Hary Tanoesoedibjo Menganut Value Investing, Ini Kata Lo Kheng Hong

Senin, 28 Juni 2021 | 07:48 WIB
Hary Tanoesoedibjo Menganut Value Investing, Ini Kata Lo Kheng Hong
Lo Kheng Hong.

Hary memaparkan media MNC Group bertransformasi digital, ada Vision+ yang merupakan OTT berbayar dan RCTI+ yakni OTT yang basisnya iklan.

Selanjutnya, e-Sport dikembangkan oleh PT MNC Studios International Tbk (MSIN), dimana perseroan akan meluncurkan sebuah game, yaitu Rapid Fire yang mirip Free Fire.

"Sekarang basis MNC Group di media sosial sangat besar. Di YouTube, ada 130 juta lebih subscriber. Facebook dan TikTok 117 juta. Namun, yang lebih penting lagi traffic dalam 3 tahun sudah menghasilkan lebih dari 45 miliar views. Besar sekali," jelas Hary.

Selain itu, MNC Pictures --unit bisnis MSIN-- menjadi rumah produksi terbesar di Indonesia, termasuk melalui produksi serial drama Ikatan Cinta.

Hary memastikan ke depan MNC Group akan semakin agresif. Dalam 2 tahun ini, lanjutnya, bisa dilihat banyak inisiatif digital baru di MNC Group.

"Kesempatan itu ada di semua situasi. Situasi baik, nggak baik, kesempatan ada. Hanya bedanya dari sisi mana kita memandang. Jangan kita terbelenggu dengan status quo. Setiap situasi pasti ada opportunity, tapi dalam perspektif yang berbeda," pungkasnya.

Lo Kheng Hong, investor kakap pasar modal, mengatakan tata kelola perusahaan-perusahaan milik MNC Group tidak perlu diragukan lagi.

Pada 2020, saat pandemi saja, kata Lo Kheng Hong, PT Global Mediacom Tbk (BMTR) membukukan laba Rp900 miliar.

"Apalagi tahun 2019, mungkin labanya lebih besar ya. Kalau perusahaan itu labanya besar, ya harusnya tata kelolanya tidak perlu diragukan lagi. Kan kalau tata kelola buruk, mana bisa sih menciptakan laba yang besar. Apalagi anak perusahaannya MNCN itu, labanya di atas Rp 1 triliun," tutur pria yang disebut-sebut sebagai Warren Buffett-nya Indonesia itu.

Baca Juga: Saham Meroket, Ini 5 Fakta Kolaborasi Ciamik BABP dan Ustadz Yusuf Mansur

Perusahaan dengan tata kelola yang buruk, tambah Lo Kheng, tidak akan bisa menghasilkan laba mencapai lebih dari Rp 1 triliun.

"Kalau perusahaan bisa menciptakan laba Rp 1 triliun lebih, tentu tata kelolanya baik," tegasnya.

Dia mengatakan selama ini dia membeli saham yang seharusnya berada di harga Mercy, tapi dia bisa membeli di harga Avanza.

"Mercy dijual harga Avanza itu di dunia nyata tidak ada, hanya ada di Bursa Efek Indonesia," ungkap Lo Kheng Hong.

"Kalau kita lihat beberapa tahun lalu, misalkan 2013, harga BMTR itu Rp 2.800 per saham. Kalau kita lihat, kinerja tahun 2013 dibandingkan tahun 2021, mungkin kinerjanya lebih bagus sekarang daripada yang dulu. Jadi, harga BMTR itu masih jauh, masih jauh sekali," katanya.

Lo Kheng Hong mengungkapkan tak pernah menjual saham BMTR yang dimilikinya. Meskipun beberapa temannya menjualnya, karena tergiur keuntungan yang besar, namun saham miliknya justru terus bertambah.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI