- Debat Aiman dan Ferry Irwandi soal Fufufafa menjadi viral.
- Aiman memiliki rekam jejak panjang sebagai jurnalis investigasi ternama.
- Aiman nonaktif sebagai wartawan untuk terjun ke dunia politik.
Suara.com - Percakapan antara Aiman Witjaksono dan Ferry Irwandi dalam program Rakyat Bersuara sukses menyedot perhatian warganet karena menyangkut isu Fufufafa yang diduga terkait Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka.
Dialog keduanya berlangsung menegangkan ketika Aiman mencoba mengaitkan foto Gibran dengan akun Fufufafa.
Namun Ferry Irwandi langsung memotong dan mempertanyakan dasar klaim tersebut.
"Siapa yang bilang ada kaitannya dengan mas Gibran? Fufufafa emang mas Gibran, mas Aiman?" ujar Ferry dalam program yang disiarkan langsung pada Selasa, 2 September 2025 itu.
Aiman bersikeras bahwa dia tidak secara sengaja menyinggung identitas Fufufafa sebagai Gibran. Namun, Ferry terus menyudutkanya.
"Oke, tapi Fufufafa (itu) mas Gibran nggak, sih?" tanya aktivis tersebut.
"Kita nggak bahas itu ya. Kita nggak sebutin itu. Itu harus dibuktikan melalui proses penyelidikan, penyidikan, silakan," tutupnya.

Potongan perdebatan ini viral di media sosial karena dianggap sebagai momen ketika Ferry berhasil membuat Aiman skakmat alias mati kutu.
Sorotan terhadap Aiman semakin besar karena dia bukan sekadar host televisi, tetapi seorang jurnalis senior dengan rekam jejak panjang di dunia media.
Baca Juga: Ferry Irwandi Semprot Pihak yang Salahkan Demo Mahasiswa, Singgung Kenaikan Tunjangan saat Krisis
Riwayat Pendidikan Aiman Witjaksono
Aiman Witjaksono menempuh pendidikan menengah di SMA Negeri 34 Jakarta dari tahun 1993 hingga 1996.
Setelah lulus, dia melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Bandung, jurusan Teknik Industri, dan berhasil meraih gelar sarjana pada 2001.
Saat berkuliah, Aiman pernah menerima beasiswa dari Kompas Gramedia yang memperkuat perjalanan akademiknya.
Pada 2008, dia masuk ke Universitas Indonesia (UI) jurusan Manajemen Komunikasi dengan konsentrasi Komunikasi Politik dan Media Massa.
Aiman lulus pada 2010 dengan predikat cum laude sekaligus menjadi lulusan terbaik, menunjukkan kualitas akademiknya di bidang komunikasi.
Karier pendidikannya semakin gemilang ketika pada 2018, Aiman terpilih mengikuti program fellowship IVLP dari Pemerintah Amerika Serikat.
Program ini memberinya kesempatan mempelajari jurnalisme investigasi di berbagai universitas ternama di Amerika Serikat.
Perjalanan Karier Aiman Witjaksono
Awalnya, Aiman memulai karier bukan sebagai jurnalis, melainkan di bidang e-commerce pada Bakrie & Brothers pada 2001.
Penyiar berusia 47 tahun itu baru memasuki dunia jurnalistik pada 2002 ketika bergabung dengan RCTI sebagai reporter hukum dan kriminal.
Selama hampir satu dekade di RCTI, dia naik hingga menjadi Produser Eksekutif dan dikenal sebagai salah satu wajah program berita Seputar Indonesia.
Pada 2004, Aiman dipercaya membawakan siaran langsung Pemilu Eksekutif dan Legislatif yang meningkatkan reputasinya di dunia jurnalistik.
Departemen Luar Negeri RI bahkan memberi penghargaan "Jurnalis Muda Berprestasi" pada 2006 untuk kiprahnya.
Setelah keluar dari RCTI pada 2011, Aiman sempat berkarier sebagai konsultan PR di Burson-Marsteller selama satu tahun.
Pada 2012, dia bergabung dengan Kompas TV dan merilis program investigasi populernya bertajuk Aiman yang tayang sejak 2015.
Selama 10 tahun di Kompas TV, Aiman menjadi salah satu jurnalis investigasi paling disegani dengan liputan-liputan tajam dan berani.
Pada 2022, Aiman pindah ke iNews Media Group dan dipercaya sebagai Wakil Pemimpin Redaksi serta Pemimpin Redaksi Sindonews TV.
Di iNews, dia membawakan The Prime Show with AIMAN sebelum akhirnya memandu program Rakyat Bersuara.
Pada November 2023, Aiman memutuskan nonaktif dari statusnya sebagai wartawan untuk terjun ke dunia politik.
Dia menjadi juru bicara pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD pada Pilpres 2024, langkah yang sempat menuai pro dan kontra.
Selain itu, Aiman juga pernah maju sebagai calon legislatif dari Partai Perindo yang memperlihatkan minatnya pada dunia politik praktis.
Kontributor : Chusnul Chotimah