Sejuta 'Like' untuk Tom Lembong: Kenapa Publik Bela Eks Menteri yang Divonis Bersalah?

Tasmalinda Suara.Com
Rabu, 23 Juli 2025 | 19:42 WIB
Sejuta 'Like' untuk Tom Lembong: Kenapa Publik Bela Eks Menteri yang Divonis Bersalah?
Tom Lembong (Instagram/tomlembong)

Suara.com - Di tengah narasi hukum yang kompleks, ada fenomena menarik yang terjadi di ruang digital yakni gelombang simpati publik untuk Tom Lembong.

Puncaknya adalah ketika postingan Instagram Ferry Irwandi yang mengupas tuntas kasus ini menjadi meledak dan mendapatkan hampir satu juta likes.

"Gue tuh post itu jam setengah lima pagi, bangun-bangun apa ini meledak semuanya. Like-nya itu hampir satu juta," ungkap Ferry di podcast Deddy Corbuzier, menunjukkan betapa masifnya respons publik.

Fenomena ini memunculkan pertanyaan: mengapa seorang yang divonis sebagai koruptor justru mendapat pembelaan begitu kuat dari netizen?

Jawabannya terletak pada narasi.

Selama ini, publik disuguhi narasi tunggal dari penegak hukum bahwa Tom Lembong adalah pejabat korup.

Namun, Ferry Irwandi tidak sekadar berkomentar, ia meruntuhkan narasi tunggal dari penegak hukum dengan menyajikan sebuah cerita tandingan yang logis dan menyentuh emosi publik.

Di tengah kebingungan atas jargon hukum yang kompleks, Ferry berhasil membedah konsep abstrak seperti mens rea (niat jahat) menjadi sebuah pertanyaan fundamental yang bisa dipahami semua orang yakni bagaimana bisa seseorang dipidana korupsi jika terbukti tidak punya niat jahat dan tidak memperkaya diri sendiri?

Pertanyaan ini menusuk rasa keadilan dasar masyarakat, dan bobotnya semakin kuat karena datang dari figur kredibel seperti Ferry yang dikenal kritis.

Baca Juga: 5 Isu Krusial Banding Tom Lembong: Ketika Kebijakan Ekonomi Diadili seperti Kriminal

Pada akhirnya, analisisnya menjadi pemantik bagi kecurigaan publik yang telah lama terpendam—bahwa di era penuh polarisasi, hukum bisa menjadi senjata politik.

Kombinasi antara logika sederhana, sentimen keadilan, kredibilitas pembicara, dan relevansi politis inilah yang membuat penjelasannya meledak dan diterima secara luas oleh audiens muda yang mendambakan kejernihan.

Postingan Ferry yang viral menjadi titik balik, mengubah Tom Lembong dari figur "koruptor" menjadi "korban" di mata sebagian besar netizen. Ini membuktikan kekuatan media sosial dalam membentuk opini publik dan menantang narasi yang dibangun oleh institusi resmi.

Pengajuan banding Tom Lembong kini tidak hanya akan diadili di ruang sidang, tetapi juga di pengadilan opini publik yang digerakkan oleh kekuatan media sosial. Simpati digital ini bisa menjadi tekanan moral yang signifikan dalam proses hukum selanjutnya.

Apakah Anda termasuk yang ikut bersimpati pada Tom Lembong setelah melihat penjelasan di media sosial? Apa yang membuat Anda yakin? Share di kolom komentar!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI