Ada Warisan Historis, Pengamat Unpam Sebut Demokrasi RI Tidak Menunjukkan Perbaikan di Era Prabowo

Dwi Bowo Raharjo Suara.Com
Senin, 20 Oktober 2025 | 18:27 WIB
Ada Warisan Historis, Pengamat Unpam Sebut Demokrasi RI Tidak Menunjukkan Perbaikan di Era Prabowo
Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi menyambangi kediaman pribadi Presiden RI Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara Nomor IV, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. (Suara.com/Novian)
Baca 10 detik
  • Demokrasi Indonesia di era kepemimpinan saat ini disebut tidak menunjukkan perbaikan.
  • Hal ini ditandai dengan semakin terbatasnya oposisi di parlemen, yang secara efektif mengondisikan penggelembungan kekuasaan eksekutif.
  • Cusdiawan juga menyoroti gaya kepemimpinan patronase yang dilanjutkan oleh Prabowo. 

Suara.com - Satu tahun pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menuai sorotan tajam dari kalangan akademisi.

Pengamat politik dari Universitas Pamulang, Cusdiawan, dalam analisisnya, menyebut bahwa demokrasi Indonesia di era kepemimpinan saat ini tidak menunjukkan perbaikan, melainkan melanjutkan pola kemunduran yang telah terlihat sejak era Presiden Joko Widodo.

Bahkan, ia mengindikasikan bahwa Indonesia telah memasuki fase "otoritarianisme kompetitif."

Menurut Cusdiawan, konsensus di kalangan ilmuwan sosial menunjukkan bahwa demokrasi Indonesia mencapai puncak kemunduran pada era Jokowi.

Hal ini ditandai dengan semakin terbatasnya oposisi di parlemen, yang secara efektif mengondisikan penggelembungan kekuasaan eksekutif.

"Pola sebagaimana yang terjadi di era Pak Jokowi tadi, saya rasa tidak menunjukkan perbaikan di era kepemimpinan 1 tahun Pak Prabowo ini," ujarnya kepada Suara.com, Senin (20/10/2025).

Cusdiawan juga menyoroti gaya kepemimpinan patronase yang dilanjutkan oleh Prabowo. Menurutnya terlihat jelas dari pembentukan kabinet yang "gemuk" sebagai konsekuensi dari banyaknya partai pendukung pemerintah.

Fenomena ini, lanjutnya, berdampak langsung pada semakin terbatasnya oposisi di parlemen.

Padahal kata dia, oposisi adalah keniscayaan dalam sistem demokrasi untuk memastikan check and balances berjalan sebagaimana mestinya.

Baca Juga: Demo Satu Tahun Prabowo-Gibran, Sebagian Jalan Medan Merdeka Selatan Ditutup

"Check and balances pun tidak berjalan sebagaimana mestinya," tegasnya.

Lebih lanjut pengamat tersebut mengatakan, bahwa masalah demokrasi di Indonesia tidak bisa hanya dilihat dari satu tahun ke belakang.

Akar masalahnya, menurut dia, terletak pada trajektori demokrasi Indonesia sejak jatuhnya kekuasaan Orde Baru.

Demokrasi yang dihasilkan adalah "demokrasi illiberal," di mana struktur dan pola hubungan kekuasaan tidak banyak berubah dibandingkan era sebelumnya.

"Itu sebabnya, demokrasi kita adalah demokrasi yang rentan, dan dalam kerentanan tersebut lebih memudahkan bagi para aktor politik untuk memuluskan agenda-agenda mereka yang bertentangan dengan semangat demokrasi," jelasnya.

Pengamat politik dari Universitas Pamulang, Cusdiawan. (Foto dok. pribadi)
Pengamat politik dari Universitas Pamulang, Cusdiawan. (Foto dok. pribadi)

Agenda-agenda tersebut menurutnya, mencakup pola patronase, pengambilan kebijakan yang elitis, dan minim partisipasi masyarakat.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI