suara hijau

Krisis Iklim Butuh Tindakan Moral dan Kolektif, Mengapa Kajian Akademik Saja Tak Cukup?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Jum'at, 18 Juli 2025 | 15:10 WIB
Krisis Iklim Butuh Tindakan Moral dan Kolektif,  Mengapa Kajian Akademik Saja Tak Cukup?
Aksi krisis iklim di Jakarta. [Suara.com/Alfian Winanto]

Suara.com - Krisis iklim bukan hanya persoalan teknis atau akademik. Ia menuntut keterlibatan yang lebih dalam, dari keyakinan moral hingga aksi nyata secara kolektif.

Hal ini ditegaskan oleh Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Prof. Jamhari, dalam pembukaan konferensi internasional bertema lingkungan yang digelar di kampus UIII, Depok, Kamis (17/7).

“Ini bukan sekadar pencapaian akademik, tetapi juga mencerminkan komitmen kuat untuk menghadapi salah satu tantangan paling mendesak saat ini. Konferensi ini mengingatkan kita bahwa krisis iklim membutuhkan tidak hanya keterlibatan intelektual, tetapi juga keyakinan moral dan aksi bersama,” katanya seperti dikutip dari ANTARA. 

Konferensi ini merupakan hasil kolaborasi antara Fakultas Ilmu Sosial UIII, Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda.

Ilustrasi krisis iklim. (unsplash.com/@dibakar16roy)
Ilustrasi krisis iklim. (unsplash.com/@dibakar16roy)

Mengusung tema “Religious Environmentalism in Action: Knowledge, Movements, and Policies”, acara ini berlangsung selama tiga hari, dari 16 hingga 18 Juli 2025.

Lewat konferensi ini, para akademisi, tokoh agama, aktivis, dan pembuat kebijakan dari berbagai negara bertukar gagasan tentang peran agama dalam isu keberlanjutan dan krisis iklim.

Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta, Dr. Didin Syafruddin, menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari program Religious Environmentalism Actions (REACT) yang mereka gagas bersama Kedutaan Besar Belanda.

“Proyek ini bertujuan untuk memberdayakan pemimpin muda dan komunitas keagamaan guna mencapai pembangunan lingkungan yang berkelanjutan di Indonesia,” jelasnya.

Konferensi ini juga menjadi bagian dari perayaan 30 tahun jurnal Studia Islamika, yang secara konsisten mendorong diskursus akademik tentang Islam di Asia Tenggara.

Baca Juga: Zona 5 TPA Sarimukti Mulai Dioperasikan

Kepala Departemen Ekonomi Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Jakarta, Adriaan Palm, turut menyampaikan pentingnya kolaborasi lintas iman dan nilai dalam menghadapi krisis iklim.

“Krisis iklim menuntut lebih dari sekadar solusi teknologi, dibutuhkan kebijaksanaan spiritual dan keberanian kolektif. Organisasi keagamaan di seluruh dunia telah mengambil tindakan nyata, menanam pohon, melindungi sungai, dan mendidik generasi penerus. Upaya ini berakar pada nilai-nilai suci, dan harus diakui serta didukung,” ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI