- Imigrasi Ketapang mendalami dugaan penyerangan oleh sekitar 15 TKA China terhadap petugas keamanan dan TNI pada Minggu, 14 Desember 2025.
- Insiden terjadi di tambang emas PT SRM, Tumbang Titi, menyebabkan kerusakan mobil dan motor perusahaan akibat penyerangan berkelompok.
- Kepolisian setempat sedang menunggu laporan resmi dari PT SRM mengenai penyerangan yang dipicu dugaan aktivitas penerbangan drone tersebut.
Suara.com - Kantor Imigrasi Ketapang tengah melakukan pendalaman bersama aparat penegak hukum terkait insiden dugaan penyerangan terhadap petugas keamanan dan anggota TNI di kawasan pertambangan emas PT Sultan Rafli Mandiri (SRM), Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Peristiwa tersebut diduga melibatkan tenaga kerja asing (TKA) asal China.
Kepala Kantor Imigrasi Ketapang, Benny Septiyadi, mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan aparat keamanan dan masih menunggu hasil penanganan dari TNI serta Polri.
“Kami sudah melakukan komunikasi dengan aparat keamanan. Saat ini masih dilakukan pendalaman bersama APH. Untuk penanganan pidananya, itu menjadi kewenangan Polri karena peristiwa ini menyangkut pelanggaran ketertiban umum,” ujar Benny kepada Suara Ketapang, Senin (15/12/2025).
Berdasarkan data keimigrasian, terdapat 30 TKA asal China yang bekerja di PT SRM. Mayoritas merupakan pemegang izin tinggal terbatas (ITAS) dengan masa berlaku yang menyesuaikan kebutuhan kerja perusahaan.
“Rata-rata izin tinggal terbatasnya satu tahun, tergantung RPTKA. Ada juga yang enam bulan atau tujuh bulan, menyesuaikan kebutuhan kerja,” jelasnya.
Benny menegaskan, secara administratif keberadaan para WNA tersebut berada di lokasi untuk kepentingan bekerja sesuai izin yang dimiliki. Namun, pihaknya masih mendalami siapa saja yang diduga terlibat langsung dalam insiden penyerangan.
“Yang melakukan penyerangan itu siapa, yang mana, ini yang masih kami dalami,” katanya.
Sementara itu, insiden keamanan tersebut terjadi pada Minggu (14/12/2025) sore di kawasan tambang emas PT SRM, Desa Pemuatan Batu, Kecamatan Tumbang Titi. Sedikitnya 15 WNA asal China diduga terlibat dalam aksi penyerangan terhadap petugas keamanan perusahaan, yang juga melibatkan anggota TNI yang berada di sekitar lokasi.
Chief Security PT SRM, Imran Kurniawan, membenarkan kejadian tersebut. Ia menyebut peristiwa berlangsung sekitar pukul 15.40 WIB dan mengakibatkan kerusakan aset perusahaan.
Baca Juga: Bersenjata Tajam hingga Alat Setrum, 15 WNA China Serang TNI di Kawasan Tambang Emas Ketapang
“Dalam kejadian itu, satu unit mobil dan satu sepeda motor milik perusahaan mengalami kerusakan berat akibat aksi penyerangan oleh WN China,” ujar Imran saat dikonfirmasi wartawan, Minggu.
Menurut Imran, rangkaian peristiwa bermula sekitar pukul 15.30 WIB ketika petugas pengamanan sipil mendeteksi adanya aktivitas penerbangan drone di sekitar area perusahaan. Lima anggota TNI yang tengah melaksanakan latihan dasar satuan (LDS) di lokasi turut membantu melakukan pengejaran terhadap operator drone tersebut.
Sekitar 300 meter dari pintu masuk kawasan tambang, petugas mendapati empat WNA yang diduga menerbangkan drone. Namun, ketika petugas dan anggota TNI turun dari kendaraan, sebelas WNA lainnya tiba di lokasi dan diduga langsung melakukan penyerangan secara berkelompok.
“Mereka membawa senjata tajam, airsoft gun, serta alat setrum. Karena kalah jumlah dan untuk menghindari benturan lebih lanjut, petugas langsung menyelamatkan diri ke dalam area perusahaan,” kata Imran.
Ia menambahkan, hingga kini motif penerbangan drone maupun aksi penyerangan tersebut masih belum diketahui. Pihak perusahaan telah mengamankan satu bilah senjata tajam yang diduga digunakan dalam insiden tersebut sebagai barang bukti.
Dari sisi kepolisian, Kapolsek Tumbang Titi Iptu Made Adyana membenarkan adanya peristiwa tersebut. Namun hingga Minggu malam, pihak perusahaan belum membuat laporan resmi ke kepolisian.