Di sisi lain, Kirdi Putra menawarkan interpretasi kedua yang lebih dalam dan provokatif. Dasi biru itu bisa jadi bukan hanya simbol loyalitas, tetapi juga penegasan posisi Gibran sebagai figur yang setara dan pantas mendampingi Presiden.
Mantan Wali Kota Solo itu seolah ingin menunjukkan bahwa dirinya bukan sekadar "ban serep", melainkan mitra kerja yang memiliki kapabilitas setara. Analisis ini diperkuat dengan pernyataan Kirdi yang menyoroti potensi Gibran sebagai suksesor.
"Bisa jadi diartikan bahwa saya juga layak mendampingi. Kalau ada apa-apa dengan Pak Prabowo, saya layak jadi Presiden, bisa juga dilihat dengan sudut pandang seperti itu, simbolnya. Jadi, kita mau mengartikan yang mana, ya terserah dan sah-sah saja," ujar Kirdi.
4. Sorot Mata Tak Bisa Bohong: Masih Ada Kegugupan
Meskipun piawai memainkan simbol politik, Kirdi menilai bahasa tubuh Gibran menunjukkan sisi lain. Dari sorot matanya, terutama dalam acara kenegaraan besar seperti Sidang Tahunan MPR, Gibran dinilai masih menunjukkan kecanggungan dan kegugupan.
Perasaan ini, menurut Kirdi, juga sering terlihat ketika Gibran mendapat tugas mandiri atau beraktivitas terpisah dari Presiden Prabowo.
"Jadi tidak harus selalu disandingkan dengan Pak Prabowo, apalagi disandingkan dengan Pak Prabowo dalam acara kenegaraan, dimana hampir seluruh pejabat tinggi negara, bukan pejabat negara saja, tapi pejabat tinggi dan tertinggi negara hadir di situ," jelas Kirdi.