- Tudingan Sri Mulyani sebagai “agen CIA” lewat akun yang diduga milik putra Menkeu baru Purbaya Sadewa dinilai bukan sekadar blunder keluarga.
- Momen serangan yang muncul tepat setelah pelantikan diduga dirancang untuk mengguncang
- Pertanyaan utama adalah siapa yang paling diuntungkan.
Suara.com - Cuitan viral yang menuding Sri Mulyani sebagai "agen CIA" dari akun yang diduga milik putra Menkeu baru Purbaya Sadewa, bisa jadi bukan sekadar blunder seorang anak. Ini terlihat kurang seperti kecerobohan keluarga, dan lebih seperti sebuah operasi sabotase politik yang dilancarkan sejak hari pertama.
Pertanyaannya bukan lagi "apakah itu benar anaknya?", melainkan pertanyaan yang jauh lebih berbahaya mengenai motif dan siapa yang paling diuntungkan dari kekacauan ini? Dan siapa dalang sebenarnya?
1. Serangan Lewat "Keluarga"
Mengapa menggunakan akun yang diduga milik putranya? Karena ini adalah senjata yang paling efektif dan paling kejam. Ini menempatkan Purbaya dalam posisi yang mustahil. Kemungkinan, jika ia menyangkal keras, ia bisa terlihat berkonflik dengan anaknya.
Namun jika ia diam, malah dianggap membenarkan.
Bagi sebagian publik, serangan dari "orang dalam" atau keluarga terasa lebih otentik daripada serangan dari akun buzzer anonim yakni "Bagaimana bisa mengurus keuangan negara, jika mengurus keluarganya saja tidak bisa?"
2. Mendelegitimasi Sejak Awal
Waktu serangan ini bisa jadi bukanlah kebetulan. Melakukannya tepat setelah pelantikan adalah sebuah serangan yang dirancang untuk mendelegitimasi Purbaya bahkan sebelum ia sempat bekerja. Bisa jadi targetnya ialah untuk merusak citra, wibawa, dan kredibilitasnya di mata publik, pasar keuangan, dan bahkan di internal kementeriannya sendiri.

3. Siapa yang Diuntungkan dari Kekacauan Ini?
Dalam setiap operasi politik, pertanyaan kuncinya adalah Cui bono? atau "Siapa yang diuntungkan?". Analisis mengarah pada beberapa kemungkinan "dalang":
Bisa jadi yang diuntungkan ialah faksi atau individu yang menginginkan kursi Menteri Keuangan namun gagal mendapatkannya. Dengan menciptakan krisis sejak awal, mereka berharap bisa menekan Presiden untuk mempertimbangkan ulang keputusannya.
Mungkin juga ada pihak-pihak yang mungkin merasa terancam oleh rekam jejak Purbaya. Mereka khawatir Purbaya akan membuat kebijakan yang merugikan bisnis mereka, sehingga perlu "digoyang" sejak dini.
Ini adalah teori yang paling kompleks. Serangan ini bisa jadi dirancang untuk menciptakan perang dingin antara kubu Purbaya dan para loyalis Sri Mulyani yang masih sangat kuat di internal Kementerian Keuangan.
Dengan menyerang Sri Mulyani, operasi ini sengaja memancing kemarahan dari kubu lama, memastikan Purbaya tidak akan pernah mendapatkan dukungan penuh dari internalnya sendiri.
Profil Yudo Sadewa
Dari berbagai sumber, terungkap bahwa Yudo adalah salah satu putra dari Purbaya Yudhi Sadewa. Ia diketahui aktif di media sosial dan beberapa kali menunjukkan pandangan-pandangan politiknya.
Namun, serangan langsung kepada figur sekelas Sri Mulyani ini adalah sebuah eskalasi yang tak pernah terduga, yang kini menempatkan seluruh profil dan rekam jejaknya di bawah mikroskop publik.
Menurut Anda, siapa dalang yang paling mungkin di balik serangan ini?
Apakah ini murni serangan politik, atau ada unsur drama keluarga yang sesungguhnya? Diskusikan di kolom komentar!