Iya di Dinas Pariwisata masih kemudian sekarang ditambah dengan Penjabat Wali Kota ini oleh Pak Gubernur ya. Karena kota ini kan menjadi ibukotanya provinsi. Jadi ibarat jarum jatuh aja banyak yang tahu, terdengar. Jadi inilah yang kemudian apa ya memanage-nya itu harus dengan irama yang pas gitu ya, kalau obat ya dengan dosis yang tepat gitu ya sehingga ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya arrangement atau koordinasi di lingkup internal kemudian eksternal dengan Forkopimda ya dengan masyarakat ada 14 kemantren ya 14 kecamatan kalau dulu.
Saya kira ini bagian tantangan tersendiri yang menarik gitu ya kalau saya seperti itu dan memahami lebih banyak orang itu kan kemudian kan ga mungkin satu orang dengan yang lain sama, walaupun kembar tetap berbeda.
Maka inilah apa ya tadi berkaitan dengan emosi kemudian bagaimana menata emosi ya kalau saya sih melihatnya setiap orang yang punya kelemahan dia pasti punya kelebihan.
Jadi itu harus kita pahami dan harus diresapi bahwa setiap orang pasti punya ciri tersendiri dan kita tidak bisa memaksakan bahwa orang harus mengikuti saya, gaya mereka harus mengikuti, tapi kita pahamkan itu.
Kalau saya lebih menyelami orang dari sisi apa ya emosionalnya, latar belakangnya kemudian pendekatannya pun harus dilakukan dengan strategi yang berbeda kalau pendekatan dengan ini strateginya ini kalau ini, ya ini.
Mengenang pandemi Covid-19 kemarin, bagaimana Anda menjaga pariwisata Jogja tetap bergeliat?
Pasti ya karena belum ada yang punya pengalaman menangani Covid-19 seluruh dunia baru sekali itu dan semuanya kemudian gagap dalam menyikapi itu, tapi waktu itu kemudian saya berpikir enggak mungkin kemudian kita akan hanya menunggu kapan berakhirnya pandemi ya kan semua orang enggak ada yang tahu kapan berakhirnya pandemi, semua orang ditanya enggak tahu.
![Pj Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo membahas masalah pariwisata di tengah Covid-19. [YouTube/Suara.com]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/08/18/10481-singgih-raharjo-4.jpg)
Mungkin dua bulan lagi mungkin satu tahun lagi mungkin dan lain sebagainya. Maka kemudian kita mencari referensi apa sih yang kemudian apa yang boleh dan tidak untuk menghadapi Covid-19.
Muncul WHO ada ini itu, kemudian kita coba sarikan esensinya apa sih. Oh jaga jarak, oh cuci tangan, oh masker. Kemudian kalau seperti itu kita bikin SOP dong untuk cara baru berwisata. Kita namakan peranakan anyar plesiran Jogja atau cara baru berwisata di Jogja itu mulai dari naik pesawat, naik transportasinya seperti apa kemudian kalau sudah reservasinya seperti apa.
Kita sampai membuat aplikasi namanya Visiting Jogja untuk sebetulnya menjembatani wisatawan dengan penyedia jasa di destinasi wisata supaya tidak kontak langsung pembayaran reservasi dan sebagainya.
Kemudian kita punya kerjasama dengan hotel, restoran. Ada paket-paket yang menarik disitu staycation ada, kemudian work from hotel ada kemudian meeting on the bus.
Itu paket-paket itu kita munculkan supaya apa, tetap gerak kalau kemudian sebuah hotel yang fasilitasnya sangat lengkap tetapi kemudian tidak ada penghuninya tidak ada wisatawannya maka kemudian akan mati.
Supaya tetap ada operasional maka kemudian ada potongan harga khusus dan sebagainya termasuk paket wisata waktu itu kita lakukan dengan cara-cara seperti ini. Travel koridor kita buat itu adalah untuk model kerja sama antar provinsi.
Jadi kalau ada kunjungan kerja dari Bali ke Jogja maka ini lho ada paket travel koridor. Ini sudah aman karena sudah kita sertifikasi dan sebagainya.
![Pj Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo saat menceritakan proses dirinya hingga ditunjuk menjadi pejabat penting di lingkungan Pemkot Yogyakarta. [YouTube/Suara.com]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/08/18/22082-singgih-raharjo-2.jpg)
UMKM juga kita bangkitkan lagi dan Alhamdulillah dengan model seperti itu kita bisa bangkit lebih cepat, karena 2020 mulai 2021 itu di akhir tahun ini sudah langsung wisatawannya lumayan banyak bahkan di tahun 2022 kita itu jumlah kunjungannya sudah mulai melebihi dari sebelum masa pandemi.