- Aksi solidaritas di Yogyakarta muncul untuk membantu mahasiswa perantau asal Sumatera dampak bencana terhambatnya kiriman logistik keluarga.
- Seniman Muhammad Miftahur Rizaq membagikan sembako dan makanan gratis dari dana pribadi untuk mahasiswa yang membutuhkan.
- Polda DIY membuka posko kemanusiaan menyediakan dapur umum tiga kali sehari serta akses WiFi bagi mahasiswa dari tiga provinsi.
Suara.com - Bencana yang melanda Sumatra meninggalkan dampak luas, bukan hanya bagi masyarakat di lokasi bencana, tetapi juga bagi keluarga mereka—termasuk mahasiswa yang sedang merantau.
Di Yogyakarta, banyak mahasiswa asal Sumatra merasakan imbasnya. Kiriman uang dan logistik dari keluarga terhambat, sementara kebutuhan hidup harus tetap dipenuhi. Situasi ini mendorong lahirnya berbagai aksi solidaritas dari masyarakat dan institusi di Yogyakarta.
Aksi Seniman Gamping untuk Mahasiswa Perantau
Salah satu inisiatif datang dari seniman sekaligus aktivis asal Nogotirto, Gamping, Sleman, Muhammad Miftahur Rizaq.
Ia mengatakan, gerakan ini muncul dari kepeduliannya terhadap mahasiswa yang hidupnya masih bergantung pada kiriman keluarga. Dengan akses ke daerah bencana yang terputus, banyak mahasiswa tidak tahu kapan kiriman dari rumah bisa kembali lancar.
“Sebenarnya kita cuma merespons bencana yang ada di sana. Bantuan ke lokasi bencana pasti sudah terkoordinir, jadi kita berpikir untuk bantu yang ada di sini,” jelas Miftahur, Kamis (4/11/2025).
“Mahasiswa di sini kan hidupnya masih bergantung pada kiriman orang tua. Dengan adanya bencana, ya mungkin kirimannya jadi terhambat,” katanua.
Miftahur menuturkan bahwa pembagian sembako bukan hal baru. Ia dan beberapa rekannya memang rutin menyediakan paket bantuan bagi mahasiswa dan warga. Namun, bencana di Sumatra membuat kebutuhan itu semakin mendesak.
Bantuan tidak dibatasi hanya untuk mahasiswa dari Sumatra. Siapa pun yang membutuhkan dapat menghubungi mereka untuk mengambil sembako atau meminta diantarkan ke kos.
Baca Juga: Banjir Sumatra Penuh Kayu Gelondongan, DPR Panggil Menhut Besok, Buka Peluang Bentuk Pansus
“Dari mana saja monggo kalau memang membutuhkan. Kita ada stok sembako yang bisa diambil. Kalau habis, nanti kita antarkan ke kos,” ucapnya.
Sudah sekitar 10 penerima bantuan yang menghubungi, termasuk mahasiswa dari luar Yogyakarta yang tinggal satu kos dengan mahasiswa Sumatra.

Miftahur menegaskan bahwa bantuan hanya berupa kebutuhan pokok, bukan uang tunai. Menurutnya, pemberian dalam bentuk barang lebih aman dan pasti digunakan.
“Kita menghindari donasi uang tunai karena takut disalahgunakan. Sembako pasti kepakai,” tegasnya.
Selain sembako, Miftahur juga menyediakan makanan gratis bagi mahasiswa yang datang langsung ke tempatnya. Program ini sudah lama berjalan, bahkan sebelum bencana terjadi.
Pendanaannya murni berasal dari dana pribadi—tabungan dan hasil penjualan karya seni.