Deasy Nurmalasari: UMKM Tetap Bisa Raup Untung dengan "Go Digital"

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 26 Januari 2021 | 20:16 WIB
Deasy Nurmalasari: UMKM Tetap Bisa Raup Untung dengan "Go Digital"
Deasy Nurmalasari, Ketua Tim Karya Nusantara, bicara tentang UMKM yang Go Digital. (Dok. Pribadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Apakah dengan Go Digital, UMKM juga perlu memanfaatkan media sosial? Atau langsung lewat e-commerce saja?

Ada baiknya kita jualan melalui sosial media dulu atau whatsapp dulu atau titip jual di toko online dulu. Kita juga harus pandai menaruh jualan kita, mana toko-toko yang penjualannya banyak. Banyak brand yang belum terkenal sudah 10rb pengikut.

Selanjutnya, memudahkan UMKM membangun citra dan rekam jejak transaksi untuk mengakses modal dan pasar yang lebih besar. Biasanya permasalahan UMKM itu, bagaimana jualannya? bagaimana modalnya?.

Ini menjadi salah satu tahapan tangga jika kita ingin nantinya ingin mendapatkan modal secara kalau digital segala transaksinya sudah tercatat, itu sangat memudahkan. Yang terpenting membantu citra. Kita tahu sudah ada google bisnis, rating rating di e-commerce udah banyak.

Dengan adanya citra seperti tersebut, dapat memudahkan orang dalam menentukan barang yang ingin dibeli dan menguntungkan si pelapak dalam memajukan lapaknya melalui rating tersebut yang membuat pembeli percaya. Digital ekonomi itu memudahkan membangun hubungan dan mengelola interaksi digital dengan konsumen.

Jika ingin membeli di suatu toko, rata-rata pasti melalui rekomendasi dan referensi dari teman kalau bukan dari teman bisanya kita baca review atau komentar dari orang lain. Jika reviewnya jelek itu juga penting dalam membangun hubungan.

Bedanya penjualan online dan offline seperti apa?

Jadi jika kita membuka bisnis atau toko offline, kita pasti membuka tokonya itu dengan etalase, gantungin barang-barang dan lain-lain. Jika di dunia online, kita harus punya akun media sosialnya, whatsappnya, google bisnis punya. Buka tokonya di Mall mana. Strategi promosi, misalkan buy 1 get 1.

Jadi kalau dunia offline, kita indikator terpentingnya adalah jumlah orang yang melewati toko. Kalau online, berapa sih jumlah orang yang visit ke media sosial tersebut, yang tanya tanya juga. Polanya sama hanya yang beda adalah medianya, online dan offline.

Baca Juga: Pemberdayaan Disabilitas untuk Mengelola Kedai Difabis Coffee & Tea

Pemilik toko dan bengkel kerja 'Music666' memainkan gitar yang akan dijual secara online di Ciledug, Tangerang, Banten, Rabu (22/7/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Pemilik toko dan bengkel kerja 'Music666' memainkan gitar yang akan dijual secara online di Ciledug, Tangerang, Banten, Rabu (22/7/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Dunia online itu adalah replika dari versi dunia offline versi digital. Di online toko harus rapi, harus bersih sama juga seperti offline. Jadi jangan sampai memasang foto yang ga bagus, deskripsi profil kurang bagus, optimalkan hal kecil. Jika kita lihat secara keseluruhan, di indonesia itu ternyata tingkat pendapatan dan tingkat kebahagiaan indonesia itu tinggi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI