Enggak. Enggak ada.
Mungkin lewat telepon gitu?
Enggak ada. Setahu saya, kamu kan nanya sama saya. Terus saya nanya sama, Bu Mega.
Agak sulit ya...
Iya, sama. Saya juga sulit. Jangan salah. Saya, saya nggak bisa datang, tiba-tiba nanya 'bu, dia nelfon, gak', kan nggak.
Enggak mungkin. Jadi kalau ada yang bisa jawab itu, itu sok tahu, kamu mau nanya sama 100 orang yang kamu agak berdekat, kalau dia bisa jawab itu, itu sok tau, dan kedua, kok dia menceritakan ke publiknya gitu, itu satu hal yang sifatnya, kalau pun tahu,
Abang kan dulu sebenarnya ada di pihaknya mendukung Jokowi lah
Oh iya dong, saya die hard, biasanya kalau diehard itu, kalau sakit hati, sakit hatinya lebih sakit.
Dengan melihat sikapnya yang seperti ini, ada nggak satu pesan yang ingin disampaikan abang ke Pak Jokowi gitu kan? Karena Karena secara, ya dilihat masyarakat ya, Pak Jokowi masih PDIP kok, tapi kok lebih akrab sama yang sebelah?
Itu kan, terlalu kecil itu. PDI Perjuangan itu kan, walaupun itu memang menyedihkan ya, itu rumahnya dia. Tapi Tapi rumah besarnya dia kan adalah Indonesia. Rumah besarnya ini adalah dia harus mengayomi seluruh rakyat Indonesia. Dan itu tadi saya katakan, dengan banyak sekali kemuliaan yang kita berikan kepada dia.
Nggak usah PDI deh, kalau mau disakitin terserah deh. Tapi kan kemuliaan yang dia dapat bukan hanya dari PDI Perjuangan, dari bangsa Indonesia. Dia memimpin upacara di Istana, dia berpakaian dari ujung kaki sampai ujung kepala dibayarin sama negara.
Semua nggak ada yang (gak) dibayar. Pulsanya dibayar negara. Iya kan? Makan bakso sama Prabowo pakai uang negara. Iya kan?
Naik sepeda mahal, naik sepedanya pasti dibeli sama negara. Jadi intinya itu yang diharus jaga, karena dia tahu kemuliaan-kemulian itu dibelikan oleh rakyat Indonesia pada dia, dan dengan masa tenggang waktu hanya dua periode, ada kontra kerjanya, kontra kerjanya itu kita sudah sepakati di konstitusi kita, itu kesepakatan, artinya itu juga harus dia jaga, kita kembalikan lah kepada dia, masa sih nggak cukup dua periode memimpin dengan baik, pertanyaan saya adalah masa sih Anda mau legacy Anda diingat sebagai pemimpin yang ogah-ogahan turun sampai ada anak buahnya berusaha untuk mendapatkan tiga periode atau perpanjangan masa jabatan, kemudian gagal, kemudian abis gagal akhirnya mencalonkan anaknya yang belum cukup umur, dan akhirnya dengan cara mengubah undang-undang, dan itu.
Jadi pertanyaannya jangan disempitkan soal PDI Perjuangan, ini soal bangsa dan negara. Jadi menurut kami kalau ini yang sedang dilakukan menganggarkan bansos di tahun politik di mana anaknya ikut kontestasi lebih tinggi daripada di tahun di masa-masa pandemi yang bener-bener banyak orang kesulitan kehilangan pekerjaan dan lain-lain, masa sih kayak begitu? Nah itu pertanyaannya.
Dan itu tidak hanya bicara soal PD Perjuangan, itu bicara soal seluruh rakyat Indonesia. Baik yang sekarang masih mendukung beliau, atau mendukung anaknya, atau yang tidak mendukung. Kan masalahnya yang mendukung kan kadang-kadang nggak paham aja. Iya kan? Mendukung karena apa? Saya juga nggak ngerti. Karena bagian dari oligarki kan yang diuntungkan dengan hilirisasi mikro. Ya kita nggak tahu. Coba ya itu.