Menteri Keuangan Purbaya: Antara Pencitraan dan Substansi Kebijakan yang Dipertanyakan

Dythia Novianty Suara.Com
Kamis, 30 Oktober 2025 | 10:00 WIB
Menteri Keuangan Purbaya: Antara Pencitraan dan Substansi Kebijakan yang Dipertanyakan
Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa. [Suara.com/Dicky Prastya]
Baca 10 detik
  • Rocky Gerung mengkritik keras Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, menilai gaya populernya tidak diimbangi substansi kebijakan.

  • Kebijakan ekonomi Purbaya, seperti target pertumbuhan tinggi dan dana Rp100 triliun ke bank BUMN, dianggap tidak realistis dan berisiko.

  • Rocky menilai Purbaya lebih mengejar sensasi dan pujian publik daripada validasi teknokratik, sehingga berpotensi menimbulkan kekacauan kebijakan

Suara.com - Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, kini menjadi sorotan utama publik, dikenal dengan gaya bicaranya yang lugas dan berani.

Namun, di balik popularitasnya yang meroket, muncul pertanyaan besar tentang substansi kebijakan dan motivasinya.

Analis Rocky Gerung dengan tegas melabeli Purbaya sebagai sosok yang "pura-pura banyak gaya."

Ia mengkritik Purbaya yang berupaya terlalu cepat mencapai puncak popularitas.

Bahkan, Rocky Gerung memperingatkan bahwa langkah ini akan membawanya pada penurunan kualitas yang semakin berkurang.

"Dia berupaya untuk langsung tiba di puncak tanpa aklimatisasi itu,” ucapnya pada kanal YouTube Deddy Sitorus Official, dikutip Rabu (29/10/2025).

Menurutnya, langkah ini juga akan membawanya pada hukum the law of diminishing return penambahan yang semakin berkurang kualitas semakin turun.

Berbagai kebijakan dan pernyataan Purbaya kini menjadi target kritik mendalam.

Misalnya, target pertumbuhan ekonomi 7-8 persen yang diusungnya.

Baca Juga: Pemerintah Pusat Siap Jadi 'Bankir' Pemda dan BUMN Jika Kekurangan Duit

Rocky Gerung menyebut, target ini sebagai impian yang berlebihan dan menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu berpendidikan tinggi untuk tahu bahwa ini adalah kebohongan.

"Orang enggak perlu kuliah tinggi-tinggi pasti percaya ini bohong," ujarnya.

Selain itu, kucuran dana Rp 100 triliun ke bank BUMN juga dinilai aneh.

Menurutnya, bank-bank di Indonesia tidak kekurangan likuiditas atau uang.

"Bank kita tidak kekurangan likuiditas, tidak kekurangan uang," tegasnya.

Justru, langkah ini dikhawatirkan akan membebani bank dengan bunga tanpa penyerapan kredit yang signifikan.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI