Hindari Polarisasi Ekstrem, Menteri Bahlil Bagikan Kisah Inspiratif Soal Toleransi di Fakfak

Iwan Supriyatna Suara.Com
Senin, 20 Maret 2023 | 17:13 WIB
Hindari Polarisasi Ekstrem, Menteri Bahlil Bagikan Kisah Inspiratif Soal Toleransi di Fakfak
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. (Suara.com/Mohammad Fadil Djailani)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Menurut Bahlil, perbedaan itu sudah ada sejak nenek moyang bangsa Indonesia sejak dulu, sehingga tidak tepat jika belakangan ini dipertentangkan. Bahlil lalu menceritakan pengalamannya pada saat bulan puasa yang sangat berkesan.

"Ketika bulan puasa, yang memasak untuk sahur adalah saudara-saudara kami yang beragama Kristen. Kalau kami puasa, mau hari raya yang memperbaiki masjid kami itu adalah saudara-saudara kami, sepupu-sepupu kami yang beragama Kristen. Kalau saudara-saudara saya Kristen yang mau natalan maka kami yang memperbaiki gereja. Gak ada masalah itu, kami baik-baik saja," paparnya.

Tidak hanya itu, Bahlil mengaku ketika saudaranya yang beragama Katolik, meski dirinya sebagai seorang muslim tetapi ia datang ke rumah saudaranya tersebut untuk berkunjung.

"Makanya karena saya tahu mereka ada makanan, mohon maaf babi atau anjing, maka piring mereka yang bekas makan itu tidak diletakkan untuk kami, makan di bekas itu, begitu arti menghargainya perbedaan," kenang Bahil

Bahlil juga mengaku pernah mengenyam pendidikan di sekolah Kristen, tetapi hal itu tidak membuat hubungan pertemanan diantara mereka yang berlainan keyakinan terganggu.

"Sekolah minggu saya tahu, nyanyian natal malam kudus kita tahu. Teman-teman saya Kristen yang masuk sekolah Yapis itu bisa baca alfatihah, benar ini. Begitupun sebaliknya kalau saudara-saudara kami Kristen yang sekolah di Yapis dia pasti tahu baca alfatihah, dan gak ada masalah tuh," ujar Bahlil

"Saya ini kan YPK di SMP, SMEA nya di Yapis, jadi kalau kami Islam yang sekolah di YPK itu harus tahu nyanyian malam kudus, sekolah minggu," jelasnya

Bahlil menceritakan kisah hidupnya di kawasan Indonesia Timur pada umumnya dengan maksud mengartikan indahnya sebuah perbedaan. Hal itu dengan harapan agar perbedaan tidak menjadi alasan untuk mempertajam polarisasi.

"Maksudnya apa teman-teman, udahlah ini barang kan sudah terjadi, masa nenek moyang kita yang sekolahnya nggak panda-pandai seperti kita aja mereka bisa menjaga ini," jelas Bahlil

Baca Juga: DPR Dukung Bahlil Gencarkan Proyek Substitusi Impor Senilai Rp 60 Triliun

Menteri asal Papua itu meminta agar perbedaan yang ada di Indonesia harus dihargai oleh setiap warga negara dan tidak harus mengolok-olok satu dengan yang lain. Pasalnya, perbedaan tidak hanya pada agama dan politik tetapi konteks ekonomi juga. Oleh sebab itu, sinergitas antar anak bangsa perlu dijaga untuk kebaikan ekonomi bangsa ke depan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI