Karena di Malaysia yang banyak ada warga jawa timur, terutama Madura, Lamongan, itu memang basisnya kan NU pak. Jadi mudah sekali kalau untuk menari massa NU itu memang, tempatnya ya banyak seperti itu. Kegiatan sama seperti yang lain, cuma kalo muslimat lebih kepada sosial, seperti kemarin kita mengadakan sunatan massal kepada anak-anak yatim. Itu kami tidak melihat ada anaknya Malaysia, anaknya orang bangladesh, yang penting yatim dan tak mampu. Itu kami buat. Kemudian setiap liburan kami buat camp ibadah pesan terkilat juga saya buat, kalau untuk muslimat kan tiap tahunnya.
Bagaimana Ibu Mimin memberikan perlindungan kepada PMI?
Yang kemarin saya sampaikan kepada Atdikbud, ketika ada workshop, ‘Pak, saya ini harus bahagia, bersyukur, paling banyak muridnya, atau bersedih?’, kata saya. Bersyukur memang sudah ditangani dengan pihak KBRI, tapi semakin hari kok semakin banyak? Hampir setiap hari ada orang daftar. Berarti kan apakah program kita berhasil untuk terus-menerus seperti ini, atau kita akan stop. Nah kalau menyetop, itu memang sebetulnya secara kontrak kerja sudah apa pak.
Bahwa pekerja tidak boleh menikah, apalagi bawa anak. Tapi karena seringnya bertemu, saya hanya berjumpa, kata orang Jawa, ada istilahnya. Nah seperti itu, akhirnya terjadilah pernikahan dan menikahkan pun ada pak, ada izinnya sendiri. Begitu, jadi menikah sudah menikah aja secara resmi, secara hukum, setelah itu mereka tidak akan mendapat, nah semakin banyak seperti itu. Iya kalo berterusan. Nah yang jadi masalah itu ketika operasi (penertiban).
Nah ketika operasi ni orang kan sudah berkeliaran ke mana-mana, terutama yang perempuan, mau lari ke mana? Anak ditinggal, lari ke mana. Seperti itu, jadi memang satu-satunya jalan, ya mungkin dikurangkan dari pihak Indonesia untuk menuju agen-agen yang tidak bertanggungjawab. Karena kesannya rata-rata pelancong. Dari pelancong berterusan.
Mula mula dijanjikan nanti dibuatkan permit sampai di sana, kerja baik, gaji sekian, nanti permit dipotong ini. Sampai sana tidak dibuatkan. Mau pulang pun masa-nya sudah habis lebih dari 1 bulan, seperti itu.
Setelah urus SPLP, apa yang dilakukan selanjutnya?
Ngapain lagi, dan sudah tidak bisa balik, yang pertama. Yang kedua udah kadung enak di sana, karena lihat dari gaji, katakanlah paling murah itu 50 ringgit Malaysia satu hari. Pagi sampai jam 3, jam 4, itu 50 ringgit, Malaysia itu boleh untuk 3 kali makan, 3 hari makan. Istilah bahasa kasarnya seperti itu. Asal mau aja mereka. Menganggur, iya betul.
Bagaimana kesulitan dalam mengajar anak dari orang tua beda negara?
Baca Juga: Kisah Malaysia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 1997, Hancur Lebur, Gugur di Fase Grup
Yang rata-rata adalah ibunya yang dari Indonesia, bapak dari Bangladesh. Tapi yang Bangladesh, Pakistan, itu sudah pintar Bahasa Indonesia. Jadi secara bahasa tidak ada masalah. Jadi ketika saya tanya, mau dijadikan warga mana nih, Bangladesh atau Indonesia saja? Rata-rata yang bapaknya Bangladesh itu, suka anaknya dijadikan warga negara Indonesia. Jadi memang, kadang kemaren ada juga, kenapa nggak dibawa ke Bangladesh, saya suka Indonesia, Indonesia saja. Seperti itu.
Apakah anak-anak merasa tertarik belajar di sanggar?
Anak-anak tetap semangat. Memang anaknya luar biasa, bahkan kalau ada kegiatan ke kurikulum minggu, datang paling awal. Suruh datang jam 7, 06.30 sudah sampai. Nah itu yang membuat kami para pengelola ni, ini bagaimana kalau nggak di fasilitasi, anak-anak semangatnya luar biasa, melebihi dari anak-anak yang formal. Kalau disuruh apa, cepat datang, kegiatan cepet semangat. Itu yang sedang kami ikhtiarkan, supaya anak-anak ini tenang, bebas, kalau sudah dapat legalitas. Insha Allah anak-anaknya secara akhil pun pandai.
Masing-masing pun punya cita-cita sendiri. Ketika pak Juri ke sana, ditanya ini mau jadi apa, dokter, ini polisi, ini polwan. Mereka itu senang bercita-cita sendiri, punya keinginan sendiri. Nah kalau kita-kita ini nggak peduli dengan mereka, ke mana cita-cita mereka mau dibawa, kan begitu, seperti itu, kasihan. Jadi, alhamdulilah sekarang pihak pemerintah pun sudah membuka mata, sudah peduli dengan anak-anak ini, sudah banyak peluang, bahkan Sekjen Kementerian Luar Negeri sudah ke sana sendiri, melihat sendiri keadaan anak-anak seperti apa. Mudah-mudahan ke depannya akan jauh lebih baik.
Apakah para orang tua mendukung anaknya untuk ikut sanggar pembelajaran?
Nggak tau pak, kalau boleh cepet-cepet habis, pulang semua. Terutama orang tua yang kadang-kadang nggak tau, wes nggak usah sekolah anak anak kerja aja, kita panggil kita kasih pengertian. Saya bilang, ibu bapak iya sekarang bekerja, kuat lagi ngasih makan, ketika meninggal anak mau ditinggalin apa, ilmu tidak punya, harta gak punya. Bapak sewa kan di sini rumah, sewa.