Suara.com - Proses tahapan Pilkada 2024 sempat menyita banyak perhatian dari masyarakat, khususnya di Jakarta. Terlebih saat Mahkamah Kontitusi (MK) mengabulkan gugatan perkara Nomor 60/PUU-XXII/2024 tentang ambang batas calon kepala daerah.
Adanya putusan tersebut membuat PDI Perjuangan yang sebelumnya terpojok, akibat terbentuknya koalisi obesitas KIM Plus berpeluang mengusung pasangan calon di detik-detik pembukaan pendaftaran.
PDI Perjuangan segera menyiapkan kader-kadernya untuk pertarungan kontestasi politik lokal, termasuk Jakarta. Persiapan yang dilakukan oleh PDI Perjuangan juga cukup menyita perhatian.
Khusus untuk wilayah Jakarta, nama-nama seperti Anies Baswedan hingga Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mulai berseliweran.
Baca Juga: Dinilai Tak Cocok jadi Kota Industri, Ini Jurus RK Tekan Angka Pengangguran di Jakarta
Anies bahkan dikabarkan telah membuat surat keterangan dari Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk syarat maju dalam Pilkada. Namun, Megawati Soekarnoputri selaku Ketum PDIP justru menugaskan dua kadernya Pramono Anung-Rano Karno alias Bang Doel.
Jurnalis Suara.com, Ria Rizki, mendapat kesempatan untuk melakukan wawancara khusus Bakal Calon Wakil Gubernur Jakarta, Rano Karno di kediamannya, kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. Berikut isi wawancara lengkapnya:
Ini maju bikin heboh saja kemarin?
Semua yang mendadak pasti harus heboh, kecuali persiapannya lama. Senin di perintah, langsung selesai daftar. Langsung Rabu daftar.
Ntar dulu, sebelum nama abang muncul, di survei-survei itu yang ada nama Pak Ahok, Pak Basuki?
Baca Juga: Bujuk JK jadi Timses di Pilkada Jakarta? Ridwan Kamil Bilang Begini
Betul.
Kenapa tiba-tiba jadi nama Bang Doel nih?
Ini kan Alhamdulillah, ini berkah MK nih. Ya kan? Berkah MK nih. Artinya Alhamdulillah, maaf, PDI perjuangan bisa maju sendiri. Kemarin kita udah kepepet. Udah nggak ada nih jalan, Jalan udah nggak ada kan? Nah, memang yang tadi, apa nama yang mpok bilang? Basuki. Basuki PUPR kan? Kemudian Ahok.
Itu memang udah terdengar tuh wacana tuh. Tapi menjelang-menjelang sini saya pernah dengar Pak Basuki, ah gue capek umur gue udah tujuh-tujuh, gitu. Aman, kite gak ada saingan gitu kan?
Ahok, Nah sebetulnya jujur ada lagi nama satu yang namanya Bang Anies. Iya kan? Nah jadi, boleh sombong juga kali mpok. Seminggu sebelum pengumuman, seminggu sebelum abang dipanggil Ibu Mega, terdengarlah dua nama memang. Yang menjadi calon gubernur.
Pertama, Bang Anies. Kedua, Ahok. Cuma yang kita bikin senang hati, senang hati nih, siapapun makannya, wakilnya pasti Rano Karno, itu terdengar.
Walaupun kita sendiri, ini bener nggak sih? Ini bener nggak sih? Jadi singkat kata begini, kenapa waktu abang daftar, istri abang nggak ada.
Jadi hari Senin, subuh, anak-anak, istri, cucu, mestinya sama abang ke Bali. Bukan liburan, ada kunjungan kerja. Spesifik untuk pendidikan di Bali. Jadi mestinya abang berangkat ke Bali kan? Eh, tiba-tiba hari Minggu malam, saya ditelepon Pak Sekjen. Halo, tidak boleh meninggalkan Jakarta.
Maksudnya apa Pak Sekjen, tidak boleh meninggalkan Jakarta? Saya bilang, Senin, saya pagi subuh udah berangkat. Ini tiket udah, hotel udah, mobil udah sewa. ‘Pokoknya tidak boleh meninggalkan Jakarta, siap untuk dipanggil’.
Diteleponnya malam. Sementara besok subuh, Minggu malam tuh, subuhnya mesti berangkat ke bandara.
Singkat kata, istri, cucu, anak, mukanya cembetut, terbang deh dia ke Bali. Saya bilang, Bapak gak bisa berangkat, kamu doain aja, mudah-mudahan Bapak bisa nyusul. Masih punya harapan nyusul.
