Hilangkan Adab dan Etika Demi Kekuasaan, Chico Hakim: PDIP Persilakan Jokowi Mundur

Senin, 12 Februari 2024 | 07:00 WIB
Hilangkan Adab dan Etika Demi Kekuasaan, Chico Hakim: PDIP Persilakan Jokowi Mundur
Juru Bicara TPN Ganjar-Mahfud, Chico Hakim saat mengunjungi kantor Suara.com di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (5/2/2024). (Suara.com/Yoga)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Ada kalau kita Google, ini bukan fitnah atau hoax gitu ya di Google ada, di Jogja yang mati kelaparan, di Banten tapi kok sekarang yang justru sedang tidak ada bencana ya kan kalau dibilang ada El Nino, BMKG bilang alert tentang El Nino ini udah selesai di bulan Januari sementara juga curah hujan sudah mulai baik, artinya sebentar lagi panen.

Ini menjadi pertanyaan bahkan di rapel, di rapel sebelum pencoblosan, kan ini ada sesuatu ya. Ini masyarakat juga nggak bodoh, ini kan masalah rasa, bukan masalah, oh nggak tapi secara undang-undang boleh dan lainnya, ini bukan masalah undang-undang, masalah pasal, ini masalah rasa, rasanya apa? Rasa-rasanya Rasa-rasanya ada pihak-pihak yang berkuasa ingin memenangkan salah satu paslan, menggunakan bansos yang sebenarnya adalah uang negara, yang didapat dari hasil jerih payah masyarakat yang membayar pajak.

Emang strategi itu nggak dilakukan sama Pak Jokowi waktu Pilpres 2019?

Saya rasa tidak, pasti gini ya, di dalam politik itu ada namanya pork barrel politics, itu politik gentong babi istilahnya, itu diambil dari istilah di Amerika artinya adalah satu kebijakan-kebijakan diambil oleh incumbent, baik itu presiden atau anggota DPR, kebijakan-kebijakan itu diambil mem-budget-kan hal-hal yang bisa menguntungkan dia secara elektoral. Nah ini terjadi umum di seluruh dunia, kalau di dalam artinya gini, demokrasi ini memang dibilang bukan sistem yang terbaik, katanya demokrasi ini sistem kedua yang terbaik, namun sistem yang terbaik pertama ini belum ditemukan, jadi kita pakai demokrasi saja, tapi di dalam demokrasi itu tetap dibilang ada aturan-aturan dan lain-lain yang bisa menguntungkan rakyat banyak bahkan meminimalisir kecurangan dan lain-lain tapi selalu ada celah nah celahnya itulah mengalami salah satunya pork barrel politic ini jadi mencari anggaran-anggaran supaya saya sebagai incumbent bisa nih jalan ke daerah nggak usah pakai biaya uang sendiri pakai uang negara ya kan hal-hal yang tidak harus bansos bisa juga bangun jembatan padahal jembatannya belum rusak-rusak amat gitu, tapi bisa dibangunnya dua bulan lagi lebih masuk akal, tapi harus sekarang nih, soalnya pemilunya seminggu lagi, nah ini dilakukan umum, tapi kalau terlalu vulgar kan juga nggak elok ya, secara etika itu melanggar, etika ini kan menurut saya selalu lebih tinggi posisinya daripada hukum, kenapa?

Kemarin saya juga ada dalam satu pembicaraan dengan beberapa teman di acara podcast dengan Bang Karni, di situ kebanyakan lawyer, lawyer-lawyer kan kalau bicara soal pasal, ini kan nggak ada pelanggaran, nggak ini, terus saya bukan lawyer, jadi ketika saya punya kesempatan berbicara, saya bilang, saya ini bukan lawyer, saya menganggap diri saya orang baik saja, orang baik yang setiap hari keluar rumah berniat berbuat baik, nggak mau niat buat jahat, artinya apa? Sampai Sampai usia saya di umur 50 ini alhamdulillah saya belum pernah berusaha menghukum, bukan karena saya hafal pasal, karena saya punya etika, ya gitu, artinya menurut saya etika jauh lebih tinggi, yang hafal pasal itu cuma dua macam manusia, penjahat sama pembayar, ya kan, kalau penjahat itu pasti dia hafal pasal, kenapa? Karena Karena dia keluar rumah niatnya udah mau bikin jahat nih, gimana caranya kalau gue nggak ketangkep nih ya, kena pasal ini, kan pasalnya apa sih isinya gitu kan, oh kalau gue bikinnya begini, nah itu artinya itu tadi, bahwa belum tentu apa-apa yang tidak melanggar aturan, itu tidak melanggar etika dan peradaban, kan gitu, nah kan kita tau sendiri hukum ini udah terlalu sering menghukum orang baik dan membebaskan orang jahat jadi bukan hal yang baru artinya belum tentu hukum ini adalah sesuatu yang betul-betul di atas segala-galanya, nggak.

Menurut saya tetap adat dan etika dari segalanya. Dan ini banyak adat dan etika yang dilanggar termasuk dengan pembagian bansos, mempolitisasi bansos yang notabene adalah uang negara yang dapat dari pajak rakyat tapi digunakan untuk memenangkan salah satu kandidat.

Jadi membicarakan Pak Jokowi memang nggak ada habisnya dan makin seru, tapi nanti kita simpen dulu, karena saya penasaran sama persiapan sebenarnya ke Ganjar-Mahfudnya ini setelah debat. Gimana hasil survei internal karena kan selama ini ya Abang tahu sendiri dari berbagai lembaga survei gitu kan yang puncak tetangga sebelah sementara 01 dan 03 ini saling susul menyusul gitu jadi di survei internal itu sebenarnya seperti apa sih?

Situasinya nggak terlalu seperti itu, memang ketat pertarungannya, tapi kita masih optimis bahwa kita berada di atas sih intinya, tapi ya memang trennya akan menghadapi pilpres ini menjadi dua putaran, saya nggak mau bilang lah persisnya angka-angkanya ya, tapi intinya kita optimis, karena cara-cara kita menghitungnya itu bukan cuma survei, survei hanya menjadi salah satu variable, kita bikin survei, kita juga lihat dari FGD-FGD, focus group discussion yang kita lakukan di banyak daerah kita juga menghitung berapa pintu yang sudah pernah diketuk oleh relawan kita, caleg-caleg kita dari partai pendukung PDIP, Hanura, Perindo, dan P3 gitu dan juga bagaimana Pak Ganjar, Pak Mahfud, Bu Atikoh, Alam berkeliling kemana aja dan itu kita mengukurnya dari situ salah satunya kenapa? Karena memang setelah kita ukur kita paling banyak daripada turun ke masyarakat baik itu relawannya, PDI perjuangannya, Perindo, Hanura, PPP, caleg-calegnya, baik juga calon presiden, calon wakil presiden, dan para pendukung-pendukung utama seperti Mbak Yeni juga, ini Wahid, dll. Itu Itu tuh lebih sering bertemu dengan masyarakat. Jadi agak aneh memang kalau ada survei-survei yang mengatakan, tetap menjadi acuan lah buat kita, menjadi catatan lah ya, tapi menurut kita itu tidak sama dengan apa hitungan-hitungan kita. Tapi kan kita juga punya pengalaman, ada 16 lembaga survei, hasil surveinya memenangkan Prabowo Hatta di 2014, ternyata Prabowo Hatta kalah.

Banyak juga, hampir mayoritas lembaga survei juga membuat Anies diurutan ketiga terus di Pilkara DKI, di bawah Pak Ahok dan AHY, ternyata yang menjadi pemenangnya Anis Baswedan. Jadi dinamika survei itu kan bukan hal yang pasti, itu juga prediktif juga. Jadi kita lihat aja lah nanti tinggal sebentar waktu lagi.

Baca Juga: Sebut Film Dirty Vote Sebar Fitnah, TPN Ganjar-Mahfud Sentil Kubu 02: Jangan Sedikit-sedikit Lapor Polisi

Jadi kan masih ada masa kampanye juga, terus Pak Ganjar dan Bu Atiko juga sering kampanye ke Jawa Tengah nih. Ada apa di Jawa Tengah, Bang?

Ada kandang banteng yang harus dipertahankan, itu bukan rahasia lagi. Itu ada mayoritas suara di Jawa Tengah itu selama ini memang didominasi oleh PD perjuangan, Jawa Timur juga. Artinya memang itu sesuatu yang biasa dalam politik, kita harus menjaga yang memang sudah menjadi basis kita. Sama Sama dengan kita kalau jadi caleg, caleg didapil kita tuh dapilnya di rumah kita, jangan sampai di TPS kita, kita kalah dong. Itu Itu yang nomer satu, ya kan malu-maluin.

Malu-maluin dong, ya artinya kamu nggak disukain dong di kandang sendiri, itu juga harus dibuktikan. Dan seperti juga kebaikan kita melihat juga di pihak 02 kan juga begitu, bansosnya turunnya kebanyakan ke situ, ya sama lah kita melihat juga di situ, tapi pada prinsipnya memang dari tahun ke tahun memang PDI Perjuangan fokusnya di banyak daerah sebenarnya, cuma kan memang pemilihnya memang banyak di Jawa, kalau jauh secara keseluruhan.

Kalau dilihat di hasil beberapa lembaga survei itu, Ganjar-Mahfud ini disebutnya itu hanya unggul di Jawa Tengah. Lantas bagaimana kinerja dari TPN Ganjar-Mahfud untuk di provinsi-provinsi lainnya? Jatim kan diklaim oleh capres-cawapres lainnya.

Itu kan bisa aja dia klaim, kita juga klaim begitu, tapi kalau bicara soal pengitungan parpolnya, PDI Perjuangan masih di atas, dan nomor duanya PKB, jadi ini masih pertarungan yang cukup bebas lah ya, tapi terakhir di hitungan kita Jawa Timur masih di kita, untuk di daerah lainnya itu tadi, nggak ada strategi yang istimewa, nggak ada yang rahasia, sebenarnya cuma kanvasing, bertemu rakyat. Bertemu rakyat langsung, kadang-kadang orang bilang, temuin kepala desanya dulu ya, belum tentu juga, temuin rakyat-rakyat di desa itu, selain kepala desanya. Tapi ya kembali lagi, memang itu menjadi kekuatan dari pak Ganjar Pak Mahfud khususnya kalo partai pendukung itu kan PDI Perjuangan, semua orang mengakui PDI Perjuangan ini kalo udah berusukan yakan, turun ke aka rumput dan itulah memang environment-nya, lingkungannya PDI Perjuangan masyarakat wong cilik di aka rumput, itu hal yang sangat natural ketika kita turun ke bawah, dan nggak sulit untuk bisa menginfiltrasi ke akar rumput.

Tapi masa strateginya nggak berubah, Bang? Maksudnya Maksudnya melihat ada yang semakin tidak beretika, gitu kan? 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI