Polisi Membabi Buta! Wartawan yang Liput Aksi Bubarkan DPR Dipukuli

Bernadette Sariyem Suara.Com
Senin, 25 Agustus 2025 | 16:04 WIB
Polisi Membabi Buta! Wartawan yang Liput Aksi Bubarkan DPR Dipukuli
Massa aksi bubarkan DPR mencoba merangsek ke depan gedung DPR RI, Senayan, Jakarta setelah aparat kepolisian memukul mundur massa aksi dari depan Gedung Parlemen. (Suara.com/Faqih)

Suara.com - Aksi demonstrasi di depan Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, pada Senin (25/8/2025) kembali memakan korban dari kalangan pekerja media.

Seorang jurnalis foto dari Kantor Berita ANTARA, Bayu Pratama Syahputra, mengalami tindakan kekerasan yang diduga dilakukan oleh oknum aparat kepolisian saat ia tengah menjalankan tugas peliputan di tengah massa yang memanas.

Peristiwa nahas ini menodai upaya jurnalis dalam menyampaikan informasi kepada publik dan menjadi catatan kelam bagi kebebasan pers di Indonesia.

Ironisnya, Bayu dipukuli justru ketika ia mengambil posisi di belakang barisan polisi dengan harapan mendapatkan perlindungan dan sudut pandang yang aman untuk bekerja.

Saat dihubungi, Bayu menceritakan kronologi kejadian yang menimpanya. Ia tiba di lokasi sekitar pukul 13.00 WIB dan mendapati situasi sudah mulai ricuh.

Sebagai seorang jurnalis foto profesional, ia sadar betul pentingnya mencari posisi yang aman untuk bisa mendokumentasikan peristiwa tanpa membahayakan diri. Pilihan paling logis saat itu adalah berlindung di antara barikade aparat.

"Saya ke barisan polisi supaya lebih aman, ya sudah saya mau 'motret-motret' ternyata pas itu ada oknum 'mukulin' masyarakat, saya juga langsung dipukul tiba-tiba," kata Bayu.

Tindakan pemukulan itu terjadi begitu cepat dan tanpa peringatan.

Bayu menduga kuat bahwa serangan itu dipicu oleh aktivitasnya yang sedang mengarahkan kamera ke arah salah satu oknum aparat yang tengah melakukan kekerasan terhadap massa demonstran.

Baca Juga: Massa Aksi Bubarkan DPR Jebol Blokade Lewat Tol, Polisi Dihujani Bambu

Ia menjadi sasaran amuk setelah mencoba merekam momen tersebut. Pukulan mendarat di bagian kepala dan tangannya.

"Peristiwa pemukulannya persis di bawah JPO di depan gedung DPR," jelas Bayu, merinci lokasi spesifik insiden kekerasan tersebut.

Dalam situasi panik, Bayu refleks menggunakan perangkat kerjanya—kamera—sebagai perisai untuk melindungi kepalanya dari pukulan yang membabi buta.

Tindakannya berhasil mencegah cedera kepala yang lebih parah, namun harus dibayar mahal. Beberapa bagian kameranya mengalami kerusakan akibat benturan keras, sementara tubuhnya menderita luka memar.

Hal yang paling membuat Bayu heran dan kecewa adalah bagaimana oknum tersebut bisa mengabaikan identitasnya yang sangat jelas sebagai seorang jurnalis.

Ia telah mengenakan atribut peliputan yang lengkap dan mudah dikenali, yang seharusnya memberinya imunitas saat bertugas di lapangan sesuai amanat Undang-Undang Pers.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?