Tunggu, betunggu, tunggu, betunggu, kita akhirnya dipanggil sama Bu Mega. Sebetulnya saya udah siap untuk gak maju. Udah deh, cukup di komisi X aja deh.
Ya maaf, umur udah 63. Enggak tua-tua amat, masih bisa jalan-jalan sih, tapi artinya saya mau fokus udah deh, saya bantu pemerintah untuk masalah misalnya pendidikan, kemudiannya kebudayaan, kemudian apalagi pariwisata, mau ke situ aja lah, cukup lah di dunia birokrat.
Dipanggil lah saya sama Bu Mega. Makan siang, bersama Ibu.
Berdua aja tuh dipanggil Ibu Mega?
Ada satu orang, ada Bang Olly, Olly Dodokambey, Gubernur Sulawesi Utara.
Ibu bilang, ‘No, ini saya bicara sebagai ketua umum. Hak prerogatif saya, dan tidak ada diskusi. Kamu saya perintahkan, menjadi wakil Gubernur DKJ’. Kaget kan, Waduh gak salah nih. Gak ada diskusi, jalankan atau tidak?.
Saya boleh izin Bu. Masih izin, nanya dong. Ya kan kita jadi wakil. Kita kan gak ngebayang, apakah gubernurnya, walaupun PDI Perjuangan bisa maju sendiri.
Saya nanyakan ke Ibu, ‘Bu izin, siapa yang jadi gubernurnya? Supaya kan saya tahu’. ‘Yang jadi gubernurnya yang namanya Pramono Anung’.
Kaget lagi saya. Hah. Bu, saya boleh nanya. ‘Kenapa?’. Mas Pram mau? ‘Mau dia orang perintah saya, harus mau?’
Kenapa Mas Pram? Maaf, saya gak mengecilkan kemampuan Mas Pram. Mas Pram itu levelnya bukan gubernur. Levelnya menteri beliau, artinya setelah administrasi negara, beliau paham. Administrasi pemerintah paham. Udah lah, dia yang paling paham lah. Pertanyaan saya, apa mungkin Mas Pram mau? ‘Harus mau ini perintah’.
Saya bilang, Bu boleh gak saya tanya? Walaupun gak ada diskusi. Kenapa sih Bu? Karena ini sebetulnya mulut saya ini mau ngomong. Bu, saya di komisi X aja deh Bu. Saya siap buat dipecat dari partai kalau memang ini satu konsekuensi, karena artinya kalau kami ini kan memang, kami ini kan partai kader. Itulah yang disebut petugas partai, ada dalam ADRT.
Siapapun harus siap ditugaskan dimana saja. Kalau memang perintah sudah dijalankan. Nah, saya cuman minta, Bu, kenapa sih? Nah, ini yang bikin saya jujur agak terkejut mendengarnya.
‘No, sebentar lagi Jakarta akan ditinggal’. Maksudnya apa Bu? I-nya bakal pergi.
‘Dia akan jadi DKJ. Ibu kota yang gak ada lagi. Setelah itu Jakarta mau jadi apa?’.
Pertama saya agak nganga juga sebentar. Nah, ini yang bikin saya lebih ngangak lagi. Dia tunjuk saya, ‘Kamu kan Betawi, kalau Jakarta gak ada. Betawi ada di mana?’.
Waduh. Saya minta maaf mungkin kalau dibilang asli. Saya bukan asli Betawi, tapi maaf, saya lahir di sini. Saya gede di sini. Ayah saya dari Sumatera Barat tapi emak saya, enyak saya Betawi. Jadi kalau ditanya soal Betawi, darah saya ini ngalir. Yang kedengeran di kuping nih jujur, walaupun saya minta maaf, gak ingin jual nama Benyamin, gak ngejual nama Sabeni.
Yang kedengeran di kuping ini, sekali-kali 'Gue mau lihat lo jadi gubernur Doel.' Ini apa sih gitu kan? Nah, singkatnya, begitu ibu ngomong Jakarta akan ditinggal, dia akan sendiri. Jakarta mau jadi apa? Itu saya juga terpikir.
Wah, ini tugas yang menarik bagi saya ya. Saya gak meragukan Mas Pram, karena itu malam saya ke rumah beliau.Saya minta waktu Mas, saya mau ngadep, saya mau ngobrol. ‘Yo, saya juga mau ketemu kamu’.
Udah lah ke rumah ini Mas Pram. Ketemu Mas Pram. Dia bilang, ‘kamu percaya saya gak?’ Ya, percaya Mas, saya bilang. Cuman Mas serius, mau? ‘Lo ini udah tugas sama kayak pertanyaan.
Kamu mau? Ya udah tugas’. Ya udah bismillah kita. ‘Yaudah bismillah. Oke, siap?’ Oke, kapan kita daftar? ‘Besok’. Eh, kapan kita deklarasi? ‘Gak perlu deklarasi. Kita langsung daftar’. Waduh saya bilang.
Bayangin gak, yang lain deklarasi ada di TV, wartawan banyak. Kan kita gak kan? Kita langsung daftar. Rabu jam 11, tanggal 28.
Singkat kata, emang pendaftan kemarin ya mungkin karena kita yang pertama, dan unsur kejutnya banyak.
Unsur kejut pertama adalah Pramono Anung, itu unsur kejut.
Kedua, kita daftar tanpa deklarasi. Ketiga, ya kita dengan keriaan, karena Mas Pramono Anung bilang ‘udah Ran, kita bikin pilkada ini happy’.
Apakah Ibu Mega itu menyampaikan, kenapa Ibu Mega tidak mengajukan nama Pak Ahok misalnya, yang sudah pengalaman. Kenapa tidak mengusung Anies gitu yang sudah pengalaman juga?
Bener, Itu pertanyaan yang menarik, jujur saya, maaf sama Mas Pram terus mencari jawaban. Terutama Mas Pram loh. Mas Pram ini.
Maaf dipotong Bang. Jadi pas ketemu berdua nih, pada bingung ya, kenapa 'kita' gitu kan?
Ya maaf, kalau saya dalam tanda kutip saya paham. Maaf, bukan bercanda, sampai Mas Pram bilang ‘mustinya kamu jadi gubernur’.
Ya kalau saya gubernur kan gak mungkin Mas Pram jadi wakil gubernur. Ya udah Mas Pram gubernur, saya jadi wakil gubernur. Kita kerja sama, pemerintahan daerah.
Maaf, mungkin orang pikir saya ya artis, bintang film. Lupa, saya ini udah 11 tahun di pemerintahan. Saya pernah di Kabupaten Tangerang, jadi Wakill Bupati, saya pernah jadi Wakil Gubernur, kemudian saya jadi Gubernur.
Singkat kata, minimal secara ilmu kepemerintahan, saya sedikit banyak saya tahu, karena saya juga kuliah tentang itu, saya ambil S1 ilmu politik, kemudian saya sempat ambil ilmu kepemerintahan.
Saya banyak belajar tentang kebijakan publik, segala macem artinya saya paham lah, saya sangat suka sesuatu yang baru. Jadi, kita berpikir, kenapa ya? Mas, ini kan akan terjadi transisi ke pemerintahan, ya kan.
IKN mungkin akan dibutuhkan masih waktu 20 tahun, untuk membangun dan berusaha. Tapi kan, landasan pondasinya dan perpindahan Ibu Kota ini udah lama. Masih zaman Bung Karno juga udah ada rencana itu, tapi memang bukan di IKN sekarang, itu adanya di Kalimantan Tengah kalau gak salah.
Nah, singkat kata, kita coba analisa, apa sih mas? Kenapa sih kita? Oh, ternyata karena transisi ini, Jakarta ini harus segera menentukan mau jadi kota apa.
Emang Pak Anies sama Pak Ahok dianggapnya gak paham kayak begituan ya sama Bu Mega?
Tadi saya awali, ini akan terjadi perubahan transisi pemerintah dari Presiden Jokowi kepada Presiden Prabowo. Diperlukan orang yang untuk jadi jembatan ini, karena jangan salah, pemerintah pusat memerlukan pemerintah daerah.
Jangan hanya Jakarta. Pemerintah pusat memerlukan pemerintah daerah karena di sana ada APBN yang harus disampaikan pada APD. Pemerintah daerah juga membutuhkan pemerintah pusat. Artinya, itu yang selalu disebut harmonisasi harus lebih diutamakan.
Mungkin tolak ukurnya, Mas Pram dengan Pak Jokowi deket, Mas Pram dengan Pak Prabowo deket. Ini untuk mempermudah harmonisasi pemerintahan itu sendiri. Itu politik besarnya, sebetulnya.
Jadi, ini titipan atau bukan Pak Pram ini?
Saya yakin bukan titipan. Yakin bukan titipan. Artinya begini, maaf ya, secara politis, mungkin Pak Prabowo Presiden kita berbeda dengan Pramono Anung. Kalau mau titipan, dia pasang orang dia.
Oke, jadi partai anti titip-titipan nih PDIP ini ya?
Benar.
Bang Doel, kalau ngomongin soal PDIP nih nama mendiang (ayahnya) kan ada Soekarno-nya. Sangat-sangat identik dengan PDIP. Apakah itu juga yang menjadi alasan Bang Doel masuk nih, dan mengabdi lama nih di PDIP? Emang secinta itu ya Bang Doel?
Saya jujur, sebagai kader ya, saya mungkin sebagai kader dimulai 2007. Simpatisan, iya. Saya minta maaf, dasar utama saya suka baca, dasar utama. Yang saya baca semua hampir rata-rata autobiografi, hampir rata-rata.
Bapak saya itu orang Padang loh. Kakeknya bernama Muhammad Nur. Dulu beliau memang wartawan istana. Salah satu dulu di Waspada Medan.
Artinya mungkin, karena beliau pengagum Soekarno, anaknya namanya Soekarno. Makanya waktu itu saya ketemu dengan saudara Padang, aneh juga orang Sumatera Barat namanya Soekarno.
Jadi saya pernah nanya sama bapak dulu, Pak, kok bapak namanya Soekarno sih? Kan bapak Padang.
Dulu kakek bilang waktu kalau lahir, bapakku lahirnya di Jakarta. Kemudian besarnya memang di Tebing Tinggi, di Medan sana. Tapi kemudian kerja kembali ke Jakarta.
Jadi dia bilang kalau namanya laki Soekarno, kalau namanya perempuan Soekarni. Singkat kata mungkin saya yakin kakek saya adalah penggemar Bung Karno. Itu tentu sebagai cucu pasti akan terbawa.
Kebetulan yang saya bilang, saya suka baca. Saya baca anak-anak revolusi, saya baca Putra Sang Fajar, saya baca apa namanya, termasuk yang namanya Siti Nurbaya, itu semua saya baca. Jadi dari itu sebetulnya saya belajar karena saya enggak punya kemampuan beli.
Sampai akhirnya kalau terjun masuk ke PDIP juga ada inspirasinya juga itu?
Itu salah satu. Sampai saya baca. Ya dalam-dalam politik kita punya pilihan yang boleh berbeda ya. Kayak keluarga saya ini saya enggak mau mewajibkan mereka apa, silahkan saja, tapi saya ada di sini.
Minta maaf, secara ideologi cocok sama saya. Maaf, kami kan nasionalis. Kita nggak pernah ribut tentang apa agama kamu. Apa bangsa, apa suku kamu. Enggak pernah. Saat kita nyanyi Indonesia Raya itu semua kita lebur. Itu enggak mudah gitu.
Kalau boleh dibandingkan nih Bang Doel, antara ibu Mega dengan Bang Doel dan Ibu Mega dengan Pak Pram. Lebih dekat siapa itu?
Saya mungkin, maaf, lebih dekat dengan ibu Mega. Mas Pram itu kenal, tapi gak dekat, karena kan dalam frame yang berbeda. Mas Prang kan tidak DPP. Dia gak pernah datang ke DPP.
Dulu iya, tapi pada waktu Mas Pram jadi Sekjen, saya belum jadi kader. Tahu, ya kan? Kemudian Mas Pram jadi anggota DPR RI empat kali, saya belum ini. Dia jadi Menseskap, saya pernah ketemu pada waktu saya jadi Gubernur. Ya ikut ratas-ratas pernah lah.
Tapi kedekatan ini, minta maaf, mungkin jauh lebih dekat kepada ibu Mega. Itu lah yang membuat saya begitu ibu perintah (jalani).
‘Kamu kan Betawi. Setelah Jakarta gak ada, Betawi mau kemana?’ Nyender saya begini. Waduh. Kok jadi begini?
Sebelum masuk ngomongin soal kampanye dan program gitu ya. Saya pernah dengar nih Bang Doel bilang yakin akan menang, meskipun lawannya nih Bang Doel, pasangan RK itu kan didukung sama 13 partai sekaligus. Gimana?
Saya gak tahu ya, saya punya keyakinan saya menang. Kalau memang ini menjadi sebuah kompetisi. Walaupun saya gak mengharapkan kompetisi ini menjadi menang dan kalah. Dan siapa yang dipilih? Kompetisi kan itu.
Gak tahu saya punya keyakinan itu. Makanya begitu saya maju, langsung hari itu saya bikin surat pengunduran diri sebagai anggota DPR RI. Saya sudah mundur menjadi anggota DPR RI. Konsekuensinya, kalau saya gagal jadi wakil gubernur, artinya saya kehilangan. Kehilangan masa bakti saya. Itu satu konsekuensi. Hidup ini pilihan. Gak bisa kita ituin semua.
Nah tentu harus yakin menang. Kita paham secara kalkulasi kita 14 persen lawan 86 persen. Yang bisa melawan ini adalah masyarakat.
Saya minta maaf, saya tidak suka masuk dalam sentimen-sentimen masyarakat. Tapi tentu hari ini saya menerima kunjungan dari beberapa ormas. Kemarin saya ketemu beberapa ormas, yang kebetulan ormas ini deketlah dengan saya.
Saya tidak mengatakan kultur Betawi deket tapi mereka paham. Saya pernah punya produk tentang sebuah kultur yang memang saya angkat yaitu sinetron misalnya Si Doel Anak Sekolahan. Saya gak paham kok, saya punya keyakinan bahwa saya akan menang.
Saya kan suka menerima beberapa bukan utusan lah ormas, tapi ini sebelum saya jadi, sebelum saya dipilih menjadi calon wakil gubernur. ‘Doel, lu kasih tau ama die. Kite ini warga Jakarta ini bukan pakaian kotor yang dimasukin ke kotak kosong. Kita lawan’. Ini betul, ini statement loh. ‘Kita ini punya harga diri. Emang dia pikir kita ape?’
Wah itu kalau udah tekad begitu inget-inget dialog enyak nih waktu ribut sama babeh. ‘Eh jangankan nih, semut lu injek semut kecil lu injek, pasti digigit’
Itu yang membuat saya oh begini ya. Berarti gua bilang bener lu yakin, ‘maju Doel’. ‘Semaksimal mungkin, bahasanya kite perang’.
Kalau Mas Pram bilang kita fight. Fight tuh bukan berarti buat gontok-gontokan berantem, bukan. Kita kerja keras, tiap hari kita jalan. Ketemu masyarakat, kita dengerin aspirasi, kita sampaikan. Orang nanya visi-misi apa sih Dul? Udah ini ada visi-misi.
Cuman lu mesti paham pemerintah daerah itu yang namanya visi-misi gak bisa ngebujak-bujak sekarang kita ngomong bangun sekarang. Ga bisa, APBD 2024-2025 udah diketok sama DPRD.
Artinya program kita ini yang mesti kita kerjain dulu. Besok kita buka, kesehatan bagaimana? Oh begini. Apa yang kurang? Pendidikan, oh begini kurang. Nah baru ini visi-misi kita masuk disini.
Artinya visi-misi kita hanya bisa kita mulai dari 2025-2026. Itu yang mesti dipahami. Pemerintah daerah ini sebetulnya ga repot. Simpel, simpel.
Maaf, dia cuman punya dua urusan. Yang satu urusan wajib yang satu urusan pilihan. Wajib itu adalah pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, lingkungan, transport, itu wajib.
Kita belah, pendidikan. Apa? PAUD TK, SD, SMP, SMA, SMK, mahasiswa. Wewenang Pemda dari mana? Dibagi-bagi. Dulu SD, SMP, SMA itu di wali kota Kalau SMA, mahasiswa itu di provinsi, dulu.
DKI gimana? Mungkin bisa semua. Kenapa bisa semua? APBD-nya gede. APBD-DKI yang repot kalau swasta mau bikin sesuatu ga punya duit. Kalau Pemda punya duit cuman bingung mau bikin apa. Mau mulai yang mana. Kenapa? Ada patokan yang ga bisa kita. Ga bisa, mbak misalnya lu bilang, Bang bikin film.
Gak bisa pemerintah daerah bikin film.
Kenapa tuh?
Tiba-tiba Si Doel diproduksi oleh Pemda DKI gak boleh begitu. Tapi kalau sosialisasi budaya boleh, tapi itu kan ada mekanisme. Jangan mentang-mentang gue bintang film, terus dari orang film. Engga boleh begitu.
Jadi artinya pemerintah daerah itu sudah ada program RPJMD, Rencana Pembangunan Jangka Menengah atau Jangka Panjang, itu akan diikut. Kemudian kaitan dengan pusat seperti apa? Berapa besar APBN ada di Jakarta, itu prioritas utama. Kemudian program APBD Jakarta apa saja.
Sekarang tiba-tiba ngomong Giant Sea Wall, Giant Sea Wall gakk ada urusan dengan Pemprov. Ga sanggup. Ratusan triliun itu. Pertanyaan perlu ga? Perlu.
Kalau engga Jakarta tenggelam. Semarang yang mau tenggelam kok, dari berapa puluh tahun tuh Semarang.
Nanti gimana kalau ditagih tuh, kalau udah menang tuh?
Makanya kita ingetin sama pusat. Itulah tugasnya gubernur. Ketemu Pak Presiden. Pak, ini lho Pak, program nasional ada yang namanya Giant Sea Wall. Jadi ga ya Pak? Kalau engga jadi, kita mesti sampein ke masyarakat.
Kalau engga jadi misalnya. Pak, yaudah kalau gitu Pemda DKI benerin got aja deh, gak usah muluk-muluk. Walaupun yang namanya Jakarta Utara, kayak kita lihat Pluit. Itu air laut udah naik. Memang harus ada pemecah ombak, memang harus. Bentuknya apa? Bisa macam-macam. Apakah reklamasi utara perlu? Perlu.
Apakah reklamasi utara perlu? Perlu. Tujuan utama bukan buat pelebaran lahan, proteksi wilayah. Cuman maaf, kita udah bikin nih wall. Apa kita mau diemin di atas ga ada rumah? Maaf bahasa Betawi bodoh juga dong. Ya kan? Oh berarti kita bisa bikin kota baru nih. Programlah, apa pemerintah daerah bisa? Ga mungkin, ini harus swasta karena ini bidangnya spesifik kepada perumahan pembangunan.
Sebelum menang nih. Kampanyenya harus ada strateginya kan Bang Doel. Katanya mau ini, mau narik Mas Anies masuk ke tim sukses?
Kita berharap, kan begini Mas Anies ini kan masih punya visi ya kan. Maaf bahasa yang kita bisa paham. Sekarang kan Mas Anies ga ngikut.
Ajak aja. Kalau bisa kan ikut kita dong. Cuman kan kita gak bisa maksa Bang Anies. Kalau dibilang Doel, gua gak bisa deh. Ya gak apa-apa Bang. Abang dulu mau bikin ini mau kemana sih arahnya Bang? Kasih tau kita dong. Kita mau lanjutin nih
Kemarin yang di CFD. Yang ketemu Pak Anies itu gimana?
Enggak sengaja.
Oh bukan settingan?
Gimana mau settingan? Pagi tuh abang jam 6 udah di situ, karena kebetulan. SMA 6, SMA 9, SMA 11. Bikin fun walk, jadi nih komunitas bulungan. Sudah lama sebelum abang jadi calon wakil begini.
Ya maaf, Mas Pram kenal Mas Bang Anies. Saya juga kemarin baru ketemu, ketemulah kita disitu. Ya gue bilang itu rejeki anak soleh bisa ketemu disitu kan. Heboh temen-temen media, wah ini setting. Mana mungkin Anies Baswedan mau disetting-setting sama Si Doel.
Ya kan siapa tau. Tiba-tiba jeng-jeng jadi ketua tim?
Nggak saya bercanda, Bang (Anies) udah bantu-bantu kita deh. Makanya temen-temen gimana. Wah saya bilang kalau Bang Anies mau masuk bantuin tim kita Alhamdulillah syukur ini kan seru juga kan. Artinya itu harapan saya pribadi.
Cuman kembali ke Bang Anies kan, cuma itu tidak menjadi satu komitmen. Kita berjuang segala macem. Ya berdasarkan kemampuan kita. Tapi kita perlu walaupun nggak usah kita minta visi-visi Bang Anies sudah ada di Bappeda-nya DKI.
Nah, Abang kan udah punya pengalaman nih di Banten. Kalau jadi nanti di Jakarta, mau benerin apa nih, Bang?
Problematik Jakarta itu kan satu, macet. Kedua, banjir. Ketiga, kemiskinan kota.
Biar saya tambahin nih Bang, susah cari kerja nih Bang, gimana?
Iya, itu kan kemiskinan kota harus kita jabarkan.
Yang S1, S2 juga susah nih gimana?
Sekarang ini mungkin terjadi nih, mulai berasakan yang masyarakat menengah pendapatannya sudah menurun. Ini kan harus dikasih istilahnya dikasih apa. Bahasa ini harus dikasih supplement untuk pertanyaan kemarin gini, Bang kalau Abang jadi wakil gubernur, JIS gratis?lapangan bola, JIS.
Saya bilang, enggak mungkin dong, gratis. Kalau gratis, operasionalnya gimana? Yang tukang rumput, tiap hari dicabutin, disiram. Listrik gimana? Kan enggak mungkin.
Bayangin, itu saya dengar satu tahun dibutuhkan hampir Rp 120 M. Satu tahun? Operasional berapa? Liga satu kompetisi di situ terjadi katanya 25 atau 28. Oke? Sewanya Rp1 M. Kali Rp 28 berapa? Rp28 M. Pendapatan Rp28 M, operasional Rp120 M.
Enggak nutup?
Makanya, itu juga harus kita tanya, kenapa dipaksain di situ? Makanya kenapa, maaf Bruno Mars main, bintang penyanyi lain main, untuk apa? Untuk ini. Menutupi biaya operasional.
Tapi pada intinya nanti kalau misalnya jadi nih jadi wakil gubernur, Bang Doel pasti punya solusi?
Harus ada solusi walaupun belum tentu selesai dalam masa fase. Gak bisa, gak usah janji-janji bohong. Tapi artinya pasti harus ada solusi. Kampung bayam, masyarakat dulu yang tinggal disitu. Kenapa gak bisa masuk ke apartemen atau ke rumah susun disitu. Kan harus diselesaiin, apa sih masalahnya?
Sebelum kita pergi nih, 3 kata nih buat Jakarta dari Bang Doel. Kalau misalkan Bang Doel jadi wakil gubernur. Jakarta menyalah itu tagline kita. Happy, bahagia, semangat. Jakarta Jaya.
Maknanya apa nih?
Jaya itu adalah sukses. Warganya juga sukses dong. Terutama warganya. Kenapa program kita, maaf. Sekalian gue kampanye nih.
Mas Pram lebih tahu, insentif RT di Jakarta sebulan Rp2 juta. RW Rp2,5 juta. RT itu singkatan Rukun Tetangga. Lo ngebayang gak? Dia ngurusin tetangga berapa banyak? Insentif Rp2 juta gini hari. Cukup gak? Kurang. Makanya kita bilang naikin jadi 4 juta. Gue kampanye nih. Kalau lo gak pilih gue, tekor aja lo.
RW, rukun warga. Bayangin, RT ngurusin tetangga. RW ngurusin warga. Insentif 2,5 juta.
Naik berapa nih Bang? Rp5 juta. Makanya. Sekalian deh.
Itu hitungan Mas Pramono. Dia sampaikan ke saya. Ya kita kan bukan pengurus RT. Tahu kita. Saya juga deket dengan, mana mungkin ya bang gini hari. Gak bisa lah ini ngurus sekian banyak.
Kemudian CCTV setiap, harus menurunkan kriminalitas. Kemudian kenyamanan, hhappy. Tapi kadang-kadang ada orang gak demen. Matiin, ada aja begitu. Tapi itu kan bagian dari pelayanan.
Jadi ya tentulah, kalau kita ngobrol enaknya memang presentasi, jadi paham. Misal konsep banjir seperti apa. Ini bukan konsep yang baru, konsep lama tapi belum sempat tereksekusi karena gak bisa. Kalaupun konsep ini dijalankan, minimal 4 tahun baru bisa. Baru bisa hanya buat drainasenya.
Drainasenya aja?
Bayangin, cukup lama, sangat lama. Gak mungkin kan sekarang tiba-tiba semua Jakarta digali. Bayangin artinya harus sistem.Sistemnya apa ya? Tokyo itu membuat infrastruktur drenasenya luar biasa. Jeking, bor. Tahu deh kita.
Karena dulu waktu bikin Denpasar, termasuk saya membantu mensosialisasikan itu. Kamu bayangin dulu Bali, Kuta itu semua restoran, Hotel. Itu semua buang limbah ke tanah. Gak ada draenasenya pembuangan, dibikin got semua distribusi buangnya ke bay pass, suwung ada tanah 10 hektare.
Makanya kamu liatkan. Setiap tahun dulu walaupun sekarang masih. Setiap tahun kan ikan mati di sekitar Kuta itu. Karena apa? Limbahnya dibuang sembarangan. Sekarang tidak, semua limbah diproses, di suwung, baru dibuang ke laut.
Abang tahu dari mana? Tahu karena saya pada waktu itu orang lingkungan. Jadi saya belajar waktu itu memang persiapan banten mungkin gak seperti itu ya kalau gak didesain sekarang, repot kita.
Yang paling banyak dikeluhkan oleh terutama para pekerja yang menggunakan transportasi umum. Jakarta kapan transportasi umumnya bisa terintegrasi?
Jakarta ini kan unik, uniknya begini. Siang dia 14 juta, malam 9 juta. Nah siang 14 juta. Itu hampir 3 atau 4 juta pendatan, datang ke Jakarta. Ini kan sistem ini disiapkan buat itu. Kalau orang tengah Jakarta dia gak bakal kerja jauh.
Ini maaf, Bekasi, Tangerang. Bogor kan datang. Pakai apa? Kereta, MRT. Memang mau dibanyakin menarik. Jakarta ini kan macet kalau jam kerja dan jam pulang. Pagi macet, sore macet, siang kosong.
Oke kita jumlah naikin frekuensi. Ini investasi besar loh nih. Kemacetan cuma ada disitu. Nah kemudian sisa kosong ini mau diisi apa? Itu mesti dihitung.
Satu. Ada ilmu yang menarik bagi saya, ilmu yang paling cetek kayak kebetulan saya supir oplet. Tiap lebaran Jakarta kosong, kan artinya ada potensi.
Ini kok bisa begini ya? Apa mungkin kita bikin lebaran tiap bulan? Bahasanya begitu loh karena efek dari kekosongan kota, karbon turun kebahagiaan masyarakat meningkat.
Bayangin kemarin kita yang namanya Car Free Day. Happy banget kan? Car Free Day Sabtu-Minggu. Kalau gua barangkali langsungnya seminggu tiga kali. Cuma efeknya kerja di mana? Bahasanya seperti ini.
Bener kayak kemarin, contoh soal. Kita masuk naik busway, ngetap. Kan masuk pake tap. Ini tapnya bisa 4-5 kali nih.
Nah itu juga, viral itu Bang Doel?
Iya artinya kadang-kadang saya suka ngamatin yang kecil-kecil begitu. Ini berarti pasti aja kalau tiap hari begini pasti sistem juga akan terganggu kan? Artinya pada hari yang peak, Sabtu-Minggu, terutama di jam pagi. Sistem ini gak perlu terganggu, soal begitu ini 4-5 kali.
Maaf, kemarin kalau kita tap, kan kita masuk tuh ada pintu yang begitu. Ada yang begini. Kenapa jadi begini? Ketekuknya beda-beda. Itu maintenance berarti penting. Sangat penting.
Mas Pram juga, waduh, ini kalau kita masuk begini aja udah salah ini katanya. Lama banget. Artinya kita paham, cuman artinya gini. Jakarta itu tidak bisa mengerjakan sendiri karena jumlah populasi pengunjung itu, inilah yang membuat harmonisasi Jakarta bergerak.
Saya minta maaf, saya ini dulu waktu jadi Gubernur Banten, saya adalah Ketua Tim Koordinasi Jabodetabek karena dulu setiap 2 tahun, kalau saya nggak salah, setiap 2 tahun Gubernur Jabodetabek ini bergantian menjadi Ketua.
Jadi saya tahu, inilah makanya kenapa Pemda DKI memberikan bantuan besar kepada wilayah penyangga. Maaf, bisa ratusan miliar. Untuk apa? Transportasi, infrastruktur. Maaf, Kota Tangerang dapat, Kabupaten Tangerang dapat, Bekasi dapat, Bogor dapat. Supaya apa? Untuk ini. Tapi kita sepakat. Untuk apa ya? Misalnya, infrastruktur jalan, oke.
Tapi itu pertanyaan tadi, penuhnya itu pagi sama sore. Ini memang kurang busnya, kita isi tapi begitu di siang, ini kosong. Ini bus kemana? Kan harus dihitung
Kita pelajarin apa ini, apa ini, oh apa yang belum ini. Oh infrastruktur baru begini. Oke, kita perpanjang jalur. Mau larinya kemana? Jakarta udah enggak punya lakan. Oh masih ada. Apa misalnya? Ancol.
Semua kan jalan layang. Bawanya kali Ancol. Boleh dicor, boleh bikin jembatan. Nah kita iya coba kamu lihat, Glodok, Harmony. Dari Gelodok sampai ke Istana. Macet luar biasa kan? Mau jalan, mau bikin jalan dimana? Oh ini masih ada kali ini, bikin cor disitu, bikin jembatan dua.
Kalau enggak, enggak bisa. Enggak mungkin bikin jalan baru. Enggak mungkin. Sekarang maaf, kemarin kebakaran di Manggarai. Betul.
Bagaimana rumah enggak habis seribu? Jalanan kecil, air enggak ada. Blangwir (pemadam) enggak bisa masuk, semi permanen. Terus pertanyaan apa? Mau begini terus. Ya kalau mau begini terus, jangan jadi gubernur wakil gubernur.
Kita harus merubah ini dalam arti kata, maaf saya juga bukan seiman-iman inilah. Saya paham bagaimana, Allah tidak akan merubah sebuah kaum sebelum kaum itu merubahnya. Itulah yang dipegang.
Pertanyaan kita, lo mau begini terus? Kalau lo mau begini terus? Bukan gue orang. Tapi kalau lo mau berubah, lo pilih gue. Paham?
Ini kita sebagai warga, sebagai warga lokal, mendoakan aja. Semoga Pak Pram dan Bang Doel lancar. Tidak ada drama-drama sampai pencobosan. Tidak ada kecurangan lagi di Pilkada nanti, sampai nanti Jakarta punya pemimpin baru. Terima kasih banyak.