Rocky Gerung bukan Oposan Sejati, Kritik Jokowi hanya Tendensi Personal

Wakos Reza Gautama Suara.Com
Rabu, 30 Juli 2025 | 07:54 WIB
Rocky Gerung bukan Oposan Sejati, Kritik Jokowi hanya Tendensi Personal
Guru Gembul menuding kritikan Rocky Gerung ke Jokowi selama ini penuh tendensi.

Suara.com - Di panggung politik Indonesia yang tak pernah sepi dari drama, sebuah pertanyaan tajam kini mengusik ketenangan salah satu kritikus paling vokal, Rocky Gerung.

Adalah Guru Gembul, pengamat sosial-politik yang juga dikenal dengan analisisnya yang mendalam, yang menyalakan sorotan ke arah Rocky.

Ia menuding sang filsuf telah kehilangan taji kritisnya, terutama saat berhadapan dengan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, sebuah sikap yang kontras 180 derajat dibanding saat era Joko Widodo.

Kritik Guru Gembul berpusat pada sebuah inkonsistensi yang menurutnya sangat mencolok. Ia mengingatkan kembali bagaimana Rocky Gerung dulu dengan gagah berani membela rentetan kritiknya terhadap Jokowi.

"Jadi dulu Pak Rocky Gerung itu dikritik. Kenapa mengkritik Pak Jokowi terus? Dia bilang, 'Ya, saya tidak mengkritik Jokowi. Saya mengkritik Presiden sebagai penguasa'," ujar Guru Gembul, mengulang kembali argumen ikonik Rocky.

Namun, logika yang sama kini seolah tak berlaku. "Tapi kan sekarang terbukti terhadap penguasa yang sekarang tidak mengkritik," sambungnya dengan nada mempertanyakan. Menurut Guru Gembul, perubahan ini bukan sekadar soal gaya, melainkan substansi yang mengarah pada keberpihakan.

Puncak dari kegelisahan Guru Gembul adalah pernyataan Rocky yang ia kutip, di mana Rocky seolah tak menemukan alasan untuk mengkritik presiden saat ini.

"Bahkan kadang-kadang beliau kalau tidak salah pernah mengatakan, 'Saya tidak menemukan celah untuk mengkritik Pak Prabowo dan bahwa Pak Prabowo itu ada di jalan yang benar.'"

Kalimat inilah yang menjadi amunisi utama Guru Gembul untuk menelanjangi apa yang ia sebut sebagai tendensi personal.

Baca Juga: Roy Suryo Bongkar Sinyal 'Warna Biru' di Balik Isu Ijazah Jokowi, Sebut Ada Upaya Adu Domba

"Lontaran itu kan dihadapkan pada penguasa. Dulu juga terhadap penguasa, tapi dulu penguasanya galak banget. Sekarang pada penguasa yang baik banget," tegasnya.

Analisis ini secara gamblang menuduh bahwa kritik Rocky tidak lagi murni berbasis pada evaluasi kebijakan, melainkan pada sentimen personal terhadap sosok yang berkuasa.

"Artinya apa? ya, penegasan bahwa dalam hal ini Pak Rocky itu ada tendensi, ada keberpihakan dan beliau mengkritik orang yang tidak berpihak padanya dan menolak kritik pada orang yang berpihak dengannya atau sepihak dengannya. Itu kan kesimpulannya," ujar Guru Gembul.

Bagi Guru Gembul, kritik adalah sebuah keniscayaan dalam demokrasi yang sehat, sebuah prinsip yang seharusnya dipegang teguh oleh seorang intelektual tanpa pandang bulu. Ia bahkan menggunakan dirinya sebagai contoh untuk menggarisbawahi poin penting ini.

"Makanya sekali lagi kalau kalau misalkan prinsip saya misalkan gini ya, saya tuh misalkan pro terhadap Pak KDM, tapi saya tetap berani mengkritiknya karena apa? Ya karena kritik itu adalah sesuatu yang dibutuhkan dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan permusuhan," jelasnya.

Baginya, kritik bukanlah manifestasi dari kebencian. "Karena kritik itu bukan sesuatu yang buruk. Kritik itu dalam artian bukan wujud dari kebencian ya. Itu sama aja dengan pertemanan dan lain sebagainya gitu."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI