Bangunan Hijau Jadi Masa Depan Real Estate Indonesia: Apa Saja Keuntungannya?

Vania Rossa Suara.Com
Selasa, 04 November 2025 | 22:16 WIB
Bangunan Hijau Jadi Masa Depan Real Estate Indonesia: Apa Saja Keuntungannya?
Arista Dharsono Heinz, Partner di Asia Green Real Estate. (dok. GRESB)
Baca 10 detik
  • GRESB Regional Insights 2025 di Jakarta menyoroti pentingnya keberlanjutan sebagai strategi utama di industri real estate.
  • Arista Dharsono Heinz menjelaskan bahwa sektor bangunan menyumbang 40% emisi karbon global, sehingga efisiensi energi menjadi kunci pengurangan emisi.
  • Green building bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga meningkatkan nilai investasi dan memperkuat daya saing sektor properti Indonesia.

Suara.com - Di tengah meningkatnya kesadaran akan perubahan iklim dan efisiensi energi, konsep green building atau bangunan hijau kini tak lagi sekadar tren, melainkan kebutuhan strategis bagi masa depan sektor properti Indonesia.

Isu ini menjadi sorotan utama dalam acara GRESB Regional Insights 2025 di Jakarta, yang mempertemukan para pemimpin industri real estate, perbankan, dan investasi untuk membahas hubungan erat antara keberlanjutan dan profitabilitas dalam pembangunan masa kini.

Dalam diskusi bertema “Financial Opportunities for a Greener Future: Sustainability & Profitability for Indonesian Real Estate,” para pembicara menegaskan bahwa penerapan prinsip keberlanjutan bukan hanya berdampak positif bagi lingkungan, tetapi juga meningkatkan nilai ekonomi properti.

“Keberlanjutan kini bukan lagi pertimbangan opsional — melainkan bagian inti dalam pengambilan keputusan investasi,” ujar Arista Dharsono Heinz, Partner di Asia Green Real Estate, mitra resmi GRESB di Indonesia.

Menurutnya, menyelaraskan profitabilitas dengan dampak lingkungan akan menjadi langkah penting bagi pertumbuhan industri real estate ke depan.

Fakta: Real Estate Menyumbang 40% Emisi Karbon Global

Dalam wawancara terpisah, Arista menjelaskan bahwa sektor real estate memiliki peran besar terhadap perubahan iklim global.

“Salah satu dampak terbesar dari bangunan adalah emisi gas rumah kaca (GHG emission), yang utamanya berasal dari konsumsi energi listrik. Secara global, real estate menyumbang sekitar 40% emisi karbon dioksida (CO),” jelasnya.

“Jadi, sangat penting bagi bangunan-bangunan untuk mengurangi penggunaan energi. Jika energi berkurang, otomatis emisi karbon juga turun. Ini kontribusi besar terhadap pengurangan emisi global,” tambahnya.

Baca Juga: Bangunan Hijau EDGE di Indonesia Kurangi Emisi Setara 1,5 Juta Pohon

Dengan kata lain, setiap gedung yang hemat energi berarti turut menyelamatkan bumi. Inilah mengapa konsep green building menjadi salah satu solusi konkret untuk menekan emisi dan mempercepat transisi menuju ekonomi hijau.

Lebih dari Sekadar Bangunan Ramah Lingkungan

Menurut Arista, penerapan bangunan hijau tidak hanya sebatas pada gedung individu, tetapi juga bisa diterapkan dalam skala kawasan.

“Kalau pembangunan dilakukan di level kawasan, penerapan prinsip hijau bisa lebih luas. Misalnya, menyediakan akses transportasi publik yang baik, jalur pedestrian yang nyaman, dan tata ruang yang efisien,” ujarnya.

Sementara pada bangunan individu, tiga hal utama yang harus diperhatikan adalah efisiensi energi, pengelolaan air, dan pemilihan material ramah lingkungan.

“Setiap lokasi punya kebutuhan berbeda. Itulah mengapa kami di Asia Green Real Estate berperan sebagai advisory untuk membantu pengembang menentukan strategi keberlanjutan yang paling tepat,” jelasnya.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI