Ketika Rumah Ahmad Sahroni Dijarah: Arogansi, Pengabaian, dan Amarah yang Terpendam

Minggu, 31 Agustus 2025 | 08:28 WIB
Ketika Rumah Ahmad Sahroni Dijarah: Arogansi, Pengabaian, dan Amarah yang Terpendam
Barang-barang yang dijarah dari rumah Ahmad Sahroni [Dokumentasi warga]

Serupa tapi tak sama, Tsar Nikolai II di Rusia juga mengabaikan seruan untuk perubahan, bahkan setelah peringatan keras melalui Revolusi 1905.

Keterlibatannya dalam Perang Dunia I yang membawa bencana kelaparan dan kerugian besar semakin mengikis legitimasinya.

Ketidakpedulian terhadap penderitaan rakyat inilah yang memicu Revolusi Bolshevik, yang tidak hanya menggulingkan kekuasaannya tetapi juga mengeksekusi seluruh keluarganya secara brutal.

Menurut sejarawan Orlando Figes dalam karyanya, A People's Tragedy: The Russian Revolution 1891-1924, kejatuhan Tsar adalah akumulasi dari "krisis kepercayaan yang mendalam" antara penguasa dan rakyatnya.

Relevansi bagi Indonesia: Peringatan di Tengah Potensi Gejolak

ilustrasi demo (Suara.com/Alfian Winanto)
ilustrasi demo (Suara.com/Alfian Winanto)

Kisah Louis XVI dan Nikolai II menjadi peringatan keras bahwa legitimasi seorang pemimpin tidak hanya bergantung pada kemenangan elektoral, tetapi pada kesejahteraan dan persetujuan dari rakyat yang diperintahnya.

Ketika para penguasa menutup mata terhadap keluhan warganya—baik soal kenaikan harga kebutuhan pokok, sulitnya lapangan kerja, hingga kebijakan yang dianggap tidak pro-rakyat—mereka tidak hanya menabur benih ketidakpuasan, tetapi juga mempertaruhkan stabilitas sosial.

Dalam konteks Indonesia saat ini, di mana kritik publik seringkali deras mengalir di media sosial dan aksi massa menjadi pemandangan yang tak asing, pelajaran ini menjadi sangat relevan.

Insiden-insiden seperti perusakan fasilitas umum atau bahkan penjarahan kantor-kantor pemerintahan saat demonstrasi besar adalah sinyal bahaya. Itu adalah manifestasi dari kemarahan kolektif yang, jika terus diabaikan, berpotensi membesar.

Baca Juga: Terungkap Alasan Lille Ngotot Datangkan Calvin Verdonk

Sejarah telah berulang kali menunjukkan bahwa rakyat, jika didorong terlalu jauh oleh pengabaian dan kesombongan para pejabatnya, memiliki kapasitas untuk bangkit dan meruntuhkan tatanan yang ada.

Oleh karena itu, mengabaikan suara rakyat adalah sebuah pertaruhan berbahaya yang dapat berujung pada kejatuhan yang dahsyat, sebagaimana dibuktikan oleh akhir yang mengenaskan dari dua monarki yang pernah sangat berkuasa ini.

VIDEO TERKAIT

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Mau notif berita penting & breaking news dari kami?