Dari Agustusan Menuju Dunia, Tarik Tambang Indonesia Resmi Diakui KOI

Arief Apriadi Suara.Com
Jum'at, 18 Juli 2025 | 19:20 WIB
Dari Agustusan Menuju Dunia, Tarik Tambang Indonesia Resmi Diakui KOI
Ilustrasi lomba 17 agustus, tarik tambang (Unsplash)

Suara.com - Olahraga tarik tambang Indonesia akhirnya mendapat pengakuan resmi dari Komite Olimpiade Indonesia (KOI).

Persatuan Olahraga Tarik Tambang Indonesia (POTTI) kini sah menjadi anggota KOI setelah disahkan dalam Rapat Anggota Luar Biasa yang digelar di Jakarta.

Ini menandai langkah strategis dalam upaya membawa tarik tambang Indonesia menembus panggung olahraga dunia.

Dalam forum yang dihadiri para pemangku kepentingan olahraga nasional, KOI secara resmi mengesahkan enam cabang olahraga sebagai anggota baru.

Selain POTTI, cabang lain yang turut disahkan adalah Pengurus Besar Tinju Indonesia (PERBATI), Indonesia Pingpong League (IPL), Perkumpulan Pemain Piring Terbang Indonesia (PPPTI), Perkumpulan Olahraga Unta Indonesia (POUI), dan Federasi Lacrosse Indonesia (FLI).

Langkah pengesahan ini merupakan bentuk komitmen KOI untuk memperkuat fondasi olahraga nasional, serta memastikan bahwa setiap cabang olahraga memiliki kejelasan status keanggotaan nasional dan internasional guna bisa tampil di multievent seperti SEA Games, Asian Games, hingga Olimpiade.

Olahraga tarik tambang Indonesia akhirnya mendapat pengakuan resmi dari Komite Olimpiade Indonesia (KOI). [Dok. Istimewa]
Olahraga tarik tambang Indonesia akhirnya mendapat pengakuan resmi dari Komite Olimpiade Indonesia (KOI). [Dok. Istimewa]

Ketua Umum KOI, Raja Sapta Oktohari, menyampaikan bahwa keputusan ini merupakan bagian dari strategi membangun ekosistem olahraga yang solid.

“Rapat Anggota Luar Biasa ini menunjukkan semangat kita bersama untuk memperkuat pondasi olahraga Indonesia. Keenam cabang yang hari ini disahkan telah menunjukkan keseriusan mereka dalam pembinaan atlet, tata kelola organisasi, serta kesiapan untuk berkompetisi di level internasional," kata Raja Sapta Oktohari.

"Kami berharap keputusan ini memberi energi baru bagi olahraga Indonesia untuk terus mencetak prestasi membanggakan di multievent dunia,” jelasnya.

Baca Juga: Gerald Vanenburg Diberi Target Loloskan Timnas Indonesia ke Olimpiade 2028

Ketua Umum POTTI, Bayu Priawan Djokosoetono, menyebut pengakuan resmi dari KOI ini sebagai tonggak penting dalam sejarah olahraga tarik tambang di Indonesia.

POTTI kini memiliki legitimasi untuk mengembangkan olahraga tradisional tersebut secara lebih luas dan profesional.

“Hari ini adalah tonggak bersejarah bagi kami di POTTI. Dengan diterimanya kami sebagai anggota resmi KOI, kami merasa semakin mantap untuk menghidupkan kembali semangat olahraga tarik tambang di Indonesia," kata Bayu.

"Olahraga tradisional ini sarat dengan nilai kebersamaan, kekuatan, dan sportivitas, yang sangat relevan dengan semangat olahraga modern. Kami berkomitmen untuk menjaga tradisi ini tetap hidup, sekaligus membawa prestasi di tingkat internasional. Terima kasih kepada KOI atas dukungannya, dan kami siap bekerja sama untuk memajukan olahraga Indonesia,” ujarnya.

Bayu juga menegaskan bahwa pihaknya akan fokus pada penyusunan program pembinaan atlet yang berkelanjutan, menyelenggarakan kompetisi berjenjang, serta memperluas partisipasi hingga ke seluruh pelosok Tanah Air.

“Kami ingin membuktikan bahwa olahraga tarik tambang bukan hanya tentang tradisi, tetapi juga tentang prestasi dan kebanggaan bangsa di mata dunia,” tambahnya.

Dulu Masuk Olimpiade

Meski kini lebih sering dijumpai dalam lomba-lomba Agustusan, tarik tambang sesungguhnya memiliki sejarah panjang sebagai olahraga prestisius.

Bahkan, cabang ini pernah dipertandingkan di Olimpiade sebanyak lima kali, yakni pada 1900 (Paris), 1904 (St. Louis), 1908 (London), 1912 (Stockholm), dan terakhir pada 1920 (Antwerp), menurut arsip resmi laman Olympics.com.

Pada Olimpiade, aturan tarik tambang nyaris serupa dengan yang dikenal masyarakat umum. Dua tim yang masing-masing terdiri dari delapan orang harus menarik tali tambang agar lawan melewati batas garis. Koordinasi, kekuatan, dan strategi menjadi kunci kemenangan.

Tim dari Inggris Raya bahkan mendominasi ajang ini dengan mayoritas anggota berasal dari Kepolisian London.

Mereka meraih medali emas terakhir pada Olimpiade 1920 setelah mengalahkan AS, Belgia, dan Belanda secara berturut-turut.

Sayangnya, tarik tambang dihapus dari daftar cabang Olimpiade setelah edisi 1920.

Salah satu penyebabnya adalah sejumlah kontroversi, seperti insiden di Olimpiade 1908 ketika tim AS memprotes sepatu bot tim Liverpool Police. Perselisihan ini menjadi salah satu pemicu cabang ini dicoret dari agenda Olimpiade.

Meski demikian, tarik tambang masih diakui secara internasional lewat Tug of War International Federation (TWIF).

Sejumlah kejuaraan dunia rutin digelar, bahkan dengan kehadiran tim-tim dari Eropa dan Asia, termasuk beberapa negara Skandinavia yang masih aktif membina olahraga ini.

Optimisme Menuju Dunia

Dengan disahkannya POTTI sebagai anggota KOI, harapan untuk mengembalikan pamor tarik tambang ke kancah internasional semakin terbuka lebar.

KOI pun mendorong setiap cabang yang baru bergabung agar segera menyusun roadmap pembinaan atlet, pengembangan infrastruktur, dan strategi penguatan organisasi.

Pengakuan dari KOI menjadi titik awal penting bagi tarik tambang Indonesia untuk bersaing di level dunia, dengan semangat menjaga tradisi sekaligus membangun prestasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI