kebut Naturalisasi Pemain Keturunan Bandung?
Pada Piala Dunia Antarklub lalu, FIFA mulai menyesuaikan diri dengan risiko panas: memberikan jeda minum tambahan, menyediakan air lebih banyak di sisi lapangan, dan memasang kipas angin di bangku cadangan. Namun, gelandang Chelsea Enzo Fernández mengaku tetap merasa pusing saat bertanding, dan menyarankan agar pertandingan tidak digelar pada siang hari.
FIFPRO, serikat pemain sepak bola dunia, memperingatkan bahwa enam dari 16 kota tuan rumah Piala Dunia 2026 berada dalam kategori “risiko sangat tinggi” terhadap tekanan panas.
Presiden FIFA, Gianni Infantino, menyatakan beberapa pertandingan siang akan dipindahkan ke stadion tertutup. Tapi belum ada keputusan konkret soal jadwal keseluruhan turnamen.
FIFA juga menyebut bahwa panas ekstrem tidak akan menjadi masalah besar untuk Piala Dunia 2030 di Spanyol, Portugal, dan Maroko, meskipun ketiga negara itu sudah mencatat suhu di atas 40 derajat Celsius pada musim panas 2024.
Dalam evaluasi internalnya, FIFA menyatakan bahwa kondisi cuaca sulit diprediksi dan "kemungkinan besar tidak akan memengaruhi kesehatan pemain atau peserta lainnya."
Namun, ilmuwan iklim menilai pernyataan ini meremehkan risiko nyata di lapangan.