Keakraban yang ditampilkan oleh Gibran sebagai representasi eksekutif dan Dasco sebagai pimpinan legislatif, menjadi penanda penting bagi stabilitas politik ke depan.
"Apa pun judulnya, Gibran adalah wapres mewakili unsur eksekutif. Dasco adalah pimpinan DPR merepresentaaikan legislatif. Secara simbol ini menjadi penanda hubungan wapres (eksekutif) dan legislatif akur, isu soal pemakzulan wassalam," ucapnya.
Sinyal ini seolah memupus kekhawatiran atau wacana liar mengenai potensi pemakzulan yang sempat beredar di ruang publik.
Kerukunan antara Istana dan Senayan yang disimbolkan oleh Gibran dan Dasco menjadi jaminan bahwa roda pemerintahan akan berjalan stabil.
Selain itu, pertemuan ini juga ditafsirkan sebagai upaya untuk meredam spekulasi lain yang tak kalah panas, yakni isu kerenggangan hubungan antara Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Gibran, sebagai putra Jokowi, dan Dasco, sebagai orang kepercayaan Prabowo di Gerindra, menjadi jembatan simbolik yang membantah kabar tersebut.
"Secara simbolik, ada yang menafsirkan sebagai bentuk hubungan baik 08 (Prabowo) dengan Solo (Jokowi) yang belakangan ini kerap dispekulasikan rada renggang," kata Adi.
Dengan demikian, makan siang sederhana di akhir pekan itu ternyata membawa pesan berlapis.
Ia menjadi penegas soliditas koalisi pemerintah, sinyal keharmonisan antara eksekutif dan legislatif, sekaligus bantahan telak atas berbagai spekulasi keretakan yang dapat mengganggu stabilitas politik nasional.
Baca Juga: Tom Lembong Mengudara Lagi: Kisah Asam Lambung, Kejutan Abolisi dan Perlawanan Baru