Respons Ahli soal Kasus Pertama Pasien Covid-19 Terinfeksi Dua Kali

Rabu, 26 Agustus 2020 | 10:03 WIB
Respons Ahli soal Kasus Pertama Pasien Covid-19 Terinfeksi Dua Kali
Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@Anna Shvet)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ilmuwan di Hong Kong mencatat kasus seseorang terinfeksi virus Corona (Covid-19) kembali dan menyebutnya sebagai kasus pertama yang dikonfirmasi di dunia.

Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai daya tahan kekebalan tubuh apakah diperoleh secara alami atau dengan vaksin.

"Penelitian kami membuktikan bahwa kekebalan terhadap Covid-19 tidak seumur hidup. Faktanya, infeksi ulang dapat terjadi cukup cepat," kata Kelvin Kai-Wang To, ahli mikrobiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Hong Kong dan penulis utama penelitian.

Menurutnya, pasien Covid-19 tidak boleh berasumsi setelah sembuh bahwa mereka tidak akan terinfeksi lagi. Bahkan orang yang telah terbebas dari virus harus tetap melakukan aturan jarak sosial, memakai masker, dan mencuci tangan dengan sabun. Pasien juga harus diuji jika gejala yang dicurigai muncul.

Ilustrasi penularan virus corona. [Shutterstock]
Ilustrasi penularan virus corona. [Shutterstock]

Kasus ini terungkap ketika seorang warga Hong Kong berusia 33 tahun melewati pemeriksaan swab wajib awal bulan ini di bandara Hong Kong dalam perjalanan kembali dari Eropa. Hasil tes swab PCR tersebut menunjukkan positif.

Temuan ini mengejutkan karena lelaki itu telah terinfeksi empat setengah bulan yang lalu dan pulih sebelumnya, serta dianggap memiliki kekebalan. Untuk mengetahui apakah ia telah kambuh atau terinfeksi lagi, To dan timnya mengurutkan kedua strain virus dan membandingkan genomnya. Hasilnya, keduanya sama sekali berbeda dan termasuk dalam garis keturunan yang berbeda.

Jenis pertama yang sangat mirip dikumpulkan pada Maret dan April, sedangkan jenis kedua cocok dengan tipe virus Covid-19 yang umum ditemukan di Eropa pada Juli dan Agustus.

"Virus bermutasi sepanjang waktu. Sangat tidak mungkin pasien mendapatkan virus kedua selama infeksi pertama," tambah To, seperti dikutip Science Alert, Rabu (26/8/2020).

Fakta bahwa sampel darah yang diambil tak lama setelah tes positif di bandara tidak menunjukkan antibodi merupakan indikasi lebih lanjut bahwa virus kedua tidak terdeteksi selama berbulan-bulan.

Baca Juga: Teknik Perawatan Berusia 100 Tahun, Diklaim Bisa Sembuhkan Pasien Covid-19

"Ini jelas bukti infeksi ulang yang lebih kuat daripada beberapa laporan sebelumnya karena menggunakan urutan genom virus untuk memisahkan dua infeksi," ucap Jeffrey Barret, konsultan ilmiah senior untuk COVID-19 Genome Project di Welcome Sanger Institute yang mengomentari penemuan tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI