Suara.com - Lonjakan harga beras menjadi pendorong utama inflasi di Sulawesi Selatan. Bank Indonesia mencatat kenaikan komoditas ini mencapai 10 persen pada Juli 2025.
Sejak pertengahan tahun ini, harga beras di sejumlah pasar tradisional di Kota Makassar, Kabupaten Bone, hingga Sidrap melonjak hingga 10 persen.
Di kota Makassar misalnya. Harga beras premium naik hingga Rp18.000 per kilo, dari HET Rp14.000. Begitu pun dengan beras medium sekarang ini Rp14.500 dari HET Rp10.900.
Kenaikan itu kian terasa menekan masyarakat di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi daerah.
"Kenaikannya 10 persen. Ini karena pertanian kita drop di triwulan II," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda, Selasa, 26 Agustus 2025.
Rizki menyebut kenaikan harga beras menjadi faktor utama pendorong inflasi. Selain itu ada daging ayam dan bawang merah.
Data BI menunjukkan, inflasi month to month (mtm) Sulsel naik dari 0,29 persen pada Juni menjadi 0,61 persen pada Juli.
Sementara itu, inflasi tahun kalender (year to date/ytd) sudah berada di atas target indikatif selama empat bulan terakhir.
"Inflasi di Sulsel secara yoy (year on year) masih oke, tapi secara month to month itu tidak. Maret, April, dan Juni juga masih merah. Year to date-nya pun juga masih merah," jelasnya.
Baca Juga: Harga Beras Mahal Justru Tak Buat Petani Sejahtera
Catatan BI Sulsel menunjukkan, seluruh kabupaten/kota dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) telah melewati target inflasi year to date.
Per Juli 2025, masih ada delapan kabupaten/kota di Sulsel yang masuk zona merah inflasi. Yaitu kota Parepare, Sidrap, Wajo, Makassar, Palopo, Luwu Timur, Bone, dan Bulukumba.
Kota Parepare tercatat dengan inflasi tertinggi secara tahun kalender, sedangkan Palopo menempati posisi tertinggi secara bulanan.
Untuk menahan laju inflasi, Rizki menekankan pentingnya intervensi cepat melalui operasi pasar.
Peran Bulog dianggap sangat strategis dengan menyalurkan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
"Perlu ada operasi pasar. Bulog juga harus segera menyalurkan SPHP yang sekarang ini masih under (di bawah target)," katanya.
![Bank Indonesia mencatat harga beras di Sulawesi Selatan naik 10 persen mengakibatkan inflasi ikut naik [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/27/81738-beras.jpg)
Pertanian Drop, Ekonomi Melambat
Kenaikan harga beras tidak bisa dilepaskan dari kontraksi di sektor pertanian.
BI mencatat, pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan II 2025 hanya mencapai 4,94 persen, turun dari 5,78 persen di triwulan I. Angka ini menempatkan Sulsel di peringkat 22 secara nasional.
"Sulsel di bawah 5 persen itu gambar merah. Apa saja yang drop? terutama pertanian karena normalisasi panen di Maret-April, sehingga produksi terkontraksi," ungkap Rizki.
Sektor pertanian yang menjadi penopang utama ekonomi Sulsel melambat signifikan. Pada triwulan II 2025, kontribusinya hanya tumbuh 3,36 persen (yoy), jauh di bawah capaian triwulan I yang sempat mencapai 15,73 persen.
Produksi padi bahkan terkontraksi hingga 6,27 persen yoy akibat pergeseran musim panen.
Selain pertanian, sektor transportasi dan pergudangan (transgud) juga mengalami penurunan dari 5,09 persen di triwulan I menjadi 4,13 persen pada triwulan II.
Meski begitu, lapangan usaha perdagangan, industri pengolahan, konstruksi, dan pertambangan masih memberikan andil positif terhadap pertumbuhan ekonomi di periode yang sama.
Naikkan Harga
Seperti diketahui, pemerintah akhirnya menaikan harga eceran tertinggi (HET) beras jenis medium.
Harga saat ini Rp13.500 per kilogram (kg), dari sebelumnya Rp 12.500 per kg.
Hal ini sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Republik Indonesia Nomor 299 Tahun 2025 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi Beras.
"Kami sampaikan Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Republik Indonesia Nomor 299 Tahun 2025 tanggal 22 Agustus 2025 tentang Penetapan Harga Ecaran Tertinggi Beras (terlampir), untuk dapat dipergunakan sesuai keperluan dan/atau menjadi acuan dalam penjualan beras ke konsumen," bunyi surat Pemberitahuan Penyesuaian HET Beras yang dikutip, Selasa, 26 Agustus 2025.
Kenaikan harga beras jenis medium itu berlaku untuk semua provinsi, di mana berbeda-beda setiap daerahnya.
Adapun, kenaikan harga beras juga bervariasi mulai dari Rp 900 per kg hingga Rp 2.000 per kg.
Sementara, Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) I Gusti Ketut Astawa mengatakan kenaikan harga beras saat ini telah berlaku.
Alasannya agar penggilingan padi tetap bisa bernafas dan berjalan memproduksi beras. Sebab, kata I Gusti, harga gabah kering giling (GKP) mulai alami kenaikan.
"Jadi ini adalah jalan pendek, karena kalau tidak dilakukan penyesuaian, teman-teman penggilingan pasti nggak berani berproduksi, karena memang harganya terlalu tinggi GKP-nya kita. Nah dia akan sulit melakukan produksi menghasilkan beras dengan posisi Rp 12.500/kg (HET medium sebelumnya)," katanya.
Adapun berikut harga beras medium setelah alami kenaikan di seluruh provinsi:
1. Jawa, Lampung, Sumatera Selatan:
Beras Medium: Rp 13.500 per kg
2. Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung:
Beras Medium: 14.000 per kg
3. Bali dan Nusa Tenggara Barat:
Beras Medium: Rp 13.500 per kg
4. Nusa Tenggara Timur:
Beras Medium: Rp 14.000 per kg
5. Sulawesi:
Beras Medium: Rp 13.500 per kg
6. Kalimantan:
Beras Medium: Rp 14.000 per kg
7. Maluku:
Beras Medium: Rp 15.500 per kg
8. Papua:
Beras Medium: Rp 15.500 per kg
Kontributor : Lorensia Clara Tambing