-
Jumlah korban keracunan MBG melonjak, data pemerintah simpang siur.
-
DPR sebut standar profesionalisme dapur MBG sudah diwanti-wanti sejak awal.
-
Fasilitas pendingin dan waktu masak di atas jam 3 pagi jadi syarat mutlak.
Suara.com - Jumlah korban keracunan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) dilaporkan telah menembus angka 5.000 pelajar.
Data yang diungkap oleh Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Muhammad Qodari menunjukkan skala krisis yang masif, dengan angka yang sedikit bervariasi dari berbagai lembaga.
Berdasarkan data per 23 September, Badan Gizi Nasional (BGN) melaporkan 5.080 korban dari 46 kasus.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat 5.207 korban dari 60 kasus, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mencatat 5.320 korban dari 55 kasus.
Merespons lonjakan korban tersebut, Anggota Komisi IX DPR RI, Irma Suryani Chaniago, memberikan catatan tajam dan menyoroti dugaan kelalaian pada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang sudah diwanti-wanti sejak awal.
"Sejak awal komisi IX sudah menyampaikan agar SPPG dapat bekerja profesional, memiliki tempat penyimpanan pangan yang disesuaikan," kata Irma kepada wartawan dikutip Sabtu (27/9/2025).
Dua Syarat Diduga Diabaikan
Irma membeberkan setidaknya dua standar operasional krusial yang seharusnya menjadi syarat mutlak bagi setiap dapur MBG.
Pertama, Irma menyinggung mengenai fasilitas penyimpanan standar.
Baca Juga: Janji Bantu UMKM Ortu Siswa, BGN: Tujuan MBG Bangkitkan Ekonomi Lokal, Bukan Memperkaya Konglomerat!
Menurutnya, setiap dapur wajib memiliki fasilitas penyimpanan yang memadai untuk menjaga kesegaran bahan baku.
"Misalnya tiap SPPG butuh ruangan penyimpanan barang kering maupun basah ( chiller )," katanya.
Kemudian yang kedua, menurut Irma, yakni dibutuhkan waktu memasak yang tepat.
Selain penyimpanan, waktu pengolahan makanan juga sangat vital untuk memastikan makanan yang didistribusikan tetap dalam kondisi prima saat dikonsumsi.
"Memasak makanan diatas jam 03.00 pagi agar makanan yg didistribusikan tetap segar ketika di konsumsi untuk makan siang," ujarnya.
Irma menambahkan, dengan menu yang hanya satu variasi per hari, seharusnya standar ini tidak sulit untuk dipenuhi oleh SPPG yang profesional.