Senada dengan Anton Hendranata, Chief Investment Officer (CIO) DIM, Herman Tjahjadi, mengatakan bahwa pada bulan Maret 2023 ini, pasar saham global sedang dilanda ketidakpastian yang tinggi setelah krisis yang menimpa Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat dan Credit Suisse di Eropa. Namun perekonomian di Indonesia tetap baik dan terjaga seperti yang tercermin dari: a) APBN Indonesia yang menorehkan surplus +0.6% dari PDB sebesar IDR 131.8 triliun di Feb 2023, b) Neraca perdagangan mencatat surplus USD 5.5 miliar di Feb 2023, c) Cadangan devisa naik sebesar USD 0.9 miliar menjadi USD 140.3 miliar pada Feb 2023, dan d) Data inflasi inti yang melambat ke +0.13% MoM/+3.09% YoY di Feb 2023 (versus +0.33% MoM/+3.27% YoY di Jan 2023.
Semua hal diatas tersebut akan menjadi daya tarik bagi investor global yang sedang mencari safe heaven investment opportunity di tengah ancaman resesi di negara-negara belahan utara. Dengan terkoreksinya IHSG ke sekitar level 6,500-6,600, ini menjadi kesempatan berharga untuk mengakumulasi saham-saham domestik berkualitas tinggi berdasarkan kriteria ESG, yang sangat menekankan investasi yang sustainable, resilient, dan berkelanjutan untuk jangka panjang.
Adapun acara dihadiri oleh Anton Hendranata selaku Chief Economist of BRI, Yunarto Wijaya selaku Direktur Utama Charta Politika, Jessica Yupano, Client Coverage at MSCI Inc, dan Herman Tjahjadi, Chief Investment Officer (CIO) of PT Danareksa Investment Management.
Sebagai informasi perihal produk ESG DIM, yaitu produk Danareksa MSCI Indonesia ESG Screened Kelas B, produk yang diperdagangkan khusus untuk investor Institusi melalui tenaga pemasar DIM dan merupakan produk investasi yang mengacu kepada indeks MSCI Indonesia ESG Screened, melalui proses screening “ESG Screened” dengan menggunakan metodologi negative screening, yang mana mengecualikan perusahaan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Global Compact PBB, dan ditinjau setiap kuartal.