Mimin Mintarsih, Pendiri Sanggar Sungai Mulia 5 di Semenanjung Malaysia: Demi Pendidikan dan Masa Depan Anak

Senin, 03 April 2023 | 09:39 WIB
Mimin Mintarsih, Pendiri Sanggar Sungai Mulia 5 di Semenanjung Malaysia: Demi Pendidikan dan Masa Depan Anak
Mimin Mintarsih, Pendiri Sanggar Sungai Mulia 5 di Semenanjung Malaysia. [Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sebelum di malaysia, saya di Pondok Pesantren Tebu Ireng, dari mulai SD kemudian saya terakhir di Ikaha, tebu ireng, ambil syariah. 1994 terus masuk Malaysia sampai sekarang. Anak saya sudah 5 dan Alhamdulilah lima-limanya beasiswa. Yang pertama beasiswa Budapest, ambil doktor sekarang, dari S2 sampai S3. kemudian yang kedua di Turki, beasiswa juga. Yang ketiga sudah bekerja. Yang keempat beasiswa Malaysia, yang terakhir ni rencananya ada berangkat ke Jerman, tapi masih belajar bahasa Jerman. Ya, alhamdulilah.

Apakah suami Anda mengajar juga?

Bapak itu mengajar Al Quran, tapi ngajar secara kampung pak. Tidak ada iuran, tidak keliling ke mana-mana, suami saya tidak minta bayaran ke orang. Dikasih, terima. Nggak, ya udah. Gitu aja. Sampai sekarang dengan menjadi Imam Masjid, dan kalau di struktur NU nya, beliau Musta’ar, sampe sekarang di muslimat, yang dulunya di Fatayat.

Bagaimana koordinasi dengan Muslimat di Indonesia?

Alhamdulillah, satu satunya organisasi indonesia yang sudah diakui oleh pihak pemerintah adalah NU. Sebab kita ada pertubuhan, Nahdatul Ulama. Pengurusnya wajib warga negara Malaysia, yang asalnya Indonesia sudah menjadi warga negara Malaysia di antaranya suami saya. Itu boleh membuat pertumbuhan, pertumbuhannya adalah payung hukum. Payung hukum untuk seluruh kegiatan NU dan banom banomnya, seperti fatayat, ansor, banser, muslimat, kemudian Lazis NU semua. Jadi adalah kita udah punya payung hukum. Jadi kegiatan seperti di lapangan, apa semua sudah tak ada masalah, karena kita sudah payung hukum.

Karena di Malaysia yang banyak ada warga jawa timur, terutama Madura, Lamongan, itu memang basisnya kan NU pak. Jadi mudah sekali kalau untuk menari massa NU itu memang, tempatnya ya banyak seperti itu. Kegiatan sama seperti yang lain, cuma kalo muslimat lebih kepada sosial, seperti kemarin kita mengadakan sunatan massal kepada anak-anak yatim. Itu kami tidak melihat ada anaknya Malaysia, anaknya orang bangladesh, yang penting yatim dan tak mampu. Itu kami buat. Kemudian setiap liburan kami buat camp ibadah pesan terkilat juga saya buat, kalau untuk muslimat kan tiap tahunnya.

Bagaimana Ibu Mimin memberikan perlindungan kepada PMI?

Yang kemarin saya sampaikan kepada Atdikbud, ketika ada workshop, ‘Pak, saya ini harus bahagia, bersyukur, paling banyak muridnya, atau bersedih?’, kata saya. Bersyukur memang sudah ditangani dengan pihak KBRI, tapi semakin hari kok semakin banyak? Hampir setiap hari ada orang daftar. Berarti kan apakah program kita berhasil untuk terus-menerus seperti ini, atau kita akan stop. Nah kalau menyetop, itu memang sebetulnya secara kontrak kerja sudah apa pak.

Bahwa pekerja tidak boleh menikah, apalagi bawa anak. Tapi karena seringnya bertemu, saya hanya berjumpa, kata orang Jawa, ada istilahnya. Nah seperti itu, akhirnya terjadilah pernikahan dan menikahkan pun ada pak, ada izinnya sendiri. Begitu, jadi menikah sudah menikah aja secara resmi, secara hukum, setelah itu mereka tidak akan mendapat, nah semakin banyak seperti itu. Iya kalo berterusan. Nah yang jadi masalah itu ketika operasi (penertiban).

Baca Juga: Kisah Malaysia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 1997, Hancur Lebur, Gugur di Fase Grup

Nah ketika operasi ni orang kan sudah berkeliaran ke mana-mana, terutama yang perempuan, mau lari ke mana? Anak ditinggal, lari ke mana. Seperti itu, jadi memang satu-satunya jalan, ya mungkin dikurangkan dari pihak Indonesia untuk menuju agen-agen yang tidak bertanggungjawab. Karena kesannya rata-rata pelancong. Dari pelancong berterusan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI