Jadi gimana pak?
Dulu itu kita kan delaynya dengan dunia mesin kan, benda mati, jadi kan yang perintah. Jadi semua itu perfect apalagi anda menjadi seorang pilot. Kalau anda bilang kecepatan 60 ya 60, tidak bisa ini. Apalagi kita masuk di gunung ya dengan lapangan 300 meter, 350 meter dengan itu kan tidak mudah.
Saya bisa merasakan ini angin dari belakang, ekor goyang, bisa, bener. karena hidup saya sudah di situ, pekerjaan saya di situ, masuk ke dunia politik wah itu tidak bisa.
Saya sempat cerita sama istri saya kita mundur saja, kita hidupnya aman kok, ngapain kita ke sini kan gitu.
Semua yang anda buat di mata orang yang tidak suka dengan anda itu pasti tidak baik, di dunia ini.
Padahal kita itu sudah punya, ya apa sih, apa yang kita cari sih, what is something we can do for the people gitu, jadi if we can bless somebody itu the way that we choose.
Jadi kita kan seperti begitu, akhirnya ya bagaimana ya, saya juga waktu itu maju sebagai bupati itu karena saya melihat bahwa kita ada otonomi khusus di tanga papua
Tapi saya masih terbang anak-anak kecil sekolah di Jayapura, ibu-ibu hamil masih saya terbangin, jadi mereka harus ke jayapura, kok ini salah ini something wrong
Jadi di situ lah saya cerita sama istri saya, kita coba maju jadi bupati kita coba bangun buat sesuatu yang berbeda, jadi syukur karena waktu itu saya harus lawan incumbent head to head dan saya menang 71 persen, dan itu hanya karena Tuhan saja.
Baca Juga: Meki Nawipa Dapat Restu PPP, Siap Berjuang di Pilgub Papua Tengah 2024
Ngeraba-ngerabanya gimana Pak Meki dari pilot ke politik pada saat itu? atau punya mentor khusus mungkin di sana?
Ya jadi kalau di Papua itu kan siapa pun di gunung, siapa pun yang mau maju bupati itu dia perlu pesawat
Gimana kok bisa gitu pak?
Karena seluruh logistik kotak suara panitia penyelenggara, semua kan pake pesawat, terus calon-calon bupati dia nego dengan siapa kan kita ikut itu, walaupun kita bukan pemain gitu.
Jadi pilot bisa jadi penentu. Walaupun kita tidak, kita profesional saja ya terbang ya terbang ya bayar di kantor, kita ini kan, ya ini ya caranya,
Mulut diam tapi kuping mendengar ya pak?