Ketika Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, beliau mendapati kaum Yahudi berpuasa pada hari 'Asyura (10 Muharram).
Mereka melakukannya sebagai bentuk syukur atas diselamatkannya Nabi Musa AS dan kaumnya dari kejaran Firaun.
Nabi Muhammad SAW kemudian bersabda, "Kami lebih berhak dan lebih utama terhadap Musa daripada kalian."
Lalu beliau berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa juga.
Namun, Rasulullah SAW selalu ingin umatnya memiliki identitas dan syariat yang khas, yang membedakannya dari umat-umat terdahulu.
Menjelang akhir hayatnya, beliau bertekad untuk menambahkan puasa satu hari sebelumnya untuk membedakan puasa umat Islam dengan puasa kaum Yahudi.
Tekad ini terekam dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma:
"Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa, mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.' Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 'Jika aku masih hidup pada tahun depan, sungguh aku akan berpuasa pada hari kesembilan (Tasu’a).'" (HR. Muslim).
Sayangnya, Rasulullah SAW wafat sebelum tahun berikutnya tiba. Namun, tekad kuat beliau ini menjadi dasar disunnahkannya Puasa Tasu'a sebagai penyempurna Puasa Asyura.
Baca Juga: Jadwal dan Niat Puasa Tasua dan Asyura 2025: Panduan Lengkap Versi Muhammadiyah dan NU
Keutamaan dan Manfaat Puasa Tasu'a
Dari sejarah di atas, kita bisa melihat beberapa keutamaan utama dari menjalankan Puasa Tasu'a:
Menjadi Pembeda (Mukhalafah): Keutamaan paling utama adalah untuk menyelisihi atau membedakan ibadah kita dari kebiasaan Ahli Kitab (Yahudi), sesuai dengan keinginan Rasulullah SAW.
Menyempurnakan Puasa Asyura: Dengan berpuasa pada tanggal 9 Muharram, kita menyempurnakan ibadah kita dan mendapatkan keutamaan Puasa Asyura (yang dapat menghapus dosa setahun yang lalu) dengan lebih lengkap.
Bentuk Kehati-hatian: Berpuasa pada tanggal 9 membantu memastikan kita tidak salah dalam penentuan tanggal 10 Muharram, mengingat penentuan awal bulan terkadang bisa berbeda.
Meraih Pahala Berlipat: Melaksanakan puasa di bulan Muharram, yang merupakan bulan Allah, secara umum mendatangkan pahala yang besar, sebagaimana puasa terbaik setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram.