Pengamat Sebut Polisi Sengaja Tutupi Motif Kematian Arya Daru: Ada Hal Personal yang Harus Dijaga

Wakos Reza Gautama Suara.Com
Rabu, 30 Juli 2025 | 18:52 WIB
Pengamat Sebut Polisi Sengaja Tutupi Motif Kematian Arya Daru: Ada Hal Personal yang Harus Dijaga
Polisi sengaja tak ungkap motif kematian diplomat Arya Daru.

Suara.com - Satu pertanyaan besar terus menggantung di benak publik pasca ditutupnya penyelidikan kasus kematian diplomat muda, Arya Daru Pangayunan: Apa motifnya?

Di tengah kebisuan polisi yang memicu beragam spekulasi, Guru Besar Universitas Bhayangkara, Profesor Hermawan Soelistyo, tampil ke depan untuk membongkar sebuah "rahasia dapur" yang menjadi alasan utama di balik misteri ini.

Jawabannya, menurut sang pakar, bukanlah karena polisi tidak tahu atau menutupi konspirasi. Sebaliknya, polisi justru tahu terlalu banyak. Namun, ada sebuah dinding tebal bernama "etika" yang tidak mungkin mereka langgar, sekalipun didesak oleh rasa penasaran publik yang begitu besar.

"Yang menjadi masalah menyampaikannya ke ruang publik karena ada masalah etis di situ," tegas Profesor Hermawan dikutip dari Youtube Kompas TV.

Ia melukiskan betapa peliknya posisi penyidik, khususnya Direktur Reserse Kriminal Umum, saat harus berhadapan dengan media.

Mereka harus memberikan penjelasan yang memuaskan tanpa melanggar batas-batas privasi yang paling dalam dari almarhum dan keluarganya. Sebuah tugas yang nyaris mustahil.

"Sehingga direskrimum nya au au ketika harus menjelaskan dan tidak melampaui batas etik etis itu gitu. Sangat hati-hati, kalau wartawannya pintar dikejar terus mati dia," ujarnya dengan gaya bicara yang lugas, menggambarkan tekanan luar biasa di ruang konferensi pers.

Profesor Hermawan menekankan bahwa Indonesia bukanlah ruang hampa tanpa aturan di mana semua informasi bisa dilempar begitu saja.

Ada batasan jelas yang membedakan antara kasus politis yang perlu transparansi penuh, dengan kasus personal yang menyangkut kehormatan individu.

Baca Juga: Kematian Diplomat Kemlu Penuh Misteri, Keluarga Tak Percaya Arya Bunuh Diri, Sengaja Ditutupi?

"kita kan bukan hidup di dunia luar bebas ngomong apa saja gitu kan. Kita kalau belajar dari pengungkapan hasil-hasil investigasi terhadap Milosevic dulu karena itu berkaitan dengan politis. Kalau ini kan enggak. Ini dengan etika, dengan batas etis," jelasnya.

Lalu, apa sebenarnya "batas etis" yang sakral ini? "Batas etisnya adalah individual. Individu kan kita enggak mau pribadi kita diungkap-ungkap diomongin yang belum tentu benar gitu loh," katanya, menyentuh nurani publik bahwa setiap orang berhak atas kerahasiaan ruang pribadinya.

Di sinilah letak bom waktu informasinya. Profesor Hermawan mengungkap bahwa polisi tidak hanya berspekulasi mengenai motif.

Mereka memegang bukti fisik yang kuat terkait hal-hal yang masuk dalam ruang etis tersebut. Bukti yang, jika diungkap, justru akan menimbulkan luka yang lebih dalam.

"Sementara polisi itu kan mereka pegang bukti fisik juga tentang hal-hal yang masuk ruang etis yang di dalam ruang etis," ucapnya.

Polisi, menurutnya, secara profesional telah memisahkan dua hal: faktor penyebab jangka panjang (causative factors) dengan pemicu sesaat (trigger).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI