Transformasi dari bunga mawar menjadi gajah berkepala merah disebut melambangkan kesetiaan, keberanian, dan kekuatan kolektif untuk menghadapi tantangan politik ke depan.
Perubahan ini terjadi seiring dengan pergeseran citra PSI dari partai idealis menjadi kekuatan politik yang lebih pragmatis, dan dekat dengan lingkaran kekuasaan, terutama setelah Kaesang Pangarep, putra Presiden ke-7 RI Joko Widodo, menjabat sebagai ketua umum.
Bahkan, salah satu pendiri PSI, Jeffrie Geovanie, mengungkapkan bahwa pemilihan logo gajah tersebut tidak lepas dari harapan agar Jokowi "berkenan" dengan partai tersebut.
"Kita kemudian nekad pilih logo yang menurut kita mungkin saja suatu waktu Pak Jokowi berkenan," ujar Jeffrie.
Fokus Pada Substansi, Bukan Sensasi
Antony Komrad lebih lanjut menekankan bahwa diskursus publik mengenai logo baru PSI adalah tanda hidupnya demokrasi.
Namun, ia menyayangkan jika perdebatan tersebut terjebak dalam politik saling sindir dan curiga.
Menurutnya, energi kolektif bangsa seharusnya difokuskan pada hal-hal yang lebih esensial.
“Lebih baik fokus pada substansi: program, gagasan, dan solusi untuk rakyat. Soal desain logo, biar jadi urusan internal partai yang bersangkutan. Jangan semuanya dikaitkan dengan geng ini atau geng itu,” tutup Antony Komrad.
Baca Juga: Waktu Kongresnya Bareng PSI, Dasco: Saya Kira Logo Gekrafs Ganti Kancil