Suara.com - Dosen di Pusat Pemanfaatan Karbon Dioksida dan Gas Suar dan di Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung (ITB) Kiki Adi Kurnia Ph.D meraih penghargaan BRIN Young Scientist Award (BYSA).
"BRIN Young Scientist Award menjadi salah satu platform bagi pemerintah melalui BRIN untuk mengidentifikasi potensi para periset yang dimiliki oleh kita semua di negara ini baik di tingkat nasional maupun di tingkat global," kata Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam acara BRIN Young Scientist Award 2021 di Jakarta, Kamis (9/12/2021).
BRIN Young Scientist Award (BYSA) merupakan salah satu bentuk apresiasi dari BRIN bagi para periset muda dengan usia maksimal 40 tahun yang telah menunjukkan prestasi dan konsistensinya dalam melakukan berbagai riset di berbagai bidang.
Handoko menuturkan menjadi peraih BRIN Young Scientist Award bukan berarti menjadi pemenang namun, itu menjadi langkah awal untuk memberikan inspirasi bagi para periset muda lainnya untuk bisa berkarya menjadi pemantik kolaborasi riset-riset di masa akan datang.
Itu juga memberikan informasi kepada masyarakat umum bahwa Indonesia memiliki ilmuwan atau periset yang mampu menjadi penerus periset Indonesia yang akan berkontribusi besar bagi pembangunan bangsa di masa akan datang.
"Saya ucapkan selamat kepada pemenang BRIN Young Scientist Award 2021. Semoga tetap terus dapat berkarya dan menjadi pelita nalar bagi dunia riset kita saat ini," ujar Handoko.
Kiki menjadi pemenang penghargaan setelah berkompetisi dengan 99 pemohon yang masuk dari berbagai organisasi, kementerian dan universitas dari seluruh Indonesia.
Kiki terpilih atas konsistensinya dalam berkarya di bidang riset yang dapat dilihat dari berbagai indikator, antara lain tingginya H-index di Scopus dan Google Scholar, jumlah sitasi serta rentetan prestasi dan rekomendasi dari instansi di mana ia bekerja.
Hingga 2021, sebanyak 68 makalah (paper) ilmiah di jurnal-jurnal internasional berdampak tinggi dan terindeks Scopus telah Kiki torehkan baik sebagai penulis pertama maupun penulis pendamping.
Baca Juga: Banjir Rob Jakarta Diprakirakan Semakin Sering Terjadi Karena Siklus Orbit Bulan
Kiki mempunyai H-Index Scopus 27, sementara di Google Scholar, tercatat dengan H-Index 30.
Kiki menuturkan bukan hanya gairah, ketekunan, dan kesabaran yang bisa membawanya sampai ke titik seperti sekarang ini, tetapi juga doa dan dukungan dari keluarga dan rekan-rekan selama ini.
"Penghargaan ini bukan hanya untuk saya sendiri. Penghargaan ini untuk membuktikan bahwa dengan konsistensi dalam melakukan penelitian, saya bisa mencapai pada tahap seperti ini," ujar Kiki.
Ia berharap penghargaan itu dapat memotivasi rekan-rekan peneliti muda untuk dapat terus semangat, memiliki gairah dalam berkarya dan bekerja serta terus melakukan yang terbaik dengan kondisi apapun.
Setelah lulus dari Program Studi Kimia di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB pada 2006, Kiki mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S2 dan S3 di Universiti Teknologi Petronas Malaysia. Kemudian, ia mendapatkan postdoctoral fellowship pada 2012 di Universidade de Aveiro di Portugal.
Penelitian yang dikerjakan Kiki selama 10 tahun terakhir ini adalah mengenai cairan ionik yang memiliki banyak sifat unggul, yaitu tidak mudah menguap, tidak bersifat korosif, dan mempunyai toksisitas rendah jika dibandingkan dengan pelarut-pelarut organik lainnya.