Risiko Keamanan Siber Operational Technology Kini Menjadi Perhatian Tingkat Dewan Eksekutif

Dythia Novianty Suara.Com
Senin, 14 Juli 2025 | 13:21 WIB
Risiko Keamanan Siber Operational Technology Kini Menjadi Perhatian Tingkat Dewan Eksekutif
Ilustrasi keamanan siber. [Unsplash/FlyD]
Ilustrasi Malware (Pexel.com/solarseven)
Ilustrasi Malware (Pexel.com/solarseven)

Organisasi yang melaporkan tingkat kematangan lebih tinggi (Level 0-4) mengalami lebih sedikit serangan atau mampu menangani taktik dengan tingkat kecanggihan rendah, seperti phishing.

Perlu dicatat bahwa beberapa taktik seperti advanced persistent threats (APT) dan malware OT sulit dideteksi, dan organisasi dengan tingkat kematangan rendah mungkin belum memiliki solusi keamanan yang memadai untuk mengidentifikasi keberadaan ancaman tersebut.

Secara keseluruhan, meskipun hampir setengah organisasi mengalami dampak, dampak intrusi terhadap organisasi terus menurun, dengan penurunan signifikan pada gangguan operasional yang berdampak pada pendapatan, dari 52 persen menjadi 42 persen.

Selain tingkat kematangan yang memengaruhi dampak intrusi, penerapan praktik terbaik seperti kebersihan siber dasar, pelatihan, dan peningkatan kesadaran juga terbukti memberikan dampak nyata, termasuk penurunan signifikan pada insiden business email compromise.

Praktik terbaik lainnya mencakup integrasi intelijen ancaman, yang melonjak (49 persen) sejak 2024. Selain itu, laporan ini mencatat penurunan signifikan jumlah vendor perangkat OT, yang menjadi indikator kematangan dan efisiensi operasional.

Semakin banyak organisasi, sebesar 78 persen, kini hanya menggunakan satu hingga empat vendor OT, yang menunjukkan bahwa banyak di antaranya melakukan konsolidasi vendor sebagai bagian dari praktik terbaik.

Konsolidasi vendor keamanan siber juga menjadi tanda kematangan dan sejalan dengan pengalaman pelanggan Fortinet melalui Fortinet OT Security Platform.

Jaringan dan keamanan terpadu di lokasi OT jarak jauh meningkatkan visibilitas dan mengurangi risiko siber, sehingga menghasilkan penurunan sebesar 93 persen insiden siber dibandingkan dengan jaringan flat.

Solusi Fortinet yang sederhana juga menghasilkan peningkatan kinerja hingga 7 kali lipat melalui pengurangan proses triase dan pengaturan.

Laporan Global 2025 State of Operational Technology and Cybersecurity dari Fortinet memberikan wawasan praktis bagi organisasi untuk memperkuat postur keamanan mereka.

Organisasi dapat mengatasi tantangan keamanan OT dengan menerapkan praktik terbaik berikut:

Baca Juga: Ancaman Siber Peniru ChatGPT Melonjak 115 Persen di Awal 2025, UMKM Makin Jadi Sasaran

  • Membangun visibilitas dan kontrol kompensasi untuk aset OT
  • Mengurangi intrusi memerlukan lingkungan OT yang diperkuat dengan kontrol kebijakan jaringan yang ketat di setiap titik akses.
  • Mengintegrasikan OT ke dalam operasi keamanan (SecOps: Security Operasionals) dan perencanaan respons insiden
  • Untuk menghadapi ancaman OT yang terus berkembang cepat dan permukaan serangan yang semakin luas, banyak organisasi telah menyusun beragam solusi keamanan dari berbagai penyedia.

    Mengadopsi intelijen ancaman dan layanan keamanan khusus OT

Laporan Fortinet 2025 State of Operational Technology and Cybersecurity didasarkan pada data dari survei global yang melibatkan lebih dari 550 profesional OT, yang dilakukan oleh perusahaan riset independen pihak ketiga.

Responden survei berasal dari berbagai lokasi di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Responden mewakili berbagai industri dengan tingkat penggunaan OT yang tinggi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI