"Orang Thailand lebih senang menggunakan pesawat terbang karena waktu tempuhnya lebih cepat dan bahkan harga tiketnya lebih murah daripada bus," ujar dia.
Kereta api di Thailand, menurut dia, sangat lambat dan fasilitasnya kurang nyaman bagi penumpang sehingga tidak menjadi transportasi publik favorit masyarakat di negaranya.
Sementara bagi Yimie Yong, wartawan asal Malaysia, kereta cepat selalu menjadi pilihan terbaik saat dirinya bepergian antarwilayah di China.
"Alat transportasi ini sangat efisien ya. Dulu saat saya 'traveling' ke China ke mana-mana naik bus, tetapi sekarang karena macet jadi susah. Bus juga tidak nyaman untuk tidur selama perjalanan, jadi saya rasa kereta lebih baik," tutur wartawan The Star Media Group itu.
Selama perjalanan dari Beijing menuju Nanjing, penumpang dimanjakan dengan panorama beberapa wilayah di China mulai dari gedung-gedung bertingkat di kawasan perkotaan, perbukitan, lahan pertanian, sungai dan jembatan.
Jalannya kereta meskipun cepat tetapi relatif stabil dan tidak bising, sehingga nyaman bagi penumpang yang ingin menggunakan waktunya untuk bekerja, saling mengobrol, atau beristirahat.
Menempuh jarak 1.023 kilometer, kereta yang berangkat dari Beijing ini sempat berhenti di enam stasiun yakni Dezhoudong, Jinan Barat, Taian, Xuzhou, Bengbunan, Dingyuan sebelum tiba di stasiun tujuan Nanjing Selatan (Nanjingnan).
Merambah ASEAN Dalam beberapa tahun ke depan, penduduk Asia Tenggara akan dapat menikmati terobosan baru dunia perkeretaapian melalui pembangunan kereta cepat di beberapa negara.
Indonesia adalah negara pertama yang telah memulai proyek kereta api cepat dengan rute Jakarta-Bandung.
Baca Juga: Tiongkok Yakin Kereta Cepat Jakarta-Bandung Selesai Akhir 2019
Peletakan batu pertama (groundbreaking) proyek infrastruktur yang dikerjakan oleh konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) itu telah dilakukan Presiden Joko Widodo pada pertengahan 2016.
Meskipun kini pembangunan proyek senilai 6,07 miliar dolar AS itu masih terhambat proses pembebasan lahan, namun perusahaan China yakin dapat menyelesaikannya sesuai jadwal yakni pada akhir 2019.
"Proyeknya terus berjalan sesuai jadwal dan sesuai harapan pemerintah kedua negara. Tahun ini kami memang fokus pada pembebasan lahan sebagai tahap persiapan konstruksi," kata Direktur Departemen Bisnis Asia China Railway Group Limited, Li Jianping, saat menerima kunjungan wartawan dari negara-negara ASEAN di Beijing.
Dengan jarak tempuh 142,3 kilometer, kereta cepat Jakarta-Bandung diperkirakan dapat memperpendek waktu tempuh dari 3,5 jam menjadi sekitar 35 menit.
Indonesia berharap adopsi teknologi transportasi dari China ini dapat mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi di Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, serta menjadi solusi kepadatan jalan tol Cipularang yang menghubungkan Jakarta-Bandung.
Sementara Malaysia, Singapura, dan Thailand tampaknya masih harus menunggu sampai proyek kereta cepat dapat segera dilaksanakan.