Menkes Budi Gunadi Sadikin Klaim Penyebab Kematian Raya Bukan Gegara Cacingan

Sumarni Suara.Com
Minggu, 24 Agustus 2025 | 21:22 WIB
Menkes Budi Gunadi Sadikin Klaim Penyebab Kematian Raya Bukan Gegara Cacingan
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. (Suara.com/Novian)

Suara.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin kembali menyoroti kasus balita bernama Raya yang meninggal dengan banyak cacing di dalam tubuhnya.

Dalam wawancaranya, Budi mengklaim jika kematian tersebut bukan disebabkan cacingan, karena penyakit cacing dipastikan tak menyebabkan kematian.

Budi menyebut kasus kematian itu diduga kuat disebabkan karena infeksi.

"Cacingan tidak menyebabkan kematian. Jadi, yang kemarin kematiannya itu bukan karena cacingan. Kematiannya karena infeksi," papar Budi.

Budi pun menegaskan jika infeksi berat yang menyebabkan sepsis pada Raya diduga dipicu oleh penyakit yang telah diderita selama berbulan-bulan, seperti batuk berdahak berkepanjangan.

Budi pun menyebut kemungkinan diagnosis awal Raya mengarah pada meningitis atau tuberkulosis (TBC).

"Selama 3 bulan, dia (Raya) batuk berdahak tanpa henti, tubuhnya melemah, sehingga bakteri menyebar ke seluruh tubuh. Itu yang disebut sepsis," ujar Budi.

Meski lebih dari satu kilogram cacing gelang ditemukan dalam tubuh korban, Budi menegaskan kondisi tersebut bukan penyebab utama kematian, melainkan faktor pendamping yang memperparah kondisi kesehatan Raya.

Baca Juga: Heboh Kurikulum Kesehatan di Sekolah: Antara Beban Siswa dan Kompetensi Guru

Mengambil pelajaran dari kejadian ini, Budi minta masyarakat yang mengalami sakit untuk memanfaatkan fasilitas pemeriksaan kesehatan gratis dari pemerintah. Budi tidak ingin, kejadian serupa terulang.

"Untuk itu kita memastikan dicek kesehatan gratis ini, kan nanti lagi jalan nih, TBC, cacing itu nanti kita cek. Sehingga kalau ketahuan lebih dini, harusnya nggak kejadian seperti itu, ini kan sudah sangat terlambat," pesan Budi.

"Kita ingin memastikan bahwa di cek kesehatan gratis, ini Pak Prabowo ingin agar 280 juta itu cek kesehatan gratis karena infeksi. Kalau itu ketahuan lebih dini, harusnya nggak usah sampai meninggal kan," sambungnya.

Budi juga pastikan, stok obat cacing di Puskesmas selalu ada.

"Obat cacingan tuh sangat tersedia, sangat murah, sekali minum bisa beres TBC itu kalau ketahuan, di obatnya pun ampuh gitu, sembuh," tuturnya.

Saat disinggung mengenai pelayanan kesehatan yang dilakukan Pemkab Sukabumi dan jajarannya kurang optimal, Budi sebut pihaknya akan mengevaluasi.

"Mungkin ini yang terakhir ya. Sebenarnya tugas ini ada di puskesmas, puskesmas nanti yang memonitor di darahnya, penyakitnya seperti apa? Jadi contohnya kalau ini ada cacingan, ya dia harus segera mengerahkan aparatnya untuk membagi-bagi tablet anti cacing ini agar bisa diminum," papar Budi.

"Kalau itu ada masalah TBC, dia harus segera melakukan surveilans, deteksi siapa yang sakit TBC, kemudian dikasih obatnya untuk minum dan sekali lagi tolong dibantu agar ini disebarluaskan sehingga masyarakat juga bisa sadar dan aware untuk melakukan program cek kesehatan gratis," pungkasnya.

Kasus Kematian Raya

Kasus Kematian Raya
Kasus Kematian Raya

Sebelumnya, kematian Raya mendapat sorotan publik. Balita yang tinggal di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, itu diketahui tinggal bersama ibu dengan gangguan jiwa dan ayahnya yang juga menderita TBC.

Raya ditemukan tim pegiat sosial dalam kondisi kritis dan sempat dibawa ke rumah sakit pada 13 Juli 2025. Selama perawatan, dari tubuhnya dikeluarkan cacing hidup hingga seberat 1 kilogram.

Bahkan hasil CT scan menunjukkan cacing dan telurnya sudah menyebar ke otak. Dia akhirnya meninggal pada 22 Juli 2025.

Menanggapi kasus Raya, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan kasus kematian balita di Sukabumi yang diduga akibat cacingan menyoroti perlunya upaya promotif dan preventif kesehatan guna mencegah hal serupa agar tidak terjadi kembali.

Ketua Umum IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan edukasi tentang pola hidup bersih sehat (PHBS), serta akses layanan kesehatan yang dapat menjangkau anak-anak di daerah menjadi krusial.

"Tentu ini kalau masalah kecacingan, kita tidak bisa melihatnya dari satu aspek, penyakitnya aja ya. Ini masalah sosialnya juga banyak," ungkap Piprim. 

Dia menuturkan IDAI memiliki program relevan untuk mengatasi masalah ini, yaitu Pediatrician Social Responsibility, di mana satu dokter anak menjadi relawan untuk mengampu dua puskesmas.

Menurut dia, inisiatif ini dapat merambah ke para tenaga kesehatan dan kader guna memastikan edukasi PHBS yang tepat, misalnya cara mencuci tangan yang benar, pemberian obat pencegahan cacingan tiap 6 bulan sekali, sehingga bisa dijalankan secara baik guna mencegah kasus serupa.

Kontributor : Anistya Yustika

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?