Banyak Dikira Bebas Polusi oleh SJW Lingkungan, Bos Toyota Ungkap Kotornya Mobil Listrik

Cesar Uji Tawakal Suara.Com
Sabtu, 03 Mei 2025 | 18:25 WIB
Banyak Dikira Bebas Polusi oleh SJW Lingkungan, Bos Toyota Ungkap Kotornya Mobil Listrik
Toyota bZ4x Jadi Kendaraan Konfrensi Tingkat Tinggi AIS di Bali. (Foto: TAM)

Suara.com - Selama beberapa tahun terakhir, mobil listrik (EV) sering dianggap sebagai solusi utama untuk mengatasi masalah polusi dan perubahan iklim.

Banyak pihak meyakini bahwa kendaraan ini sepenuhnya ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi gas buang.

Namun, Akio Toyoda, Chairman Toyota, memiliki pandangan berbeda. Dalam sebuah wawancara yang dikutip Carscoops, Toyoda menegaskan bahwa EV bukan solusi tunggal dalam perang melawan karbon.

Selain itu, ada banyak faktor yang membuatnya tidak sebersih yang diklaim oleh sebagian orang.

Mobil Listrik Tidak Sepenuhnya Bebas Emisi

Mobil listrik Toyota bZ4X digunakan para delegasi dan menteri di ajang World Water Forum ke-10 di Bali pada Mei 2024. [Antara/TAM]
Mobil listrik Toyota bZ4X digunakan para delegasi dan menteri di ajang World Water Forum ke-10 di Bali pada Mei 2024. [Antara/TAM]

Toyota, sebagai salah satu merek otomotif terbesar di dunia, dikenal sebagai pelopor teknologi hybrid sejak meluncurkan Prius pada tahun 1997.

Selama bertahun-tahun, Toyota tetap berkomitmen pada strategi multi-energi, mengembangkan berbagai teknologi alternatif seperti plug-in hybrid, hydrogen fuel cell, dan bahkan mesin konvensional berbahan bakar sintetis.

Menurut Toyoda, masalah utama bukanlah jenis kendaraan, tetapi karbon dioksida (CO).

“Musuh kita adalah karbon. Kita harus fokus pada apa yang bisa kita lakukan sekarang untuk mengurangi CO. Itu adalah dasar dari keputusan kami,” ungkapnya.

Baca Juga: Penjualan Mobil Listrik Terus Melejit, Pasar Mobil Nasional Masih Lesu di Kuartal I 2025

Ia juga menyebutkan bahwa Toyota telah menjual sekitar 27 juta kendaraan hybrid, yang jika dikonversi ke dampak lingkungan, setara dengan 9 juta mobil listrik di jalanan.

Namun, jika 9 juta mobil listrik diproduksi di Jepang, emisi karbon justru akan meningkat, bukan berkurang.

Alasannya? Jepang masih bergantung pada pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas untuk menyuplai kebutuhan listrik, yang berarti semakin banyak EV, semakin tinggi permintaan listrik dari sumber tak ramah lingkungan.

Masalah Produksi dan Infrastruktur Mobil Listrik

Interior SUV bZ3X. (GAC Toyota)
Interior SUV bZ3X. (GAC Toyota)

Selain itu, produksi baterai mobil listrik memiliki dampak lingkungan yang tidak bisa diabaikan. Pertambangan bahan baku seperti lithium dan cobalt menghabiskan sumber daya alam dalam jumlah besar dan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.

Tidak hanya itu, banyak negara belum memiliki infrastruktur pengisian daya yang memadai, sehingga pemilik EV sering kali kesulitan menemukan tempat pengisian daya, terutama di wilayah yang masih minim fasilitas.

Di beberapa pasar seperti Eropa dan Amerika Utara, mobil hybrid lebih diminati karena dianggap sebagai solusi transisi yang lebih praktis menuju elektrifikasi.

Mobil listrik memang menarik, tetapi ada segmentasi konsumen yang masih ragu, baik karena harga, keterbatasan jangkauan, atau kurangnya infrastruktur.

Toyota Tidak Menutup Diri dari Mobil Listrik, Tetapi Tetap Realistis

Mobil listrik Toyota bz3c diluncurkan di Beijing Auto Show 2024 pada Kamis (25/4/2024). [Dok Toyota]
Mobil listrik Toyota bz3c diluncurkan di Beijing Auto Show 2024 pada Kamis (25/4/2024). [Dok Toyota]

Meskipun Toyota tidak sepenuhnya menolak mobil listrik, mereka memilih pendekatan yang lebih luas.

Selain hybrid, Toyota juga mengembangkan teknologi lain seperti hydrogen fuel cell dan bahan bakar sintetis, yang berpotensi menjadi alternatif yang lebih berkelanjutan.

“Kami harus melihat semua opsi dan bekerja ke segala arah,” kata Toyoda.

Ia percaya bahwa dalam jangka panjang, mobil listrik hanya akan mencakup sekitar 30 persen dari total penjualan global, sementara teknologi lain akan tetap berperan dalam upaya mengurangi karbon.

Pendekatan ini juga mempertimbangkan aspek ekonomi. Jika transisi ke mobil listrik dilakukan secara mendadak, diperkirakan ada 5,5 juta pekerjaan di Jepang yang bisa terancam, terutama dari industri otomotif konvensional.

Mobil listrik memang memiliki keunggulan dalam hal zero tailpipe emissions, tetapi dampak lingkungannya tidak sesederhana yang dibayangkan.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI