Prabowo, sebagai panglima tertinggi pemerintahan, akan mulai mengonsolidasikan kekuatannya, menempatkan orang-orang kepercayaannya, dan membangun warisannya sendiri.
Pada saat yang sama, Jokowi harus beradaptasi dengan peran barunya sebagai mantan presiden. Upayanya untuk menjaga relevansi dan pengaruh politik, terutama demi melanggengkan jalan Gibran, berpotensi menciptakan friksi dengan pusat kekuasaan baru di bawah Prabowo.
Potensi konflik ini kemungkinan besar tidak akan muncul dalam bentuk konfrontasi terbuka. Ia akan bermanifestasi sebagai persaingan pengaruh, perebutan sumber daya politik, dan pembentukan poros-poros kekuatan yang saling berhadapan menjelang 2029.
Panggung politik Indonesia akan menjadi saksi bisu pertarungan antara kekuatan petahana yang dibangun Prabowo melawan kekuatan warisan yang coba dipertahankan oleh Jokowi untuk Gibran.