Fabby Tumiwa: Potensi Sumber Energi Baru Terbarukan Besar, Tapi Tidak Mudah

Sabtu, 05 September 2020 | 07:20 WIB
Fabby Tumiwa: Potensi Sumber Energi Baru Terbarukan Besar, Tapi Tidak Mudah
Ilustrasi wawancara. Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform. [Foto: Dok. IESR / Olah gambar: Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Jadi saya kira ke depan, ini masih diperlukan dukungan pemerintah untuk mendorong, misalnya (soal) investasi energi terbarukan di Indonesia. Kalau kita masyarakatnya banyak, kebutuhan energinya tumbuh, ya energi terbarukan harus juga dikembangkan. Tidak hanya kecil, tapi juga skala besar.

Dan ini investasi besar, risiko besar. Tentunya investor akan melihat faktor-faktor yang menurunkan risiko tersebut.

Nah, kalau buat individu seperti kita, ya, tentunya edukasi. Contoh untuk yang PLTS atap. Itu mungkin kalau kita punya insentif untuk memberikan pinjaman bunga ringan kepada mereka yang pengen punya PLTS, bisa mengajukan aplikasi (pinjaman) ke bank. Ya, mungkin itu bisa menstimulus.

Jadi kami pernah melakukan market survey, (itu) potensi pasarnya besar. Kendalanya itu up front investment-nya, yang sebagian besar rumah tangga agak keberatan. Tapi kalau mereka misalnya bisa mendapat pinjaman lunak atau bisa mencicil dengan cukup panjang, masyarakat mau. Nah, ini hal-hal yang perlu menjadi perhatian pemerintah.

Kalau memanfaatkan sampah di perumahan untuk digunakan sendiri skala kecil, feasible (atau) tidak diterapkan di Indonesia?

Saya tidak tahu aplikasi untuk teknologi pembangkit sampah skala kecil. Kalau pemilahan sampahnya itu kan sederhana dan saya kira tidak terlalu mahal. Tapi kalau sudah diubah menjadi energi listrik untuk yang skala kecil biomassa, saya nggak punya pengetahuan di situ. Jadi saya gak bisa menjawab apakah itu feasible atau tidak.

Yang pasti kebutuhan listrik kita akan terus bertambah, apalagi ada tren beralih ke kendaraan listrik. Kalau hanya mengandalkan fossil fuel, kan sumbernya terbatas dan akan habis.

Sekarang kan tren dunia itu mengarah ke elektrifikasi, termasuk tadi ada dibilang kendaraan listrik. Nah, teknologinya sendiri saya kira sudah masuk ke Indonesia, tetapi perlu waktu sampai kemudian teknologi ini mendominasi atau bisa menggantikan kendaraan internal combustion engine atau kendaraan konvensional yang sekarang banyak di jalan raya.

Kalau kami melihat dengan perkembangan saat ini, masih cukup lama ya, sampai kemudian mobil listrik atau kendaraan listrik jadi mainstream di sektor transportasi Indonesia. Dan memang ketika dia sudah mulai populasinya banyak dan menjadi mainstream, kebutuhan listriknya akan bertambah.

Tetapi itu kan tidak sekonyong-konyong. Butuh waktu. Artinya, kita masih punya waktu untuk menyiapkan infrastruktur yang bisa mendukung penetrasi kendaraan listrik, termasuk kesiapan pasokan listriknya.

Baca Juga: Ambisi Elon Musk di Jerman: Tesla Gigafactory Sampai Produksi Vaksin Corona

Yang tadi saya katakan dari sisi sumber daya energi, kalau misalnya menggunakan energi terbarukan, sumber daya energi terbarukan kita itu cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik Indonesia di masa depan sampai dengan 2050, bahkan lebih. Itu masih cukup. Dengan pertumbuhan permintaan listrik per kapita yang relatif mungkin sekitar 5% per tahun, itu cukup kok, bisa dipenuhi.

Jadi saya kira, ini akan berkembang. Teknologinya juga berkembang semakin murah, semakin terjangkau. Yang penting sebenarnya jangan sampai pemanfaatan atau penggunaan teknologi itu mendapatkan hambatan baru, apa pun alasannya.

Jadi misalnya kalau saya pasang PLTS, itu dipersulit. Ada orang mau pasang PLTS dipersulit, karena harus menunggu meteran tersedia dan meteran ini disediakan oleh PLN.

Ini yang sekarang kita lihat terjadi misalnya, di beberapa tempat orang mengeluh, "Kok saya menunggu meter dari PLN ini udah sekian bulan tidak dapat?" Nah, kita gak tahu apa alasannya PLN. Saya gak tahu kenapa.

Dari beberapa komunikasi yang kami miliki, ada orang-orang yang mau masang PLTS itu mengeluh, karena mereka butuh waktu sekian bulan hanya untuk mendapatkan sambungan, karena alasannya meternya tidak tersedia. Ini juga jadi kendala.

Bukankah urusannya dengan perusahaan swasta yang melakukan pemasangan?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI