Nah, waktu latihan itu mereka berbahasa logat masing-masing. Jadi ketika manggung itu mereka pakai bahasa mereka sendiri dengan logatnya, yang penting bahasa Indonesia. Jadi tetap bagus sesuai zamannya dengan menyesuaikan.
Dan akhirnya lebih ke Bhineka Tunggal Ika, ini jadi lebih beragam. Nah, untuk pertunjukan Mega Mega itu nanti ada pemain-pemain awal juga yang dulu senior kita bawa kembali. Jadi kita pertemukan dengan dimainkan dengan era sekarang saat ini.
Bagaimana melihat seni teater di Indonesia saat ini?
Seni teater kalau melihat di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, cukup hidup dan tumbuh. Tapi selebihnya itu masih kayak nggak tahu mau ngapain.
Kita minta tolong carikan pemain-pemain teater di Toraja. Ternyata di sana tidak ada teater, bahkan senimannya juga tidak ada. Jadi yang nerima itu malah pengrajin di sana. Lalu dia ngajak anak-anak sekolah untuk tampil drama bersama. Lah, ternyata banyak banget yang belum ada teater.
Jadi misi sekarang itu tiap tahun kita akan tetap keliling mencari daerah-daerah yang susah itu. Tujuannya cuma satu, yaitu main drama, enggak susah. Jadi yang penting bisa main dan pentas dan tunjukkan.
Jadi meskipun konsep sederhana, mereka bisa lihat bahwa begini saja sudah bagus. Mereka juga jadi lebih berani dan ngomongnya bisa sehari-hari saja menyesuaikan. Jadi ke sana tidak terpaksa menggunakan bahasa-bahasa yang terlalu baku.
Kalau dukungan dari pemerintah sejauh ini bagaimana?
Dari sejak awal, kita selalu mendekati yang namanya Direktorat Kesenian dulu. Karena ketika urusan-urusan kan harus ada rekomendasi dari Direktorat Kesenian. Akhirnya kan kenal. Akhirnya, walaupun gak ada dananya, bisa dapat rekomendasi.
Baca Juga: Kisah Perjalanan Khansa Syahlaa, Remaja 17 Tahun yang Telah Mendaki 81 Gunung di Dunia
Tapi rekomendasi kan kita bisa jual, untuk sponsor, ke perusahaan apa. Nah sekarang sudah sampai tingkatnya kenal Menteri. Terus kita mau ke Australia. Menterinya bilang, ‘Kasih uang, dananya berapa. Ingat ya jangan sampai dipotong apa-apa ya. Kasih dia penuh’.
Tapi pas ngambil duit di bendahara, lama banget gak keluar-keluar. ‘Besok Bu. Besok lagi datang’. Sudah 2 hari baru dia terus terang, walaupun Pak Menteri bilang dapat dana, tapi ini sudah di luar kementerian.
Jadi tetep ini gak bisa kalau gak ada. Akhirnya harus ada 10 persen untuk mereka, 10 persen nanti ke polisi. Minta izin kayak pementasan kemarin yang di TIM, di Ciputra itu kan, izinnya harus sendiri. Kantor polisi itu. Nanti 3 orang kita kirim yang jaga sana.
Jadi harus keluar sekitar Rp 1-2 jutaan. Jadi itu hal-hal yang, ya sudah kayak begitu sih. Jadi kayak tawar menawar.
Harapannya untuk dunia teater secara umum, dan terkhususnya untuk Teater Keliling?
Jadi saya ingin penerus-penerus ini ya yang sudah, sekarang kan sudah tersaring, ada yang sampai menjadi tim produksi tetap, itu kan sudah ada itu di bawah komandonya Po semua itu. Jadi saya hanya menitipkan ke mereka bahwa yang penting kamu punya misi gitu. Masing-masing punya misi dan berbeda-beda itu nggak apa-apa.