Suara.com - Peristiwa-peristiwa viral di media sosial tidak bisa dilepaskan dari peran para buzzer. Lantas berapa gaji buzzer yang bertugas untuk memviralkan sebuah isu di media sosial?
Sebuah riset yang dilakukan University of Oxford pada 2019 berjudul The Global Disinformation Order 2019 Global Inventory of Organised Social Media Manipulation menyebutkan bahwa seorang buzzer di Indonesia akan digaji Rp1-Rp50 juta per sekali kontrak.
Kontrak buzzer disesuaikan dengan isu yang saat itu sedang ingin digaungkan. ABC News Australia bahkan pernah memuat laporan bahwa gaji buzzer di Indonesia dibayarkan untuk mempolarisasi politik di masa pemilihan presiden.
Dikutip dari laporan abc.net.au puluhan buzzer dibayar untuk menyebarkan propaganda kepada tentara pengikut sebagai elite politik yang tengah berperang di dunia maya dalam upaya untuk mempertahankan kekuasaan.
Gambaran ini mengacu pada politik Indonesia sejak 2018. Saat itu para buzzer bekerja untuk mempengaruhi pendapat dengan berbagai propaganda. Setiap buzzer ini bahkan dikoordinir oleh petinggi partai politik.
Beberapa posisi buzzer ditawarkan kepada orang-orang yang berpengaruh di bidang politik sekaligus media sosial. Laporan ABC menyebutkan komentator politik Denny Siregar yang memiliki hampir sejuta pengikut di Instagram, Twitter, dan Facebook pernah ditawari menjadi buzzer hingga bayaran seribu dolar Amerika.
Upah ini tiga kali lebih besar dibandingkan dengan rata-rata gaji buzzer di Indonesia. Meskipun Denny adalah aset berharga bagi para politisi, dirinya bersikeras tidak pernah menerima uang tunai untuk komentar online.
Sebaliknya Denny Siregar percaya buzzer yang menyebarkan informasi yang salah secara online berbahaya bagi demokrasi Indonesia. "Saya mengamati dengan seksama apa yang terjadi di Suriah 2011/2012, ketika perang pecah dan ada keterlibatan buzzer di sana," katanya.
Menjamurnya buzzer di Indonesia juga didukung oleh ekosistem media sosial. Saat ini Indonesia adalah negara dengan pengguna Facebook terbesar di ketiga di dunia. Ada sekitar 130 juta akun Facebook berlokasi di Indonesia.
Baca Juga: Rincian Gaji PNS Golongan 3 A, Tunjangan Anak dan Istri Patut Diperhitungkan
Namun demikian, di tengah banyaknya opini tersebar di media sosial, Facebook bukan ruang paling berbahaya untuk menyebarkan propaganda. Sebaliknya, ruang berbahaya itu ada di Whatsapp grup karena bersifat tertutup untuk komunitas tertentu.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni