Annerieke Douma: Sebagian besar rantai nilai sampah di tingkat bank sampah dan pengepul bersifat informal. Untuk menarik lebih banyak pembiayaan dan pendanaan dari sektor swasta, hal yang penting adalah mengubah rantai pasokan menjadi transparan hingga pengumpulannya.
Karena semua ini adalah momen transaksional, mulai dari pemulung, mitra pengumpulan kecil, pusat pengumpulan, perusahaan daur ulang, hingga merek. Mereka semua perlu bekerja sama untuk memastikan sistem tersebut berfungsi. Lalu, ketika ada transparansi, kita bisa melihat apa yang perlu ditingkatkan.
Misalnya, peran pemerintah sangat penting karena jika kita tahu sampah tidak dikumpulkan tapi dibakar atau ditimbun di suatu tempat tertentu, (dimana kami sering melihatnya), maka pemerintah perlu memberikan izin dan lisensi untuk beroperasi. Namun, kita juga memerlukan investasi keuangan untuk memastikan adanya investasi infrastruktur.
Jadi pekerja sampah dan pusat pemilahan merupakan tempat dimana dukungan pemerintah sangat penting – misalnya, membangun pusat pengumpulan dan pemilahan serta fasilitas pemulihan material. Jadi, ini adalah contoh-contoh kolaborasi yang sudah terbentuk.
Apa yang bisa kita lakukan di rumah adalah memastikan kita segregate atau memisahkan tipe sampah. Kami memastikan kualitas bahan yang dikumpulkan oleh pemulung adalah kualitas tinggi; karena jika kita menggabungkan sampah organik dengan plastik, kualitas akan menjadi rendah, penghasilan mereka akan lebih sedikit, dan mereka memerlukan lebih banyak upaya untuk membersihkannya. Jadi, kampanye kesadaran juga perlu dilakukan.
Strategi apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai sekaligus memberdayakan pekerja sampah informal?
Ardhina Zaiza: Dari sisi yayasan, salah satu strateginya adalah fokus pada pengelolaan plastik yang bernilai tinggi, seperti botol plastik bening. Sehingga kami mendorong dengan memajukan waste workers dari segi produksi plastik bening, karena saat ini fokus kami juga adalah PET.
Botol plastik bening lebih mudah didaur ulang menjadi botol baru dan nilainya bisa meningkatkan value dari plastik itu sendiri, terutama apabila tidak tercampur sampah lain dan bersih. Sehingga lebih mudah untuk dipisah oleh para pekerja informal.
Berbeda dengan plastik berwarna yang nilainya lebih rendah dan sulit masuk dalam skema ekonomi sirkular dan diproduksinya tidak menjadi bottle-to-bottle.
Baca Juga: Tak Sudi Ditegur Gegara Buang Sampah Sembarang, Pria Lansia di Johar Baru Tewas di Tangan Tetangga
Dari sisi implementasi, pengembangan proses daur ulang dapat dilakukan melalui teknologi atau inovasi.