Namun, seiring waktu hampir semua daerah beralih ke beras sehingga konsumsi makin tersentralisasi dan menimbulkan kerentanan harga.
Jufri menilai, diversifikasi pangan harus kembali digalakkan melalui edukasi dan gerakan bersama. Selain untuk mengurangi tekanan harga beras, juga bisa memperkaya pilihan pangan lokal yang lebih sehat dan sesuai kearifan budaya.
"Kalau tidak makan nasi, sering dianggap belum makan. Padahal fungsi utama makan adalah menghilangkan lapar dan memenuhi gizi," ucapnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia mencatat lonjakan harga beras menjadi pendorong utama inflasi di Sulawesi Selatan. Kenaikan komoditas ini mencapai 10 persen pada Juli 2025.
Data BI menunjukkan, inflasi month to month (mtm) Sulsel naik dari 0,29 persen pada Juni menjadi 0,61 persen pada Juli.
Sementara itu, inflasi tahun kalender (year to date/ytd) sudah berada di atas target indikatif selama empat bulan terakhir.
"Inflasi di Sulsel secara yoy (year on year) masih oke, tapi secara month to month itu tidak. Maret, April, dan Juni juga masih merah. Year to date-nya pun juga masih merah," jelasnya.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing
Baca Juga: Jerome Polin Bongkar Tunjangan Beras DPR: 12 Juta Buat Beras, Makan Se-Ton Sebulan?