- Syuriyah PBNU mendesak Ketua Umum Gus Yahya mundur karena isu narasumber pro-Zionis dan tata kelola keuangan pada Kamis, 20 November 2025.
- Kubu Gus Yahya melawan, menyatakan pemberhentian tidak sah karena melanggar AD/ART yang memerlukan Muktamar Luar Biasa.
- Mahfud MD mengungkapkan akar konflik PBNU sebenarnya adalah perebutan pengelolaan izin usaha pertambangan (WIUPK) yang baru didapat.
Suara.com - Rasa masam di bibir sudah tidak bisa ditahan. Satu-dua batang rasanya tidak mengapa. Lebih-lebih, rapat juga masih berlangsung. Tak ada salahnya Gus Tajul melangkahkan kaki menuju keluar ruang ber-AC: mengambil jeda, memantik keretek.
Kamis sore, 20 November 2025, suasana Rapat Harian Syuriyah PBNU di sebuah hotel Jakarta Pusat terasa cair. Katib Syuriyah PBNU, Gus Ahmad Tajul Mafakhir, bahkan mengingat betul bagaimana ia bisa santai bolak-balik ke luar ruangan untuk merokok.
Rapat berjalan seperti biasa, dihadiri para kiai sepuh, termasuk Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar.
"Sampeyan bisa lihat suasana rapat itu vibenya riang," kenang Gus Tajul, sambil menunjukkan foto yang ia ambil pukul 20.43, tepat saat rapat bubar.
Namun, di balik suasana riang itu, sebuah keputusan besar tengah digodok. Fokus rapat yang semula membahas isu administratif, bergeser tajam ke persoalan yang dianggap sensitif yakni undangan narasumber yang dinilai pro-Zionis dalam sebuah forum internal PBNU. Syuriyah merasa arahan mereka terkait hal ini diabaikan oleh Tanfidziyah, yang dipimpin Gus Yahya.
Beberapa hari kemudian, bom waktu itu meledak. Sebuah surat risalah rapat tersebar, berisi desakan agar Gus Yahya mundur dalam tiga hari, atau akan diberhentikan. PBNU resmi terbelah.
Isu Zionis, Kegagalan Konsolidasi, atau Dalih Semata?

Secara resmi, alasan pencopotan Gus Yahya adalah dugaan pelanggaran berat terkait narasumber pro-Zionis dan isu tata kelola keuangan. Syuriyah PBNU menganggap hal itu "merusak reputasi perkumpulan dan melanggar Qanun Asasi."
Namun, beberapa pandangan melihat ini hanyalah puncak dari gunung es. Analis Sosial dari Universitas Pamulang, Cusdiawan, menilai akar masalahnya lebih dalam.
Baca Juga: Gus Ipul Bantah Siap Jadi Plh Ketum PBNU, Sebut Banyak yang Lebih Layak
"Bisa kita tafsirkan pada kegagalan kepemimpinan PBNU di dalam mengonsolidasikan internalnya," ujar Cusdiawan saat dihubungi Suara.com, Kamis (27/11/2025).
Menurutnya, jika internal PBNU solid, isu parsial seperti ini tidak akan menjadi bola panas yang dikonsumsi publik.
Peneliti Politik BRIN, Wasisto Raharjo Jati, sepakat. Ia menyebut isu zionisme hanyalah pemantik api.
"Saya pikir isu zionisme sepertinya menjadi pemantik api terhadap berbagai masalah yang ada. Adanya penerimaan terhadap konsesi tambang, komunikasi searah, dan sebagainya," kata Wasisto yang juga dihubungi Suara.com di hari yang sama.
Perlawanan Kubu Gus Yahya
Di sisi lain, kubu Gus Yahya melawan. Ketua PBNU Savic Ali menegaskan pemecatan itu tidak punya landasan hukum. Menurut AD/ART, penggantian Ketua Umum hanya bisa diusulkan melalui Muktamar Luar Biasa.