Selain itu, Piter meyakini tidak ada ancaman yang berarti terhadap kesatuan di ASEAN terkait masalah investasi yang masuk ke Indonesia maupun negara-negara ASEAN lainnya.
“Saya tidak melihat adanya ancaman terhadap kesatuan ASEAN yang disebabkan oleh investasi,” teganya.
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia yang juga Ketua ASEAN Investment Area (AIA) itu menyampaikan meskipun pertumbuhan investasi sebesar 5 persen masuk ke negara ASEAN, ia mendorong agar terjadi pemerataan investasi demi kesatuan ASEAN di masa depan.
“Pada 2022, 60 persen FDI yang masuk ke ASEAN hanya dinikmati oleh kurang dari 1 persen penduduk ASEAN. Ke depan, ASEAN perlu lebih memupuk kolaborasi secara konkret dalam upaya promosi dan fasilitas investasi agar Asean betul-betul dapat menjadi satu komunitas, satu rumah, satu keluarga,” ujar Bahlil dalam keterangan resminya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Divisi Investasi dan Bisnis UNCTAD James Zhan melihat perbedaan yang sangat kontras dalam arus investasi ke negara berkembang dan negara maju tersebut.
“Arus investasi ke Asia Tenggara bahkan meningkat hingga 5 persen, melampaui level global dan negara maju. Menteri-menteri Asia Tenggara telah berhasil dalam hal menarik investasi ke kawasan ini,” ungkap James.
Laporan UNCTAD juga menggarisbawahi pertumbuhan manufaktur di ASEAN yang meningkat tajam. Tercatat pada 2020 pertumbuhan manufaktur tetap tumbuh mencapai US$11 miliar saat seluruh dunia juga terpuruk.
Kekuatan ASEAN juga tercermin dari pemulihan yang berlangsung cepat. Terbukti pada 2021 manufaktur mengalami lonjakan pertumbuhan 400 persen menjadi US$55 miliar dan tetap mampu naik pada 2022 senilai US$62 miliar.
Baca Juga: Lawan Investasi Bodong, Sultan Rakib: Jangan Biarkan Jempol Mengalahkan Pikiran Kita