Suara.com - Teriakan "bubarkan DPR" kembali menggema di media sosial di tengah banyaknya isu panas mengenai lembaga tersebut, mulai dari gaji anggota DPR RI hingga kinerjanya yang dinilai tak mewakili rakyat.
Di tengah panasnya isu mengenai kinerja anggota dewan belakangan ini, Indonesia memiliki jejak sejarah ketika Presiden RI dan DPR RI berada di titik nadir hubungan mereka.
Dua sosok presiden dengan latar belakang dan era yang berbeda, Soekarno dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sama-sama pernah mengeluarkan dekrit pembubaran DPR RI karena menganggap lembaga legislatif tidak lagi sejalan dengan semangat negara.
Era Soekarno: Dari Dekrit Presiden Hingga Lahirnya DPR Gotong Royong
Kisah pembubaran DPR RI pertama terjadi di era kepemimpinan Presiden RI pertama, Soekarno.
Puncaknya adalah ketika situasi politik negara berada dalam ketidakpastian di bawah sistem Demokrasi Parlementer.
![Presiden RI pertam, Soekarno [Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/08/61751-soekarno.jpg)
Konstituante, badan yang bertugas merumuskan UUD baru pengganti UUDS 1950, gagal mencapai kesepakatan setelah bertahun-tahun bersidang.
Melihat kebuntuan politik yang berlarut-larut, Soekarno mengambil langkah radikal dengan mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959 yang membubarkan Konstituante dan menyatakan kembalinya Indonesia ke UUD 1945.
Meski awalnya dekrit ini tidak membubarkan DPR hasil Pemilu 1955, konflik antara presiden dan parlemen tak terhindarkan.
Baca Juga: Nasib Wamenaker Immanuel Ebenezer di Ujung Tanduk Pasca-OTT KPK
DPR menolak Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) yang diajukan oleh pemerintah yang dinilai sebagai bentuk pembangkangan oleh Soekarno.
Karena itu, Soekarno mengeluarkan Penetapan Presiden No. 3 Tahun 1960 yang secara resmi membubarkan DPR hasil pemilu.
Tak berhenti di situ, ia kemudian membentuk DPR Gotong Royong (DPR-GR), di mana seluruh anggotanya ditunjuk langsung oleh presiden, bukan lagi melalui pemilihan umum.
Langkah ini menandai dimulainya era Demokrasi Terpimpin, di mana kekuasaan eksekutif menjadi sangat dominan.
Era Gus Dur: Maklumat di Ujung Kekuasaan

Langkah serupa juga pernah dicoba oleh Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.